Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Padang - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat 66 titik panas atau hotspot di Sumatera Barat (Sumbar) hingga Selasa siang, 30 Juli 2024. Hasil pencatatan selama 24 jam terakhir itu diambil dari laman SiPongi, sistem pemantau titik api yang dikembangkan pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Barat, Yozarwardi, mengatakan jumlah itu terdiri dari 6 titik merah atau area dengan risiko kebakaran tinggi, kemudian 52 titik kuning, dan 8 titik hijau. Titik panas itu ditemukan di tiga kabupaten, yaitu Sijunjung (4 hotspot), Kabupaten Solok (1 hotspot), dan Pesisir Selatan (61 hotspot).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terbanyak di Kabupaten Pesisir Selatan yakni daerah Silaut dan Tapan," kata Yozarwardi ketika dihubungi Tempo, tak lama setelah publikasi 66 hotspot tersebut.
Menurut Yozarwardi, selama 12 jam terakhir hanya ada 1 titik panas yang muncul, yakni di Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan. Dia memastikan tim dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pesisir Selatan sudah mengerahkan tim untuk memeriksa dan menanganai hotspot tersebut.
Dia juga memastikan bahwa Dinas Kehutanan Sumatera Barat sudah menyurati regulator lokal untuk menyiapkan antisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). “Kami juga surati pemerintah setempat untuk siaga,” tutur Yozarwadi.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Ilham Wahab. Mengatakan ada dua laporan kebakaran lahan yang masuk ke unitnya pada 27 dan 29 Juli lalu. Laporan itu dari Kota Payakumbuh dan Pesisir Selatan.
Kebakaran pada 27 Juli ditengarai akibat rokok dibuang sembarangan dan menyebar melalui angin. “Yang membawa puing-puing api ke beberapa titik,” ucap dia.
Adapun pada 29 Juli 2024, terdapat 5 hektare lahan yang terbakar di Kota Payakumbuh. Meski sudah dipadamkan, tim BPBD itu berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Sumatera Barat untuk menyiapkan antisipasi ke depannya.