Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Gempa Low Frequency Kembali Terekam dari Kawah Ijen Hari Ini, Tergolong Langka

Menurut data PGA Ijen, gempa low frequency terekam dari Kawah Ijen di antara rangkain gempa vulkanik dangkal dan gempa tremor menerus.

31 Januari 2025 | 19.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penampakan kawah Gunung Ijen, Jawa Timur, 27 Januari 2025. Seismograf di permukaan kembali merekam aktivitas gempa dan tremor menerus dari dalam kawah gunung api itu. Dok PVMBG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banyuwangi - Gempa frekuensi rendah (low frequency) dilaporkan mengguncang kawah Ijen pada Jumat, 31 Januari 2025. Seismograf yang berada di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ijen mencatat satu kali gempa itu dengan amplitudo 25 mm, dan lama gempa 10 detik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Informasi yang dihimpun Tempo menyebutkan bahwa gempa low frequency ini merupakan salah satu gempa yang tercatat dalam seismograf selama pengamatan kegempaan 24 jam terakhir hingga Jumat dinihari, 31 Januari 2025. Ada beberapa gempa lainnya yang terekam pada seismograf yang berada di Pos PGA Ijen, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beberapa gempa itu antara lain 1 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 24 mm, dan lama gempa 11 detik. Kemudian, 1 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 20 mm, S-P 20 detik dan lama gempa 105 detik. Selain itu terekam juga 1 kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-13 mm, dominan 5 mm. Gempa vulkanik dangkal dan tremor menerus juga terekam pada Senin lalu. 

Petugas Pos PGA Ijen Ahmad Subhan Nur Fajidi menerangkan bahwa gempa frekuensi rendah di sebuah gunung api biasanya akibat pergerakan fluida atau juga gas. "Karena tidak adanya friksi, pergerakan frekuensinya rendah atau low frequency," ujar Subhan melalui pesan singkat kepada Tempo

Subhan menjelaskan ihwal friksi pergerakan yang adalah pergesekan dengan pipa kepundan yang biasa terjadi pada gempa vulkanik dangkal maupun dalam. Ia mengatakan, pada gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal, frekuensinya lebih tinggi karena lava melewati atau menembus batuan.

Menurut data PGA Ijen, gempa low frequency pada Gunung Ijen ini sangat jarang terjadi. "Bulan ini hanya terjadi satu kali. Terakhir terjadi pada September 2024 lalu," ujar Subhan.

Mesk begitu, dia menambahkan, tidak ada penampakan visual yang menonjol setelah terjadinya Gempa LF pada gunung yang secara administratif dan geografis berada di wilayah Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi tersebut. Tingkat aktivitas gunung api dengan ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut ini tetap berada di level I (Normal). "Status aktivitas Gunung Ijen masih tetap di level I (Normal)," kata Subhan. 

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan kepada masyarakat di sekitar Gunung Ijen serta pengunjung, wisatawan, atau penambang agar tidak mendekati bibir kawah maupun turun dan mendekati dasar kawah yang ada di puncak Gunung Ijen. Disampaikan pula larangan menginap dalam kawasan Gunung Ijen dalam radius 500 m dari kawah.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus