ADA polonium, radium, radioaktif, dan di balik itu semua: Madame Curie. Wanita kelahiran Polandia (nama kecilnya Marya Sklodowska), yang dua kali memenangkan hadiah Nobel ini, telah melapangkan jalan bagi penemu-penemu sesudah dia yang kemudian ikut berjasa mengembangkan teknologi nuklir. Marie Curie menemukan elemen yang memancarkan sinar radioaktif, ketika ia meneliti pitchblende, sejenis mineral yang lebih hebat ketimbang uranium. Sejak itu, manusia mengenal reaksi nuklir atau reaksi inti atom yang dapat menghasilkan energi. Dari sini kemudian ditemukan plutonium yang kini menggemparkan seantero jagat, karena Jepang bermaksud memanfaatkan plutonium untuk membangun reaktor nuklir. Dan reaktor jenis ini belum dibuat di negara mana pun. Plutonium dikategorikan elemen transuranium yang paling penting karena dua hal. Pertama, bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk reaktor nuklir dan kedua, bisa dijadikan salah satu unsur untuk membuat senjata nuklir. Selain itu, plutonium bisa dihasilkan dalam jumlah besar dalam sebuah reaktor nuklir, dengan memakai bahan bakar uranium 235 (U235). Caranya dengan menembakkan neutron berkecepatan tinggi pada U235 pada tungku reaktor. U235 adalah salah satu dari tiga isotop (inti massa berat) yang dapat melakukan reaksi fisi (pembelahan). Dua lainnya adalah U233 dan Pu239 yang tak terdapat di alam, tapi merupakan reaksi fisi. "Singkatnya, plutonium itu terjadi setelah bereaksi dengan neutron," kata Sutaryo Supardi, Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri Nuklir Batan. Dari reaksi ini, selain energi dan zat radioaktif, juga dihasilkan apa yang disebut Pu239. "Jadi, reaksi ini bukan saja membakar bahan bakar, tapi juga membentuk bahan bakar baru," ujar Sutarto, lulusan University of Michigan jurusan teknik nuklir. Efisiensi ini membuat Jepang sangat berminat menekuni pem buatan plutonium. Padahal, teknologi untuk menghasilkan plutonium -- dengan mendinginkan reaksi fisi yang memakai neutron berkecepatan tinggi -- jelas sangat sulit. Pendinginannya juga tak bisa dengan air biasa, harus dengan cairan metal. Toh itu bukan halangan. "Jepang sangat yakin, plutonium adalah elemen bakar untuk masa depan," kata Sutarto. GSDK, Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini