Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sungai di Jawa Timur Paling Tercemar Mikroplastik

Riset Ecoton di 68 sungai strategis nasional mendapati sungai-sungai di Jawa Timur paling banyak tercemar mikroplastik. Perlu penelitian lanjutan pada ikan dan sedimen sungai. PDAM Surabaya menyatakan air hasil olahan dari air sungai aman.

5 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Anggota tim peneliti dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menyaring air untuk meneliti kandungan mikroplastik di sungai kawasan Karang Pilang, Surabaya, Jawa Timur, 4 Juli 2020. ANTARA/Moch Asim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga pemancing seperti tak bisa melepas mata dari kail yang mereka lemparkan ke Sungai Wonokromo, Surabaya, pada Selasa siang, 3 Januari 2023. Di titik percabangan Kali Surabaya, Kali Jagir, dan Kalimas itu, air terlihat bersih dan tenang. Tak ada sampah tersangkut di Pintu Air Kalimas di Ngagel ataupun di dam Jagir. Selain pemancing, ada pencari ikan menggunakan jaring.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih jauh dari titik percabangan sungai tersebut, di antara aliran Kali Surabaya, dari Jalan Gunungsari, Kedurus, hingga Karangpilang, air juga terlihat bersih. Namun, antara Gunungsari dan Kedurus, airnya berbuih dan bertaburan sampah daun. Di titik itu, sejumlah pencari cacing nekat berenang ke tengah kali menggunakan ban sebagai pelampung. Mereka mengayak lumpur dan memunguti cacing di dalamnya untuk dijual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Eksekutif Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Prigi Arisandi, mengatakan hilir Sungai Brantas antara Karangpilang dan Wonokromo itu merupakan titik berbahaya pencemaran sungai akibat kontaminasi mikroplastik. Titik itu pula yang menjadi lokasi pengambilan data penelitian mereka. Bagian dari riset besar ekspedisi susur sungai Nusantara di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa.

Pada akhir 2022, Ecoton melalui Tim Ekspedisi Sungai Nusantara merilis data pencemaran mikroplastik tersebut. Uji kandungan mikroplastik di 68 sungai strategis nasional mendapati sungai-sungai di lima provinsi dengan kontaminasi partikel mikroplastik tertinggi, yakni Jawa Timur dengan 638 partikel per 100 liter, Sumatera Utara (520 partikel/100 liter), Sumatera Barat (508 partikel/100 liter), Bangka Belitung (497 partikel/100 liter), dan Sulawesi Tengah (417 partikel/100 liter).

Sampah palstik mencemari Kali Brantas, Jawa Timur. Dok. Ecoton

Kebetulan, Ecoton berlokasi di Gresik, Jawa Timur. “Aku juga ndak tahu kenapa hasilnya demikian. Kami obyektif saja,” kata Prigi saat dihubungi, Senin, 2 Januari 2023.

Prigi mengatakan penelitian pencemaran mikroplastik pada hilir Sungai Brantas, khususnya Kali Wonokromo dan Kalimas, sudah beberapa kali dilakukan. Di antaranya oleh Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Kompilasi data penelitian tersebut mendapati tren pencemaran yang meningkat, yaitu antara 2019 dan 2021.

Meski demikian, Prigi melanjutkan, kita tidak dapat langsung menyimpulkan kandungan mikroplastik di air sungai tersebut melonjak. Sebab, penghitungannya bergantung pada musim. “Tinggi tidaknya tingkat pencemaran mikroplastik itu dipengaruhi juga oleh pengadukan sungai,” kata dia.

Menurut Prigi, semua sungai di Jawa dipastikan mengandung mikroplastik di bawah sedimentasi. Bila arus sungai deras, kata dia, air sungai teraduk sehingga tingkat pencemarannya makin tinggi. Jika arus tenang, mikroplastik mengendap di lapisan lumpur terbawah. “Maka kami lakukan juga penelitian di sedimen,” katanya.

Untuk saat ini, Prigi melanjutkan, penelitian mikroplastik hanya untuk menggambarkan kualitas air. Riset kandungan lumpur kemungkinan dilakukan pada tahun depan. “Selain sedimen, mungkin meneliti ikannya untuk melihat korelasi yang lebih holistik,” kata dia.

Prigi mengatakan penelitian ini didasari fakta karena 84 persen air minum di Indonesia diambil dari air permukaan, khususnya sungai. Data awal penelitian tersebut telah memperlihatkan air sungai tercemar mikroplastik. “Selanjutnya kami mendalami efeknya ke lingkungan dan kesehatan manusia," ujarnya. Ecoton juga mengutip penelitian terdahulu dari Inggris dan Belanda yang menyatakan bahwa plastik berukuran mikroskopis tersebut ditemukan mengalir pada darah, bahkan ASI. "Pada 2018, kami meneliti temuan mikroplastik di lambung manusia."

Ecoton menilai pembagian kewajiban penanganan sungai di Indonesia belum jelas. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), misalnya, kata Prigi, sebatas membangun infrastruktur dan menormalisasi fungsi sungai, tapi tak menyentuh kualitas sungai. "Ujung-ujungnya, pemerintah bilang minim dana untuk memperbaiki kualitas air," ujarnya.

Aktivis lingkungan hidup dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) melakukan aksi tolak pencemaran sungai Brantas di Kota Kediri, Jawa Timur, 12 Juli 2020. ANTARA/Prasetia Fauzani

Padahal, Prigi melanjutkan, dengan 4.000 sungai di sekujur Indonesia, pemerintah seharusnya menempatkannya sebagai prioritas kebijakan. Dia membandingkan, misalnya, dengan Korea Selatan yang sampai membongkar jalan untuk dijadikan sungai.

Bob Arthur Lombogia, Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, tak menjawab permintaan wawancara Koran Tempo soal temuan mikroplastik di sungai.

Prigi memuji langkah pemerintah memulihkan kondisi Citarum, sungai utama di Jawa Barat, lewat program Citarum Harum. Anggarannya sampai Rp 600 miliar. Namun, dia melanjutkan, program ini dinilai belum cukup karena Indonesia memiliki 68 sungai yang statusnya sama seperti Citarum, yakni sungai nasional dan sungai strategis nasional. “Sungai yang kami teropong adalah yang berstatus itu, yang kewenangannya di presiden,” kata dia.

Ecoton berharap hasil penelitian besar mereka tentang temuan mikroplastik membuka mata pemerintah untuk lebih menaruh perhatian pada sungai, khususnya sungai nasional dan sungai strategis nasional. Perhatian ini, Prigi melanjutkan, perlu diwujudkan dalam pengalokasian anggaran untuk memulihkan kondisi sungai. "Sebab, perbaikan kualitas air sungai itu vital," ujarnya.

Salah satu fungsi utama sungai adalah air baku, bahan utama untuk diolah menjadi air minum. Perusahaan Daerah Air Minum Surabaya menyatakan air hasil olahan mereka tetap aman. "Setiap hari kami uji laboratorium sesuai dengan standar dari Kementerian Kesehatan," kata Diah Ayu Anggraeni, sekretaris perusahaan PDAM Surabaya, kepada wartawan Tempo, Reza Maulana.

Anggraeni mengatakan terdapat banyak unsur yang diteliti. Namun dia tidak dapat memastikan apakah mikroplastik termasuk kandungan yang diperiksa. "Nanti saya pastikan lagi," ujarnya.

Anggraeni mengatakan hasil pemeriksaan itu menyatakan air yang keluar dari instalasi pengolahan mereka di Ngagel dan Karangpilang, Surabaya, aman untuk langsung diminum. Hanya, 600 ribu pelanggan mereka belum bisa langsung menenggaknya dari ledeng. Sebab, air disalurkan dengan melewati jaringan pipa yang malang melintang dengan total 6.000 kilometer di bawah tanah Kota Pahlawan. "Sehingga terkontaminasi saat distribusi," kata dia.

KUKUH S. WIBOWO (SURABAYA)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus