Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Makanan Harimau Habis Diburu, BKSDA: Manusia Lebih Buas

Makanan harimau seperti rusa, kambing hutan, dan babi di hutan lindung diburu manusia, sehingga raja hutan ini keluar teritorinya mencari makan

17 Desember 2019 | 10.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Harimau Sumatera dan tiga anaknya melintas di depan kamera tersembunyi yang dipasang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama WWF pada 2015-2017. (dok. KLHK/WWF)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah (BKSDA-SKW) II Lahat, Sumatera Selatan menduga sumber makanan yang semakin menipis mengakibatkan harimau keluar teritorinya hingga mendekati permukiman warga.

Kepala BKSDA SKW II Lahat, Martialis Puspito, di Palembang, Minggu, 15 Desember 2019, mengatakan harimau biasanya memangsa rusa, kambing hutan, dan babi di hutan lindung.

Namun, kata dia, perburuan secara masif membuat rantai makanannya terganggu.

"Perburuan rusa, kambing hutan, dan babi oleh manusia menyebabkan harimau kesulitan mencari makan, dampaknya posisi harimau terdesak, kalau sudah begitu maka harimau akan keluar dari teritorinya," ujar dia.

Ia mengatakan jatuhnya korban jiwa di Sumsel akibat serangan harimau, salah satu penyebabnya yakni menipisnya sumber makanan satwa itu di dalam hutan lindung.

"Sehingga harimau keluar jauh dari teritorinya sampai harus mendekati permukiman," katanya.

Jika terdesak, katanya, harimau dapat menjelajah hingga 20 kilometer keluar dari teritorinya per hari demi mendapatkan mangsa.

Perburuan rantai makanan harimau saat ini masih banyak terjadi di wilayah Hutan Lindung Gunung Patah di lanskap Taman Nasional Bukit Barisan yang menjadi salah satu kantong harimau.

Pada 2016, pihaknya menemukan tujuh bangkai kepala kambing hutan di Gunung Dempo Kota Pagaralam karena perburuan oleh manusia.

"Sama saja seperti babi hutan yang diburu hampir setiap pekan oleh warga, jadi yang buas sepertinya manusia," kata Martialis.

Dampaknya, saat ini harimau semakin tertekan dengan dua kondisi, yakni menipisnya makanan dan penyempitan habitat karena perambahan hutan untuk lahan perkebunan ilegal.

Harimau di Sumsel berasal dari dua kantong, yakni kantong Bukit Dingin seluas 63.000 bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Empat Lawang dan kantong Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektare bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Muara Enim.

Pihaknya mengimbau masyarakat menghargai keberadaan harimau dan satwa liar lainnya dengan tidak merusak habitat serta memburu satwa di hutan lindung.

"Kami juga mendorong pemerintah agar bisa menekan para  perambah dan pemburu satwa liar agar harimau tetap terjaga," kata Martialis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus