Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Serbuk sari bisa menambah luas penyebaran virus corona penyebab Covid-19. Sebuah model komputasi yang dibuat Talib Dbouk dan Dimitris Drikakis di University of Nicosia, Siprus, menunjukkan peluang kejadian ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keduanya meniru pergerakan dari sebuah pohon dedalu lalu mengintroduksinya ke dalam simulasi dari sebuah perkumpulan 10-100 orang di ruangan tertutup. Sebagian dari orang-orang itu diskenariokan telah terinfeksi Covid-19 dan menyebarkan partikel virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti itu menemukan kalau, dalam pemodelan tersebut, partikel virus dapat menumpang serbuk sari dari bunga dedalu, berpotensi meningkatkan risiko penularan yang terjadi lewat udara. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Physics of Fluids yang terbit pada Selasa 22 Juni 2021.
Hasil studi ini juga memperkuat riset sebelumnya yang telah menemukan korelasi antara konsentrasi serbuk sari dan tingkat infeksi virus corona di suatu daerah. Riset ini dilakukan tim peneliti gabungan dari Jerman, Amerika Serikat, dan Finlandia, dan dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) pada 20 Januari 2021.
Riset berangkat dari asumsi kalau serbuk sari yang beterbangan memperkuat penyebaran SARS-CoV-2 seperti halnya virus penyebab infeksi pernapasan umumnya. Mereka menggunakan data dari 130 lokasi di 31 negara di lima benua untuk menguji asumsi itu. Faktor yang ikut diperhitungkan adalah kelembapan udara, kepadatan penduduk, dan efek lockdown.
Hasilnya ditemukan kalau serbuk sari, kadang sinergis dengan kelembapan dan suhu udara, bisa menerangkan variabilitas tingkat infeksi hingga 44 persen. Lockdown lalu memangkas separuh dari tingkat infeksi itu, berbanding lurus dengan pengurangan paparan terhadap serbuk sari--karena warga diam di rumah.
Hasil riset itu sangat merekomendasikan penggunaan masker filter partikel halus bagi mereka yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19 selama masa penyerbukan bunga-bunga di musim semi.
NEW SCIENTIST | AIP | PNAS