Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Temuan Arca Garuda di Situs Petirtaan Jombang Tergolong Langka

Arca Garuda yang pernah ditemukan selama ini terpisah atau tidak menempel di bangunan cagar budaya, khususnya petirtaan atau pancuran air kuno.

31 Oktober 2019 | 14.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Arca pancuran air Garuda di area Situs Petirtaan Sumberbeji, Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur. Situs yang digali dan diteliti Agustus hingga Oktober 2019 ini diduga dibangun zaman raja Airlangga pendiri kerajaan Jenggolo dan Kadiri abad 11 sebelum Singhasari dan Majapahit. TEMPO/Ishomuddin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jombang - Arkeolog yang juga Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Andi Muhammad Said mengatakan arca Garuda yang masih menempel kuat di salah satu dinding pembatas area Situs Petirtaan Sumberbeji, Jombang, tergolong unik dan langka. “Itu hal baru di Jawa Timur, belum pernah ditemukan seperti itu (menempel di area petirtaan) dan belum ada di tempat lain,” kata Said, Rabu, 30 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, arca Garuda yang pernah ditemukan selama ini terpisah atau tidak menempel di bangunan cagar budaya, khususnya petirtaan atau pancuran air kuno. “Ada, tapi tidak di pancuran dan terpisah atau lepasan, enggak menyatu dengan bangunan,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh hewan mitologi burung setengah manusia itu, menurut Said, selama ini banyak tergambar dalam relief-relief termasuk di candi. “Kebanyakan berupa relief, bukan arca,” ujarnya. Menurutnya, temuan arca Garuda di petirtaan Sumberbeji itu patut dikaji.

Said menambahkan, bahwa ada kemungkinan Situs Petirtaan Sumberbeji dibangun sebelum masa kerajaan Majapahit dan masih dirawat di zaman Majapahit yang berkuasa di abad 12 hingga 15. “Salah satu indikasinya misalnya dari temuan arca Garuda maupun pecahan keramik porselen khas dinasti Tiongkok sebelum masa Majapahit,” katanya.

Arca Garuda atau Garudeya tersebut berbentuk burung setengah manusia. Ia memiliki paruh dan sayap namun tangan, badan, dan kakinya berupa manusia. Arca Garuda tersebut terbuat dari batu andesit dan menempel di dinding pembatas sebelah barat pada area situs petirtaan yang terbuat dari batu bata. Arca tersebut menghadap ke timur dan menoleh ke kiri atau utara dengan tangan kiri diangkat dan memegang kendi kecil.

Di bagian kendi terdapat lubang tempat memancurnya air. Namun saat ditemukan, lubang pancuran air pada kendi tersebut tidak berfungsi. Sedangkan kaki kirinya menginjak kepala ular dan tangan kanannya memegang ekor ular yang diinjak.

Arkeolog BPCB Jawa Timur yang memimpin ekskavasi Situs Sumberbeji, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan reka adegan Garuda memegang kendi dan menginjak ular tersebut diduga terkait kisah pencarian air suci untuk keabadian menurut kepercayaan Hindu yang dikisahkan dalam Mahabharata.

“Kisah tersebut dikenal dengan istilah Samudra Manthana atau pengadukan lautan susu,” ujar Wicaksono. Istilah pengadukan lautan susu terkait dengan tradisi masyarakat India yang mengaduk-aduk cairan krim susu untuk menghasilkan mentega.

Singkatnya, para dewa dan raksasa berusaha mencari air suci agar kekal abadi melalui proses pengadukan lautan susu. Dalam kisah itu juga diceritakan tokoh Garuda mencari air suci di kahyangan untuk dipersembahkan para Naga sebagai syarat untuk membebaskan ibunya, Winata, dari perbudakan yang dilakukan Kadru dan para Naga. “Kendi berisi air yang dibawa Garuda itu ibarat air suci yang akan dipersembahkan pada para Naga,” ujarnya.

ISHOMUDDIN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus