Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan disingkat PPP telah menggunakan lambang Ka’bah, atau terkadang ditulis Kabah, sejak 1974 atau setahun setelah berdiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 1984 hingga 1998, lambang tersebut sempat diganti gambar bintang segi lima karena desakan pemerintah Orde Baru. Namun PPP kembali menggunakan gambar Ka’bah usai Presiden Soeharto lengser.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penentuan lambang PPP terbilang sangat alot. Bahkan tercatat sampai terjadi tiga kali pertemuan resmi Dewan Pimpinan Pusat PPP dengan Menteri Dalam Negeri Jenderal Amirmachmud dan Kepala Staf Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Laksamana Sudomo khusus membahas masalah tersebut. Kata sepakat terkait lambang baru tercapai pada awal Juli 1974.
Rais Aam atau Ketua Majelis Syuro PPP KH Bisri Syansuri terlibat adu argumen dengan Jenderal Amirmachmud, yang juga merangkap sebagai Ketua Lembaga Pemilihan Umum LPU. Menteri Amirmachmud memilihkan lambang bintang untuk PPP. Sementara Kiai Bisri ngotot menginginkan Ka’bah sebagai partainya. Perdebatan dimenangkan Kiai Bisri. Pemerintah Orde Baru melalui Amirmachmud akhirnya menyerah.
“Supaya menjadi persatuan yang sebenarnya, maka diusulkan agar persatuan itu diikat dengan simbol Kabah,” kata Kiai Bisri seperti yang tercatat dalam buku Tegas Berfiqih, Lentur Bersikap yang disusun Yayasan Mamba’ul Ma’arif.
Cita-cita pemerintah Orde Baru mengganti lambang PPP akhirnya berhasil pada 1984. Partai Hijau itu terpaksa mengganti logo mereka karena adanya tekanan politik. Partai diwajibkan menggunakan asas Negara Pancasila sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan sistem politik yang berlaku saat itu. Asas Pancasila dengan lambang bintang resmi digunakan berdasarkan Muktamar I PPP pada 1984.
Setelah Presiden Soeharto lengser, PPP kembali menggunakan asas Islam dengan lambang Kabah berdasarkan kesepakatan dalam Muktamar IV akhir 1998. Mantan Ketua Umum PPP, Hamzah Haz, membagikan cerita terkait PPP yang kembali menggunakan logo Ka’bah. Saat itu muncul desakan masyarakat kepada Presiden BJ Habibie agar pimpinan partai tak menjabat menteri.
Selaku Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Hamzah pun mengundurkan diri. Sebelum mengundurkan diri, Hamzah juga mengajukan izin untuk umrah selama seminggu. Singkat cerita, dalam perjalanan ibadahnya, Hamzah menyebut dirinya memperoleh pandangan untuk kembali menggunakan Ka’bah sebagai logo partai.
“Malam ketiga (umrah) saya renungi Ka’bah itu, saya renungi dalam-dalam tiba-tiba saya teringat dengan gambar PPP itu adalah ka’bah. Kemudian saya spontan begini, ‘Ya Allah aku ini Hamzah Haz ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, partai Islam. Izinkanlah Ya Allah Partai Persatuan Pembangunan memakai ka’bah ini menjadi tanda gambarnya,” kata Hamzah.
Terbaru, logo PPP diganti dengan embel-embel bendera merah putih. Plt Ketum PPP Muhammad Mardiono, meluncurkan logo tersebut bersamaan nomor urut partai untuk Pemilu 2024. “Perubahan logo bukan keinginan saya, tapi atas aspirasi seluruh kader melalui usulan jajak suara yang diselenggarakan Kominfo DPP. Hasilnya, 86 persen menghendaki logo atau lambang Kabah dikembalikan ke yang asli atau lama,” kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip ANTARA.
Mardiono berharap logo tersebut dan nomor urut baru yakni 17, partai berlambang Kabah itu bisa memenangkan Pemilu 2024. Serta memperoleh kursi sebanyak-banyaknya di eksekutif dan legislatif. “Kami mendapat nomor undian angka satu dan tujuh artinya satu tujuan menjemput kemenangan. Kami juga menargetkan untuk Pemilu 2024 setidaknya PPP meraup 40 kursi di DPR RI,” kata dia berharap.
Pilihan editor : Profil Plt Ketum PPP Muhammad Mardiono dan Kontroversinya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.