Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ronaldo: Ole Ole Internazionale

Ronaldo kembali bersinar. Bekal besar buat Inter Milan dalam merebut gelar scudetto.

5 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SANG Fenomena sudah kembali. Begitu surat kabar Brasil menyambut pulihnya permainan si gundul Ronaldo. Dalihnya cukup meyakinkan. Dua gol disarangkannya saat ia turun membela Internazionale Milan melawan Brescia, dua pekan silam. Lalu, ketika membela Brasil dalam pertandingan uji coba melawan Portugal, yang berakhir 1-1, Rabu pekan lalu--tampil pada 45 menit pertama--ia bermain tak kurang bagusnya. Jagat sepak bola pun riuh. Inilah titik balik kehebatan Ronaldo setelah surut selepas Piala Dunia 1998. Kegembiraan tentu bukan milik orang Brasil semata, tapi juga meluapi bobotoh Inter Milan. Kembalinya si gundul bin bedegul akan menambah tajam lini depan klub makmur milik pengusaha kaya Massimo Moratti itu. Dalam benak mereka, duet Ronaldo dengan Christian Vieri diharapkan akan menjadi bekal menghadapi persaingan merebut gelar scudetto (juara Italia) dengan dua seteru mereka, Juventus dan AS Roma. Kerinduan dan mimpi indah mereka akan gelar scudetto bisa terobati. Terakhir, Inter memenangi gelar bergengsi itu pada 1988-1989, saat klub ini dipilari trio Jerman, Matthaeus-Brehme-Klinsmann. Namun, ada yang tak kurang penting: bertaringnya kembali si gigi kelinci merupakan imbalan manis buat kesabaran Presiden Inter Milan, Massimo Moratti, yang telah menunggunya hampir dua tahun. Apalagi belakangan berembus kabar bahwa pemain tersebut akan dipinjamkan selama dua bulan ke Palmeiras, klub Brasil yang memiliki sponsor sama dengan Inter Milan. Peminjaman ini tak lain untuk mengamankan posisinya agar bisa tetap bercokol dalam skuad Brasil. "Ronaldo memerlukan banyak pertandingan sebelum kami berangkat ke Jepang," kata pelatih Brasil, Luiz Felipe Scolari. Moratti jelas ogah melepas ayam bertelur emasnya itu. Kepada Alexandre Martins, salah satu agen Ronaldo, Moratti menegaskan bahwa Ronaldo akan berada di Inter sampai masa kontraknya usai, pada 2006. Sikap ini tidak keliru. Inter pun menuai berkah. Meski perolehan poin masih ketat, setiap kali pemain berkostum nomor sembilan ini turun ke lapangan, motivasi pemain lainnya tiba-tiba langsung tergenjot. Striker Mohammed Kallon tak malu-malu menyebut Ronaldo akan banyak membantu timnya merebut gelar juara Seri A. "Ronaldo selalu berbeda saat dia berada di lapangan," katanya. Si gundul sendiri merasa tersanjung dengan kesabaran dan kesediaan klub kaya itu menanti kesembuhannya. "Aku berterima kasih kepada publik Italia yang selalu mengharapkan sembuhnya aku," katanya. Tapi apa dia menjadi jaminan untuk merebut gelar scudetto? Nah, ini pertanyaan agak berat untuk dijawab. Bukan apa-apa, dua musuh terakhir Inter bukan lawan mudah. Piacenza mungkin dapat mereka sikat, apalagi bertarung di kandang sendiri. Namun, menghadapi Lazio di Roma? Bertanding di kandang lawan, sekaligus menghadapi ambisi besar Lazio untuk bercokol di nomor empat, tampaknya akan menyulitkan langkah Inter. Berbeda halnya AS Roma. Lawan terakhir AS Roma relatif lunak: Chievo dan Torino. Dalam persaingan yang masih ketat, striker AS Roma Vincenzo Montella toh yakin timnya bisa kembali menjadi juara. "Sehebat apa pun kita tampil di lapangan bukan jadi masalah. Yang paling penting justru keberuntungan," katanya. Keberuntungan yang dimaksud Montella tak lain kalau saja Inter kehilangan angka dalam pertandingan sisanya. Maklum, sampai akhir pekan silam, poin AS Roma masih kalah dari Inter. Lantas bagaimana dengan Juventus? Nah, ini yang agak repot. Klub "Zebra" ini baru saja kehilangan salah satu pemain pilarnya, Gianluca Pesotto, yang cedera lutut sehabis turun dalam pertandingan uji coba Italia melawan Uruguay di San Siro, Milan, Rabu pekan silam. Salah-salah ia terpaksa dirawat selama enam bulan. Pertandingan uji coba memang mendatangkan persoalan lain bagi klub-klub Italia. Manajer Umum Juventus, Luciano Moggi, sempat sewot dengan pemanggilan para pemainnya untuk bertarung dalam pertandingan uji coba itu. Moggi beralasan, minusnya pemain-pemain tersebut bisa menyebabkan berkurangnya kekuatan timnya dalam perburuan gelar scudetto. Apalagi, di antara tiga besar, poin Juventus yang paling minim. Masih untung, lawan yang dihadapinya tidak terlalu berat: Brescia dan Udinese. Hal itulah yang membuat Marcello Lippi, pelatih Juventus, sedikit bersemangat. "Semuanya sangat sulit untuk ditebak saat ini. Bisa saja tiba-tiba salah satu tim favorit melakukan kesalahan," ujarnya. Kuncinya, hanya tim yang bisa luput dari kesalahan yang dapat menjadiscudetto. Tapi adakah regu yang selalu tampil sempurna? Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus