Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pilkada

Kalah dari Risma-Gus Hans di Surabaya, Khofifah-Emil Raih Suara Terbanyak di Malang Raya

Khofifah-Emil mampu unggul perolehan suara atas pasangan lain di seluruh kecamatan dalam Pilkada Jawa Timur di wilayah Malang Raya.

6 Desember 2024 | 10.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak saat menjalani debat pilkada di Grand City Surabaya, Minggu (3/11/2024). ANTARA/HO-KPU Jatim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak, memperoleh suara terbanyak di Pilkada 2024 di wilayah Malang Raya, yang mencakup Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, pada Pilkada 2024. 

Berdasarkan rekapitulasi perolehan suara di Kabupaten Malang, paslon Khofifah-Emil sanggup mengumpulkan total 715.176 suara. Paslon nomor 3, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta, berada di urutan kedua sedangkan paslon nomor 2, Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakhim, di tempat ketiga.

“Hasil penghitungan suara tingkat Kabupaten Malang yang kami laksanakan Rabu malam, 4 Desember 2024, pasangan nomor urut 2 mencapai 715.176 suara, pasangan nomor urut 3 mencapai 346.803 suara, dan pasangan nomor urut 1 mencapai 123.899 suara,” kata Komisioner Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Malang Marhaendra Pramudya Mahardika di Malang, Kamis, 5 Desember 2024, seperti dikutip dari Antara.

Di Kabupaten Malang, pasangan Khofifah-Emil mampu menang di seluruh 33 kecamatan. Perolehan suara pasangan ini paling banyak didapatkan dari Kecamatan Singosari dengan total 45.516 suara, Kecamatan Pakis sebanyak 37.276 suara, dan Kecamatan Dampit dengan 34.451 suara.

Hal serupa juga terjadi di wilayah Kota Malang, Khofifah-Emil yang diusung 15 partai politik ini mengumpulkan total 205.529 suara. Sedangkan Risma-Gus Hans dengan 174.417 suara ada di urutan kedua dan Luluk-Lukman di posisi ketiga dengan 32.157 suara.

Rekapitulasi yang dilaksanakan oleh KPU Kota Malang pada Selasa, 3 Desember 2024, menunjukkan pasangan petahana itu sanggup menang di seluruh lima kecamatan di kota itu. Perolehan suara terbanyak pasangan tersebut didapatkan dari Kecamatan Kedungkandang dengan 51.141 suara dan Kecamatan Sukun dengan 48.511 suara. KPU Kota Malang telah menyerahkan hasil rekapitulasi Pilkada Jawa Timur pada Rabu, 4 Desember 2024.

Selanjutnya, di Kota Batu, Khofifah-Emil juga menjadi pasangan dengan perolehan suara terbanyak. Berdasarkan hasil penghitungan suara tingkat kota yang dilaksanakan oleh KPU Kota Batu, pada Senin, 2 Desember 2024, Khofifah-Emil meraih 70.898 suara. Pasangan Risma-Gus Hans berada di urutan kedua dengan 48.725 suara dan Luluk-Lukman di urutan ketiga dengan 9.947 suara.

Perolehan suara itu berasal dari tiga wilayah kecamatan se-Kota Batu. Pasangan Khofifah-Emil paling banyak meraih suara dari Kecamatan Batu, yakni mencapai 30.777 suara.

Komisioner KPU Kota Batu Thomi Rusdiyanto mengatakan hasil penghitungan suara untuk jenis surat suara Pilkada Jawa Timur telah diserahkan ke KPU provinsi pada Senin. “Penyerahannya ke KPU Jawa Timur sekitar pukul 15.30 WIB,” ucap dia.

Adapun Komisioner KPU Jawa Timur Choirul Umam mengatakan pihaknya menerima penyerahan hasil rekapitulasi dari seluruh KPU di Malang Raya. “Pelaksanaan (rekapitulasi) tingkat provinsi di 8-9 Desember 2024,” kata dia.

Risma-Gus Hans Unggul Telak atas Khofifah-Emil di Surabaya

Sebelumnya, berdasarkan hasil rekapitulasi KPU Kota Surabaya pada Rabu, 4 Desember 2024, pasangan Risma-Gus Hans menang telak atas dua pesaingya, Khofifah-Emil dan Luluk-Lukman. Risma-Gus Hans mengumpulkan 861.134 suara, Khofifah-Emil 329.551 suara, dan Luluk-Lukman 34.071 suara. 

Tingginya perolehan suara Risma-Gus Hans di Surabaya dihubungkan dengan masih kuatnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di kota itu. Selama ini, secara tradisional, Surabaya memang dikenal sebagai basis PDIP atau kandang banteng di mana Risma menjadi salah satu kadernya.

Direktur lembaga survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Baihaki Sirajt tak memungkiri Surabaya merupakan salah satu kendang banteng terkuat di Jawa Timur. Namun dia menilai tingginya perolehan suara Risma tersebut tak semata-mata karena faktor pemilih loyal PDIP.

“Tapi ditentukan juga oleh pemilih wali kota-wakil wali kota (Eri Cahyadi-Armuji) yang hampir mayoritas juga pemilih Risma. Karena pilwalinya ini kan hanya melawan bumbung kosong, sehingga dia bisa dipaketkan Eri-Risma,” kata Baihaki saat dihubungi pada Kamis, 5 Desember 2024.

Seandainya Eri-Armuji punya lawan, Baihaki yakin hasilnya akan lain. Namun karena tidak ada pilihan lain selain Eri-Armuji, maka ada anggapan pemilih Eri juga pemilih Risma.

Pengamat politik sekaligus dosen senior Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Aribowo, berujar kemenangan telak Risma atas Khofifah di Surabaya punya arti penting kendati perolehan suara secara keseluruhan se-Jawa Timur Risma hampir pasti kalah.

Menurut dia, selama proses pemilihan gubernur 2024, baik Khofifah maupun Risma berupaya keras “merebut” Surabaya. Betapa pun hasil survei Khofifah paling tinggi, Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu tetap berkeinginan agar bisa menang di Surabaya. Apalagi dalam pilgub sebelumnya Khofifah pernah menang di Surabaya atas pesaingnya, Soekarwo.

“Khofifah ingin menyempurnakan kemenangannya kali ini dengan merebut Surabaya. Tapi nampaknya gagal. Bagi Khofifah dan Risma, Surabaya merupakan simbol prestisius. Jadi ini perebutan betul bagi keduanya,” kata Aribowo.

Aribowo mengatakan kemenangan Risma atas Khofifah di Surabaya bukan karena faktor kandang banteng. Alasannya, pemilihan kepala daerah beda dengan pemilihan legislator. Sungguh pun ia mengakui PDIP masih dominan di Jawa Timur dan khususnya Surabaya, pemilihnya bukan pemilih ideologis seperti di Jawa Tengah atau Bali.

“Mungkin perolehan suara Risma di Surabaya ini tinggi karena berjumbuhan antara pemilih PDIP dan popularitas Risma. Risma memerintah Surabaya dua periode dan masyarakat puas,” kata Aribowo.

Dari berbagai macam program, aktivitas, hingga perilaku Risma, kata Aribowo, dianggap warga sebagai wali kota paling sukses sepanjang sejarah. Sehingga khusus wilayah Surabaya, Risma susah dilawan oleh siapa pun.

“Bahwa Surabaya bagian dari PDIP, iya, tapi jangan dilupakan bahwa Surabaya itu juga basis NU. Sehingga menurut hemat saya, tingginya perolehan suara Risma itu bukan karena (partai) banteng, tapi riil tingkat kepuasan masyarakat pada Risma saat dia menjabat wali kota sangat tinggi,” ujarnya.

Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Dewan Pimpinan Cabang PDIP Surabaya Eusebius Purwadi yakin kemenangan Risma di Surabaya karena dukungan basis PDIP yang solid. Purwadi berujar Surabaya masih kendang banteng dan tegak lurus pada instruksi pusat.

Namun Purwadi irit bicara karena mengaku ada instruksi dari pimpinan partai agar ia tak mengeluarkan statemen kepada media massa. “Yang jelas Surabaya tetap basis PDIP,” kata mantan aktivis gerakan reformasi 1998 itu.

Kukuh S. Wibowo dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Alasan Dika Gagas Petisi Copot Miftah Maulana: Warganet Merasakan Perih

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus