Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Asap kebakaran hutan Australia telah melanglang buana. Lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat atau NASA mengumumkan kalau asap dari kebakaran yang telah terjadi Sejak September lalu itu sudah mengelilingi Bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepanjang periode itu kebakaran telah meliputi 6,3 juta hektare lahan di bagian selatan dan tenggara Australia. Sebanyak sedikitnya 25 orang meninggal karenanya, dan ribuan lainnya dipaksa mengungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah tanda-tanda bahwa kebakaran hutan belum akan segera berhenti, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, mengatakan, asap kebakaran itu tidak akan singgah dan diam di langit di wilayah Indonesia. Alasannya, angin berbeda yang bertiup di atas kedua wilayah.
"Dinamika atmosfer Australia didominasi aliran angin kencang yang konsisten ke arah timur,” kata Herizal lewat siaran pers, Jumat 17 Januari 2020.
Adapun dinamika atmosfer di Indonesia disebutnya didominasi oleh angin baratan atau monsun Asia. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan dan analisis BMKG, pergerakan sebaran asap dari Australia sejak awal hingga medio Januari 2020 tampak dominan terjadi di belahan bumi selatan.
Herizal menuturkan, asap menyebar dari Australia ke arah timur karena dipengaruhi oleh polar jet stream atau aliran angin kencang pada sekitar 60 derajat Lintang Selatan. Kecepatan anginnya lebih dari 100 kilometer per jam yang bergerak konsisten ke arah timur.
Polar jet stream inilah yang telah membawa asap kebakaran hutan Australia menyeberangi Samudra Pasifik bagian selatan pada ketinggian atmosfer sekitar 16 kilometer. Asap menyebar sampai ke negara benua Amerika bagian selatan seperti Chile, Argentina, dan Uruguay.
“Hingga akhir Januari 2020 diperkirakan polar jet stream masih cukup kuat sehingga potensi penyebaran asap masih dominan ke arah timur,” kata Herizal.