Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Semenanjung Kampar dan Kerumutan Riau Miliki Potensi Penyerapan Emisi Karbon yang Besar

Semenanjung Kampar dan Kerumutan di Riau miliki potensi penyerapan emisi karbon cukup besar. kawasan bentang gambut ini seluas 13 juta ribu hektar

14 Maret 2023 | 19.27 WIB

Kunjungan Media Pada Kontribusi Kabupaten Siak dalam Mendukung Ekosistem di Semenanjung Kampar dan Kerumutan di Kantor Perkumpulan Elang, di Pekanbaru, Senin, 13 Maret 2023. TEMPO/Khumar Mahendra
Perbesar
Kunjungan Media Pada Kontribusi Kabupaten Siak dalam Mendukung Ekosistem di Semenanjung Kampar dan Kerumutan di Kantor Perkumpulan Elang, di Pekanbaru, Senin, 13 Maret 2023. TEMPO/Khumar Mahendra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Serumpun yang tergabung dari Perkumpulan Elang, Manka, Paradigma dan EcoNusantara lakukan inisiatif restorasi pada Semenanjung Kampar dan Kerumutan di Riau dalam mewujudkan program pilot nasional restorasi bentang alam ekosistem yang disampaikan dalam COP27-Mesir pada November 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Program ini bertujuan menurunkan emisi karbon demi mencapai target FoLU atau Forest and Other Land uses Net Sink 2030. Pencapaian ini dilakukan dengan melestarikan lahan gambut dan mangrove sehingga perlu memperkuat pengelolaan hutan lestari, tata kelola lingkungan dan tata kelola karbon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Komitmen terhadap pencapain FoLU Net Sink 2030 telah diterapkan oleh Pemerintahan Kabupaten Siak dan Pelalawan serta didukung oleh koalisi Serumpun. Direktur Eksekutif Yayasan Elang, Janes Sinaga mengatakan wilayah ekosistem Semenanjung Kampar dan Kerumutan memiliki potensi penyerapan karbon yang cukup besar.

“kawasan ini merupakan bentang alam gambut yang memiliki luas 13 juta ribu hektar dan  sekitar 600 ribu hektare di dalamnya merupakan tutupan hutan alam,” kata Janes dalam paparannya di Kantor Perkumpulan Elang, Senin, 13 Maret 2023.
 
Janes mengatakan bentangan alam gambut ini menjadi dorongan untuk menjadikan pilot implementasi Net Sink 2030. Tak hanya itu, di dalam semanjung ini memiliki hutan kelola masyarakat 200 ribu hektare. Lalu terdapat juga tutupan hutan alam yang belum dikelola sekitar 90 ribu hektare.  

Di Semenanjung Kampar dan Kerumutan terdapat Taman Nasional Zamrud seluas 34 ribu dan suaka margasatwa Kerumutan 90 ribu hektare. “Wilayah itu dijadikan poin utama tempat penerapan FoLu Net Sink,” ujar Janes.
 
Dari total  wilayah tersebut, 60 persen terdapat di wilayah Kabupaten Pelalawan. Seluruh ekosistem Semenanjung Kampar dan Kerumutan secara administrasi berada di 27 desa di Kabupaten Pelalawan.
 
Penerapan FoLU Net Sink diharapkan dapat menjaga tutupan hutan alam dan konservasi satwa liar yang dilindungi. Restorasi pemulihan lahan gambut dilakukan dengan pendekatan pemulihan lingkungan serta pemulihan ekonomi yang meningkat, yaitu berupa pendekatan pertanian.
 
Ekosistem Semanjung Kampar dan Kerumutan diperkiran penyumbang sebesar 20 persen FuLO Net Sink dari target nasional.  Hal ini dibantu oleh pemulihan wilayah yang terdegradasi. Dulunya, dalam pengolahan bentang alam ini terdapat konsesi yang melakukan multikultur. Seperti penanaman pohon akasia dan pembuatan kanal oleh konsesi atau masyarakat dalam mengembangkan perkebunan.
 
Tata kelola hutan alam gambut yang tidak teratur dapat mengeringkan lahan gambut. Untuk itu, koalisi serumpun melakukan peningkatan kapasitas pengelolaan masyarakat supaya membuka lahan tanpa bakar. “Sebab lahan gambut yang sudah kering akan mudah terbakar dan sulit ditangani dengan baik,” ujarnya, menandaskan.
 
Kendati kemudian, saat ini keterlibatan masyarakat sebagai kunci kesuksesan penjagaan kelestarian Semenanjung Kampar dan Kerumutan sangat minim. Sehingga perjuangan perlindungan wilayah tersebut cukup terhambat. Direktur Eksekutif Paradigma RI, Riko Kurniawan menjelaskan inisiatif restorasi pada semenanjung Kampar dan Kerumutan sangat penting. Karena merupakan hutan lahan gambut satu-satunya yang tersisa di Riau.
 
Tak hanya itu, pemulihan ekonomi juga menjadi alasan penting untuk menjaga hutan lahan gambut. Hampir sebagian rakyat Riau tinggal di pesisir dan berada di lahan gambut. Banyak aktivitas ekonomi juga mendorong restorasi pemulihan lahan gambut dan menjaganya.
 
Sebelumnya, Kebakaran hutan Riau terjadi setelah keluarnya perizinan pengelolaan hutan gambut. Perusahaan besar seperti HTI, HPA dan masuknya sawit di lahan gambut menyebabkan pembukaan hutan besar-besaran sehingga menjadi pemicu kebakaran. “ Dari tahun 2002 sampai 2009  190 ribu km persegi hutan riau dirusak setiap harinya,” kata Riko.
 
Pada tahun yang sama, Riau mengalami illegal logging besar-besaran. Dengan demikian menunjukkan hutan di Riau dieksploitasi tanpa memikirkan dampak lingkungannya dan hampir seluruh konservasi di Riau diubah menjadi lahan sawit. Oleh sebab itu, Satu satunya tutupan hutan alam gambut yang bagus dan bisa diselamatkan adalah Semenanjung Kampar dan Kerumutan.
 
Guna mensinergikan kepentingan perlindungan kawasan hutan dan pelibatan masyarakat perlu dilakukan untuk dapat menekan emisi karbon, termasuk melakukan tindakan pencegahan deforestasi dan melakukan restorasi. Sebab secara global ini sangat penting, karena gambut dan mangrove adalah kunci untuk perubahan iklim.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus