Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional membentuk tim nasional percepatan pengembangan vaksin Covid-19. Tim yang terdiri dari institusi penelitian, kementerian, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu juga melibatkan beberapa pihak dari luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam video konferensi pembentukan tim tersebut, Jumat 5 Juni 2020, Menteri Ristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menyatakan kalau pandemi yang telah menyebankan masalah kesehatan dan ekonomi saat ini hanya bisa diselesaikan jika vaksin ditemukan. “Tentunya vaksin yang sesuai dengan virus yang menyebar di Indonesia, dan efektif untuk masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menristek Bambang mengatakan, saat ini dunia sedang berlomba untuk mengembangkan vaksin. Seluruhnya, dia menghitung, ada sekitar 90 kelompok peneliti yang mencoba mengembangkannya.
Namun, Bambang menekankan, Indonesia harus bisa mengembangkan vaksin sendiri dan tidak bergantung pada vaksin impor. Atas dasar itulah tim khusus dibentuk bahkan sampai melibatkan pihak di luar negeri. Tim yang diharapkan mulai bekerja 2021 itu sudah diajukan ke Presiden Joko Widodo dan rencananya akan disahkan dengan Keputusan Presiden.
Dari BUMN, Bambang menerangkan, dalam tim itu ada PT Biofarma yang diplot bekerja sama dengan Cina. Dari swasta ada PT Kalbe Farma yang akan bekerja dengan Korea Selatan. "Kerja sama diharapkan memberikan transfer teknologi dalam pengembangan dan produksinya,” katanya menuturkan.
Ketua Konsorsium Riset Inovasi Covid-19, Ali Ghufron Mukti, yang juga koordinator tim pengembangan vaksin tersebut menerangkan, di Indonesia sudah memiliki pengalaman dalam mengembangkan vaksin. Bahkan dijadikan rujukan oleh negara lain dengan mayoritas penduduk muslim.
Menurutnya, kebutuhan akan vaksin tidak hanya mendesak untuk perlindungan kesehatan tapi juga percepatan pemulihan ekonomi. "Tdak hanya menyangkut bisnis besar tapi potensi untuk hidup hajat orang banyak,” kata Ghufron yang juga hadir dalam video konferensi itu.