Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Gempa kembar atau doublet earthquake yang mengguncang Bengkulu Rabu lalu masih menghasilkan gempa susulan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga hari ini, Sabtu 22 Agustus 2020, ada 17 kali lindu susulan. Termasuk gempa terbaru Sabtu pagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pemutakhiran data BMKG, gempa berkekuatan magnitudo 5,5 mengguncang Sabtu pagi, 22 Agustus 2020, pukul 07.39 WIB. Gempa itu menurut Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, termasuk belasan lindu susulan dari gempa kembar pada Rabu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebagian besar gempa susulan itu tidak dirasakan," katanya yang dihubungi Sabtu, 22 Agustus 2020.
Gempa yang terbaru juga berasal dari laut. Tepatnya sejauh 136 kilometer arah barat Kota Bengkulu. Gempanya tergolong dangkal dengan kedalaman sumber 24 kilometer. "Akibat subduksi atau penunjaman lempeng di zona gempa besar (megathrust)," ujarnya. Gempa berkemanisme pergerakan naik (thrust-fault).
Hasil pemodelan BMKG menunjukkan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Kekuatan gempa juga tidak berpotensi merusak. Intensitas gempa yang dirasakan penduduk berkisar II-III MMI. Getarannya dirasakan sebagian orang di dalam rumah dan membuat benda-benda ringan yang digantung bergoyang, hingga guncangannya terasa seperti ada truk yang melintas.
Guncangan terasa di Kepahiang dengan skala intensitas gempa II MMI, juga di Bengkulu antara II-III MMI. Sebelumnya pada Rabu 19 Agustus 2020 warga Bengkulu dan sekitarnya dikejutkan oleh gempa kembar bermagnitude 6,6 pada pukul 05.23 WIB dan 6,7 setelah 6 menit kemudian.
Peta kejadian gempa Bengkulu pada Rabu pagi, 19 Agustus 2020. Dua gempa terjadi hampir bersamaan dengan kekuatan cukup besar 6,9 dan 6,8 Magnitudo. (ANTARA/HO.BMKG)
Gempa kembar (doublet earthquake) adalah peristiwa gempa bumi yang kekuatannya hampir sama dan terjadi dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan. Gempa seperti itu menurut Daryono dapat terjadi akibat adanya pemicuan statis (static stress transfer) dari gempa yang sudah terjadi sebelumnya.
Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak, sehingga gempa kembar biasanya lokasinya berdekatan. Sebelumnya Gempa Bengkulu yang kembar terjadi pada 12 dan 13 September 2007 bermagnitudo 8,4 dan M7,8. Lindu yang mengguncang Bengkulu dan Mentawai itu akibat pecahnya segmen Enggano yang menjalar dari utara Enggano sampai ujung Siberut. Gempa ini menelan korban jiwa 25 orang meninggal dan 92 orang luka-luka.