Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Semburan Itu Hebat. Tapi Ada ...

Sumur minyak terapung milik Phillips Petrolium co bocor. Pihak oposisi di Norwegia menuding pemerintah minoritas partai buruh bertanggung jawab. (ling)

7 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMBURAN minyak bumi bercampur gas alam setinggi 60 meter, sebanyak 4000 ton sehari, telah menggegerkan negara-negara di kawasan Laut Utara, Eropa sejak dua minggu lalu. Sumbernya adalah sebuah sumur minyak terapung, Bravo, di ladang minyak lepas pantai Ekofisk, 175 mil sebelah barat daya kota Stavanger, Norwegia. Genangan minyak mentah itu sampai minggu lalu sudah 20 Km panjangnya. Ini bukan hanya membuat para nelayan dan ahli ekologi Norwegia saja seperti cacing kepanasan. Juga negara tetangga, yang pantainya berbatasan dengan daerah bencana itu: Denmark dan Jerman Barat. "Hanya Tuhan yang dapat menolong kami, kalau angin berbalik", kata Dr Hartwig Trondheim dari Institut Hydrografi Jerman Barat di Hamburg pada Reuter. Usaha penanggulangan memang sudah dilakukan. Tapi sampai minggu lalu masih ibarat menggarami lautan saja. Yang dapat dilakukan hanyalah membendung genangan minyak agar perembetannya rada terbatas. Yakni penyemprotannya dengan deterjen kimiawi, agar minyak mentah itu mengental bergumpal-gumpal sehingga mudah diciduk, serta pembendungan fisik dengan pelampung pelampung. Namun penyemprotan deterjen itu - yang memang sudah mulai dilakukan oleh Lembaga Pengawas Polusi Nasional Norwegia - serta merta menimbulkan protes dari nelayan dan cendekiawan. Soalnya, mereka khawatir bahwa zat-zat kimia itulah yang akan lebih merusak lagi ikan-ikan dan plankton makanan ikan di kawasan 'gudang ikan' Eropa Barat itu. Tak Dapat Dekat Sementara itu, minyak dan gas bumi terus menyembur sebanyak 4000 ton sehari dari sumur terapung milik maskapai AS Phillips Petroleum Company. Perusahaan itu telah mengungsikan 112 pekerja di sumur terapung itu ke perkampungan Ekofisk yang terdekat. Namun untuk menambal kebocoran di saluran bor sumur itu, bahayanya cukup besar. Bunga api kecil saja dari knalpot helikopter atau kapal bisa serta-merta dilalap oleh gas alam yang ikut menyembur. Makanya sampai minggu lalu, ahli-ahli Amerika yang didatangkan ke Ekofisk tak dapat mendekat ke sumur Bravo. Para ahli lantas memikirkan cara penanggulangan yang lain. Yakni mengurangi tekanan semburan minyak dan gas alam itu, dengan membor lubang baru dari arah yang aman ke pipa penyedot minyak di bawah laut. Nantinya, setelah tekanan minyak yang bocor sudah berkurang, baru tukang-tukang tambal pipa minyak dapat bekerja dengan aman. Namun berabenya, "cara ini bisa makan waktu 4 sampai 6 minggu, malah bisa juga lebih lama lagi", kata Hans Christian Bugge dari Lembaga Polusi Norwegia. Sementara itu, minyak yang terus luber akan makin sulit dibendung ekspansinya menurut arah angin dan arus laut. Masalah itu segera mengundang perdebatan yang ramai di Norwegia. Tak ketinggalan, partai Liberal yang beroposisi menuding pemerintah minoritas Partai Buruh bertanggungjawab atas insiden itu, karena kurang memperhatikaul aturan keselamatan dalam eksplorasi minyak dan gas lcpas pantai. Kalangan yang mutlak menentang eksplorasi lepas pantai Norwegia dalam skala besar malah sudah berniat membongkar masalah ini menjadi batu penumbang pemerintah dalam pemilu bulan September mendatang. Tapi sebenarnya, betulkah eksplorasi minyak dan gas alam-lepas pantai begitu berbahaya, dan merupakan sumber polusi lautan yang utama? Ternyata tidak, menurut suatu seminar yang kebetulan saja telah diselenggarakan oleh United Nations Environtment Programme (UNEP). Paling tidak, begitulah pendapat Dr M.T. Westaway dari maskapai Inggeris BP. Blow-up Sebagaimana dikutip oleh AP minggu lalu, dari 1 ribu lebih sumur lepas pantai yang telah dibor di perairan AS "hanya 10 insiden telah menimbulkan polusi yang berarti, dan hanya satu, yakni insiden Santa Barbara telah mencemarkan garis pantai". Bahkan dalam kasus Santa Barbara itu, menurut Dr. Westaway, "7000 ton minyak yang terbuang masih jauh lebih kecil dari pada ketika tanker Torrey Canyon kandas di perairan Inggeris tanun 1967". Sebuah Iaporan lain yang dikeluarkan US National Academy of Sciences tahun 1975 menyebutkan, bahwa dari 6 juta ton minyak yang tumpah ke 7 samudera dunia tiap tahun "hanya 80 ribu ton berasal dari sumur produksi lepas pantai". Kebocoran dari sumur minyak lepas pantai itu, bisa timbul karena minyak muncrat (blow-up) seperti dalam insiden sumur Bravo di Norwegia itu. Bisa juga timbul polusi, karena ada minyak yang terbuang ke laut bersama air buangan. Sebagai perbandingan, dalam seminar UNEP yang diselenggarakan di Paris itu disebutkan bahwa kebocoran alamiah minyak ke laut tiap tahun mencapai 600 ribu ton. Keterangan itu, kurang lebih sama seperti yang pernah disampaikan oleh Dr Jenifer Marlene Baker dari Oil Pollution Research Unit Orielton, Pembroke, Wales, Inggeris. Dalam ceramahnya di ruang sidang LIPI Jakarta Nopember tahun lalu, sarjana wanita itu memberikan perkiraan Wardley Smith tentang polusi minyak ke samudera tiap tahun dari berbagai sumber. Dari perkiraan itu, ternyata bahwa polusi dari sumur produksi lepas pantai ternyata paling rendah, yakni 'hanya' 200 ribu ton setahun. Berikutnya disusul oleh kecelakaan tanker (300 ribu ton), dan kebocoran alamiah (600 ribu ton itu). Sumber polusi minyak ke samudera yang terbesar justru berasal dari kilang-kilang minyak di darat, yang nlenlbuang kotorannya ke laut, yakni 1,3 juta ton setahun. ekor ini disusul kemudian oleh tanker-tanker yang suka mencuei perutnya di laut sebelum mengisi tankinya dengan minyak kembali untuk diangkut, yakni 1 juta ton. Tapi karena kecelakaan tanker dan kebocoran dari sumur minyak lepas pantai hanya terjadi sekali-sekali tapi sangat fantastis orang umumnya mengira kedua instalasi itulah sumber polusi samudera yang utama. Sementara itu polusi yang sedikit tapi kontinyu dari kilang di darat kurang dapat sorotan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus