Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Suhu di Jakarta dan Bandung terpantau mendingin sepanjang Juni 2021 yang diwarnai hujan. Tim Variabilitas Iklim dan Awal Musim dari Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menduga penyebabnya adalah fenomena perbenturan (front) massa udara dingin dan hangat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Front udara dingin atau disebut cold front ini menyebabkan udara dingin di permukaan mendorong dan mengangkat udara hangat di atasnya,” kata peneliti klimatologi dari tim itu, Erma Yulihastin, lewat keterangan tertulis, Ahad, 27 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembentukan front dingin itu di masa kemarau basah dapat terbentuk dari pergerakan kuat monsun timuran dari Australia yang dingin. Front dingin ini selanjutnya berbenturan dengan udara hangat dari barat karena keberadaan vorteks dan Dipole Mode negatif di Samudera Hindia.
Menurut Erma, front dingin selanjutnya dapat meluas dan tertahan oleh awan-awan dingin tebal yang persisten meliputi daratan.
Berdasarkan data informasi cuaca (ogimet) di Tanjung Priuk, Jakarta, penurunan suhu minimum rata-rata yaitu 0,6 derajat Celcius. Tren pendinginan suhu antara 0,5-1 derajat Celcius juga terjadi di Bandung sejak Januari hingga Juni 2021 jika dibandingkan dengan 2020.
Kondisi penurunan suhu permukaan di daratan Jawa Barat dan Tengah ini, kata Erma, juga diperlihatkan melalui data prediksi suhu permukaan dari Sadewa (Satellite-based Disaster Early Warning System) LAPAN pukul 06:00 WIB pada 24 Juni 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, suhu harian tersebut memiliki fluktuasi harian yang erat dipengaruhi oleh jumlah pemanasan permukaan yang diterima dari radiasi matahari. Salah satu faktor penyebabnya ditentukan oleh panas laten dari keberadaan awan.