Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sensus Burung Air Asia Kembali Digelar di Ancol, Ini 10 Jenis yang Diidentifikasi

Ancol Taman Impian janji terus monitor dan evaluasi keberadaan burung air agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupannya.

26 Februari 2024 | 20.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sensus dalam rangka memperingati Sensus Burung Air se-Asia (Asian Waterbird Census) pada Minggu, 25 Februari 2024, mendapati keberadaan 40 jenis burung dengan total 337 individu di kawasan Ancol Taman Impian. Kawasan sensus mencakup Ecopark, Putri Duyung Resort, Dermaga Marina, dan Pantai Timur Ancol. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah jenis dan individu burung-burung itu meningkat dibandingkan yang didapat dari kegiatan sensus serupa pada Januari 2020 lalu. Tapi, saat itu, Ancol Taman Impian bersama Biodiversity Warriors memang hanya melakukannya di kawasan Ecopark Ancol, dan mengidentifikasi 14 jenis burung dengan total 132 individu. Dari 14 jenis burung tersebut, terdapat empat jenis burung air dengan total 19 individu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sensus terkini, Ancol Taman Impian menggandeng Jakarta Birdwatcher’s Society dan Belantara Foundation. Dari 40 jenis burung yang berhasil diidentifikasi di kawasan yang lebih luas tersebut, terdapat 10 jenis burung air dengan total 93 individu. 

Sebanyak 10 jenis burung air tersebut yaitu blekok sawah (Ardeola speciosa), kuntul kecil (Egretta garzetta), kokokan laut (Butorides striatus), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), kuntul perak (Ardea intermedia), kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), trinil pantai (Actitis hypoleucos), cangak abu (Ardea cinerea), pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus). 

Dari 10 jenis tersebut, terdapat satu jenis burung migran yaitu trinil pantai (Actitis hypoleucos). Sedang satu jenis masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), yaitu burung pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) yang berstatus hampir terancam punah.

Asian Waterbird Census adalah kegiatan sukarela memantau burung air yang dilakukan setiap tahun yang dilakukan serentak secara internasional. Dari Ancol, hasil sensus selanjutnya akan dilaporkan kepada Wetlands International Indonesia sebagai koordinator AWC Indonesia dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. 

Penyelamatan Lewat Pengamatan

Dalam pernyataannya, Koordinator Jakarta Birdwatcher’s Society, Ady Kristanto, mengatakan bahwa keberadaan burung, khususnya burung air, di Jakarta menghadapi ancaman serius kehilangan habitat akibat urbanisasi, pencemaran air di Teluk Jakarta, perburuan, dan tekanan dari aktivitas manusia. Upaya konservasi, menurutnya, sangat dibutuhkan untuk melindungi burung air dan habitat mereka.

“Memang disadari kesadaran masyarakat akan pentingnya burung di alam masih sangat rendah, sehingga banyak masyarakat yang acuh terhadap peran dari burung air bahkan memburunya," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin 26 Februari 2024.

Bagian dari kegiatan Sensus Burung Air Asia yang dilakukan di kawasan Ancol, Jakarta Utara, pada Minggu, 25 Februari 2024. (AWC 2024)

Ady berpendapat, kegiatan pengamatan burung sebagai upaya penyadartahuan warga perlu ditingkatkan. "Dan kegiatan sensus burung air ini adalah salah satunya,” ujarnya menambahkan.

Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Eddy Prasetyo, menyatakan bahwa Ancol tidak hanya merupakan kawasan wisata, tetapi juga merupakan rumah keanekaragaman hayati flora dan fauna ekosistem pesisir. "Sejalan dengan salah satu fungsi kami sebagai lembaga konservasi dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati, keberadaan burung air ini terus kami monitor dan evaluasi bekerja sama dengan Jakarta Birdwatcher Society agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupannya,” kata Eddy dalam keterangan tertulis yang sama. 

Adapun Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna, menekankan pelibatan masyarakat khususnya generasi muda untuk keberhasilan pelestarian satwa liar, tak terkecuali burung air beserta habitatnya. Dia menyebut generasi muda dengan karakternya yang sangat aktif di media sosial berperan penting sebagai agen perubahan.
 
“Kekuatan ini perlu diarahkan untuk banyak hal yang positif, termasuk dalam memviralkan pentingnya burung air dilestarikan," kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pakuan ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus