Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DENGAN kata kunci ”kesetaraan”, Makarim Wibisono melukiskan kerja sama pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat di bidang riset, program pelatihan dasar klinis, dan kesehatan publik. ”Kerja sama ini asasnya kesetaraan,” kata diplomat senior yang kini staf ahli Menteri Kesehatan itu, akhir pekan lalu.
Makarim sedang berbicara tentang Pusat Riset Biomedis dan Kesehatan, hasil pertemuan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dengan Sekretaris Kementerian Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika, Kathleen Sebelius, pertengahan September lalu. Komitmen itu berawal dari kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika, Hillary Clinton, ke Jakarta, Februari lalu.
Memasuki 2008, pemerintah Indonesia meminta laboratorium Naval Medical Research Unit (Namru) 2 milik Angkatan Laut Amerika ditutup. Laboratorium itu dinilai tak transparan, dan kerja samanya dengan Departemen Kesehatan tak berimbang. Kini proyek baru ini akan ditindaklanjuti dengan pertemuan pejabat senior kedua pemerintah dan konsultasi tingkat menteri secara berkala.
Otoritas laboratorium akan dipegang kedua pihak. ”Kewenangannya berbeda dengan Namru 2, yang hanya dipegang pihak Amerika,” kata Makarim. Instalasi laboratorium menjadi milik bersama, komposisi pengorganisasiannya masih dalam proses. Akan diumumkan pada 2 November, program yang akan ditangani meliputi pengembangan kemampuan laboratorium, pembuatan vaksin, penelitian, dan pelatihan teknologi.
Departemen Kesehatan meyakinkan, lab ini akan dipimpin orang Indonesia. ”Sipil total,” kata Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan, Sjafii Ahmad. Tapi juru bicara Departemen Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengaku tak tahu persis kesepakatan proyek baru ini. ”Negosiatornya Pak Makarim, yang pensiun dari Departemen Luar Negeri lalu diperbantukan ke Departemen Kesehatan,” katanya.
Makarim enggan menyebut proyek ini pengganti Namru. Menurut dia, kerja sama akan meliputi manajemen, tenaga ahli, pembagian kerja, dan biaya. ”Transparan dan tak ada yang mendominasi,” katanya. ”Sayangnya, hingga kini belum ada memorandum kesepakatan, masih dalam proses.”
Sumber Tempo menyatakan, kesepakatan dilakukan atas tuntutan pemerintah Indonesia, yang tak ingin lab Amerika seperti Namru berpura-pura lagi. Tuntutan kesetaraan juga untuk mematahkan peran militer Amerika, yang di proyek Namru terlalu besar. ”Proyek ini akan mulai bekerja pada 2010,” kata sumber Tempo.
Sang sumber menambahkan, prinsip kerja sama kesetaraan ini tercapai setelah terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden Amerika. Cara Obama memandang tantangan global, yang cenderung ke arah kerja sama antarnegara, cocok dengan sikap politik luar negeri Indonesia.
Belum tuntasnya pembicaraan dibenarkan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. ”Semua sedang dibahas kedua pihak agar tak mengecewakan,” kata Lukas Luwarso, senior information specialist Kedutaan Besar Amerika.
Dwidjo U. Maksum, Akbar Tri Kurniawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo