Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

IESR: Cara Menanggulangi Polusi Udara Bisa dengan Perbaikan Kualitas Bahan Bakar

Saat ini bahan bakar mesin yang tersedia di Indonesia masih jauh dari standar internasional yang sudah ditetapkan negara-negara maju.

20 November 2024 | 05.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas memasukkan alat uji emisi di saluran pembuangan knalpot kendaraan roda 4 yang melintas di Jalan Dr Cipto, Semarang, Rabu, 10 Juli 2024. Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang melakukan uji emisi gratis karena memburuknya pencemaran udara di daerah perkotaan. Tempo/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kandungan emisi dari bahan bakar yang berlebih mengancam kesehatan manusia dan kualitas udara. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan saat ini bahan bakar mesin yang tersedia di Indonesia masih jauh dari standar internasional yang sudah ditetapkan negara-negara maju.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fabby mencontohkan bensin dan diesel yang mengandung sulfur hingga 3.500 ppm (parts per million), masih jauh dari standar Euro 4 yang hanya membatasi kandungan sulfur 50 ppm. Dia mengatakan saat ini bahan bakar diesel yang tidak menggunakan standar Euro 4 banyak digunakan kendaraan industri di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, perbaikan dari kualitas bahan bakar itu sebagai salah satu langkah yang perlu dilakukan. Pemerintah bisa mengambil opsi standar Euro 4 atau Euro 5 yang sudah digunakan oleh negara maju.

“Untuk itu, salah satu solusi yang paling efektif adalah dengan meningkatkan kualitas bahan bakar,” katanya saat peluncuran kajian ‘Analisis Dampak Kebijakan Pengetatan Standar Kualitas BBM pada Aspek Lingkungan, Kesehatan, dan Ekonomi’ di Jakarta, Selasa, 19 Oktober 2024.

Namun, Fabby menyadari perbaikan kualitas bahan bakar itu membutuhkan biaya besar. Pemerintah dan pihak swasta harus berinvestasi pada teknologi pengolahan bahan bakar yang lebih bersih, serta memperbaiki infrastruktur kilang minyak. “Meskipun biaya awal untuk perbaikan kualitas bahan bakar ini sedikit lebih tinggi, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar,” tuturnya.

Manfaat yang bisa diperoleh oleh publik adalah pengurangan biaya kesehatan, peningkatan produktivitas, dan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Pemerintah pun perlu membuat strategi juga ketika menerapkan ini, karena akan ada konsekuensi kenaikan harga bahan bakar.

“Upaya-upaya lain, misalkan untuk mendorong perbaikan efisiensi kendaraan, seperti fuel economy standard, untuk mengurangi dampak dari pembakaran bahan bakar di kendaraan bermotor,” ucap Fabby.

Dia menyampaikan, pemerintah perlu kebijakan yang komprehensif juga sebagai satu kesatuan perbaikan tersebut. Mendorong peralihan bahan bakar ke tenaga listrik juga menjadi opsi.

Pemerintah, kata Fabby, bisa memberikan subsidi dalam bentuk insentif pajak atau fasilitas pengisian bahan bakar listrik yang lebih luas. Secara bertahap, ini akan mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus