Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Barcelona tampaknya harus rela menyerahkan gelar La Liga kepada Atletico Madrid atau Real Madrid setelah hanya mampu bermain imbang 3-3 melawan Levante di Estadi Ciutat de Valencia. Dengan kemenangan Atletico atas Real Sociedad, Braugana berselisih empat poin dengan dua laga tersisa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semua mata sekarang beralih ke masa depan Ronald Koeman. Belum jelas betul apakah pelatih asal Belanda itu akan terus menjadi pelatih Barcelona musim depan. Presiden Joan Laporta pun belum mengkonfirmasi masa depan pelatih berusia 58 tahun tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, kebobolan tiga gol dari Levante mengungkap kembali kegagalan Koeman dalam membenahi masalah lini pertahanan. Lini tersebut sudah tampak menjadi masalah Barcelona sejak awal musim ini. Menempatkan Sergi Roberto di pusat pertahanan adalah risiko yang diambil Koeman yang harus dibayar mahal dengan hilangnya gelar La Liga.
Masalah semangat dan mental pemain juga menjadi sorotan. Kini, setelah lebih dari sembilan bulan memimpin, hasil musim pertama Koeman di Barcelona pun punya nilai positif dan negatif untuk menentukan masa depannya di Camp Nou.
Pertama, perubahan Barcelona setelah hancur lebur musim lalu. Koeman mengambil alih tim yang hancur setelah dikalahkan dengan skor telah 8-2 di tangan Bayern Munchen di Liga Champions. Masalah bertambah ketika kapten dan pemain bintang Lionel Messi mengajukan permintaan transfer tidak lama setelah pelatih asal Belanda itu menjadi pelatih.
Koeman menyingkirkan Luis Suarez. Namun, ia gagal mendapatkan pemain yang diinginkan dari manajemen klub. Hanya ada dana segar 60 juta euro untuk Miralem Pjanic dalam pertukaran pemain dengan Arthur Melo dari Juventus. Ia juga mendapatkan Sergino Dest dari Ajax untuk menggantikan Nelson Semedo yang dilepas.
Koeman pun berputar otak. Ia berani memainkan pemain muda seperti Pedri, Oscar Mingueza, Ronald Araujo dan Ilaix Moriba.
Kedua, perubahan Formasi dari 4-2-3-1 menjadi 3-5-2. Koeman harus menerapkan formasi baru di Barcelona pada paruh kedua musim, karena formasi yang diinginkan di awal musim, 4-2-3-1, tidak berjalan. Tidak ada keraguan bahwa Barcelona telah meningkat di bawah sistem baru, tetapi kerusakan tampaknya terjadi setelah terlalu banyak poin hilang di paruh pertama musim.
Koeman pun menciptakan sistem baru dengan memainkan tiga pemain bertahan. Hasilnya, tim menemukan keseimbangan yang baik dan kemudian memenangkan 51 dari kemungkinan 57 poin sejak awal 2021. Hasil ini juga yang sempat membuat Barcelona dijagokan merebut gelar juara La Liga, bersaing dengan Atletico Madrid dan Real Madrid.
Namun, Koeman apes juga karena masalah cedera pemain andalannya. Ansu Fati absen sebagian besar musim ini karena cedera lutut. Gerard Pique, Sergi Roberto dan Philippe Coutinho juga sempat mengalami cedera panjang.
Barcelona secara konstan menunjukkan dua wajah musim ini. Mereka mampu keluar dari krisis pemain dan sistem permainan yang baru. Namun, kurangnya kekuatan mental membuat tim Catalan itu seolah kehabisan bensin di partai melawan Levante di Valencia. Pada akhirnya, masa depan Ronald Koeman tampaknya bakal ditentukan beberapa pekan mendatang.