Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Medan - Guguran abu Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Minggu, 28 Februari 2021, pukul 24.00 WIB hingga Senin 00.00 WIB dini hari tidak teramati dengan jelas karena cuaca mendung.
Baca:
Guguran Abu Gunung Sinabung Teramati Sejauh 1.000 Meter
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tidak teramati karena cuaca berawan dan mendung," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Natanail Perangin-angin saat dihubungi dari Medan, Senin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan angin bertiup lemah hingga sedang ke arah selatan dan suhu udara berkisar 19-20 derajat Celcius. "Amplitudo 120 mm dan durasi 214 detik," katanya.
Sebelumnya, guguran abu Gunung Sinabung di Kabupaten Karo pada Minggu siang sekitar pukul 12.00 WIB teramati dengan jarak luncuran 1.000 meter mengarah ke timur dan tenggara.
Guguran abu Sinabung jelas kelihatan. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50-300 meter di atas puncak kawah.
Cuaca cerah, angin bertiup lemah hingga sedang ke arah selatan dan barat dan suhu udara 14-26 derajat Celcius.
Gunung Sinabung berada 2.460 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Saat ini, Gunung Sinabung berada pada status Level III (Siaga) dengan rekomendasi warga dan petani agar tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi serta di lokasi dalam radius 3 km dari puncak gunung.
Selanjutnya, pada radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara. Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila ke luar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.
Selain itu, pihaknya juga meminta agar masyarakat mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
"Masyarakat yang berada di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung juga diminta tetap waspada terhadap bahaya lahar dingin," demikian Natanail Perangin-angin.
ANTARA