Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NASI tumpeng itu diserahkan Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Irgan Chairul Mahfiz kepada Ketua Umum Suryadharma Ali. Hari itu adalah hari yang berbahagia bagi Surya: ulang tahunnya ke-52 diperingati dengan meriah di rumahnya di kompleks Menteri Widya Chandra, Jakarta, Ahad lalu.
Para tamu bertepuk, tapi bukan semata karena ulang tahun itu. Yang juga penting: prosesi tumpeng itu menandai ”perdamaian” antara Surya dan Irgan.
Selasa pekan lalu, hubungan Suryadharma dan Irgan jauh dari akrab. Suryadharma sungguh kesal karena Irgan tak patuh kepadanya: Irgan menolak memberikan tanda tangan dalam daftar calon legislatif sementara untuk tujuh daerah pemilihan. Ketujuh daerah itu adalah Sumatera Utara III, Sumatera Barat II, DKI Jakarta III dan I, Kalimantan Timur, Jawa Barat II, serta Jawa Timur V. Daftar yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum, Selasa siang pekan lalu, dibuat tanpa tanda tangan Sekretaris Jenderal.
Sejatinya ada tokoh penting di belakang ”pemberontakan” Irgan. Dialah Bachtiar Chamsyah, Menteri Sosial dan ketua dewan penasihat partai itu. Irgan adalah anggota staf ahli bidang politik di Departemen Sosial yang dipimpin Bachtiar. Irgan menolak meneken berkas daftar calon karena menganggap daftar itu tak mengakomodasi kepentingan kelompok Bachtiar.
SEMUANYA berawal pada Muktamar Partai Persatuan Pembangunan Februari 2007 lalu. Bachtiar yang juga Ketua Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) memberikan andil yang besar bagi kemenangan Suryadharma. Keduanya mulai bergandengan sejak mereka memprakarsai Silaturahmi Nasional PPP 2005.
Suryadharma membutuhkan dukungan Parmusi karena basis suara dari Nahdlatul Ulama dinilainya kurang kuat. Soalnya, ada dua kandidat ketua umum lain yang menggunakan suara kaum sarungan: Arief Mudatsir Mandan dan Endin J. Soefihara. Parmusi dan Nahdlatul Ulama adalah basis massa utama Partai Persatuan Pembangunan setelah fusi 1973.
Setelah Suryadharma terpilih, jabatan pengurus partai pun dibagi-bagi. Dari 37 kursi pengurus harian, kelompok Surya mendapat jatah 18 dan kubu Bachtiar 19. Sayangnya, komposisi seimbang ini yang sering menyulitkan pengambilan keputusan.
Dalam menanggapi kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak, misalnya, kedua blok berselisih paham. Suryadharma mendukung hak angket, sedangkan Bachtiar menolak. Selain itu, kubu Suryadharma sempat menggagas pencalonan dirinya sebagai wakil presiden 2009, sementara Bachtiar tetap mengusung pasangan Yudhoyono-Kalla.
AKSI mbalelo Irgan sempat membuat Suryadharma berniat mengeluarkan kartu merah. Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat Hazrul Azwar seperti dikutip sumber Tempo, setelah berbuka puasa di rumah Bachtiar pada Selasa pekan lalu, Surya sudah bulat memecat Irgan. Ancaman itu pun sudah disampaikan ke sang Sekretaris Jenderal.
Sayang, Tempo tak berhasil menghubungi Hazrul untuk dimintai konfirmasi. Adapun Irgan memilih tutup mulut. ”Saya tak mau komentar. Tugas saya sebagai sekretaris jenderal kan menjaga keutuhan partai,” katanya, Jumat pekan lalu.
Suryadharma kembali menyampaikan rencana pemecatan dalam pertemuan pemimpin partai di rumah Ketua Majelis Dewan Pakar Barlianta Harahap, Selasa malam. Turut hadir dalam pertemuan itu Hazrul Azwar, Ketua Ahmad Muqowam, Wakil Sekretaris Jenderal Usamah al-Hadar, dan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Zarkasih Noer.
Namun rencana Suryadharma itu disambut dingin peserta rapat. ”Pemecatan oleh Ketua Umum itu tak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai,” kata Zarkasih.
Meski begitu, informasi rencana pemecatan Irgan segera meluas. Seusai pertemuan, Hazrul Azwar dan Zarkasih Noer merapat ke rumah Bachtiar pada Rabu pukul 00.30 dini hari.
Untung, ketegangan mereda dua hari kemudian. Jumat sore pekan lalu, di hadapan pengurus Lajnah Penetapan Calon Legislatif di Jakarta, Irgan akhirnya ”menyerah”: ia meneken revisi daftar calon legislator untuk tujuh daerah pemilihan. Adapun Surya, yang sedang bersama Presiden berkunjung ke Tasikmalaya, Jawa Barat, memantau melalui telepon.
Kompromi tak terhindarkan. Maiyasyak Johan, salah satu orang kepercayaan Bachtiar, kini ditempatkan di basis suaranya: Sumatera III. Sebelumnya, dia nongkrong di daerah kering DKI III. Arief Mudatsir, meskipun tergeser dari daerah asal di Jawa Tengah II, kini bertengger di DKI I—kawasan yang bukan daerah kering bagi PPP.
Namun nasib baik belum berpihak pada Endin J. Soefihara. Setelah terpental dari basis massanya di Jawa Barat II, ia kini jadi calon legislator untuk wilayah Banten II—tempat PPP bersaing ketat dengan Partai Keadilan Sejahtera. Arief dan Endin adalah orang dekat Bachtiar Chamsyah.
KUBU Bachtiar merasa punya hak untuk ngotot. Dasarnya adalah kesepakatan pembagian calon legislator yang ditetapkan kedua pihak di restoran Jepang di Wisma Nusantara, Jakarta, Juli lalu. Ketika itu Bachtiar meminta penentuan calon legislator dibagi fifty-fifty. ”Saat itu Suryadharma hanya manggut-manggut,” kata sumber Tempo. Selain Suryadharma dan Bachtiar, pertemuan dihadiri Zarkasih dan Barlianta.
Bachtiar menuntut jatah dibagi rata setelah melihat gelagat tak baik dari kepengurusan Lajnah Penetapan Calon Legislatif. Lajnah adalah lembaga penerima mandat dari pengurus harian untuk menentukan dan menetapkan daftar calon legislator. Kepengurusan yang ditetapkan pada Mei 2008 itu, menurut kubu Bachtiar, didominasi orang-orang Suryadharma.
Suryadharma, misalnya, menetapkan jumlah pengurus Lajnah lima orang. Mereka adalah Ketua Umum Suryadharma, Wakil Ketua Umum Chozin Chumaidy, Sekretaris Jenderal Irgan, Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan Kaderisasi Emron Pangkapi, dan Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu Legislatif Akhmad Muqowam. Dari lima orang ini, hanya Irgan yang mewakili kubu Bachtiar.
Awalnya, untuk mengakomodasi semua kepentingan, sempat muncul ide untuk menambah jumlah pengurus menjadi sembilan orang. Tapi, menurut Emron, pembahasan yang berlarut-larut membuat ide itu masuk kotak. ”Rapat sepakat untuk menyerahkan keputusan kepada Ketua Umum,” kata Emron.
Bachtiar sendiri menilai retaknya kongsi dengan Suryadharma karena pengaruh orang-orang dekat Menteri Koperasi itu. Dalam penyusunan daftar calon legislatif, kata Bachtiar, Suryadharma mementingkan kelompoknya karena mendapat banyak bisikan.
Bachtiar mengeluhkan masalah-masalah strategis tak dibahas dalam rapat Dewan Pimpinan Pusat. ”Dia mengadakan pertemuan-pertemuan dengan inner circle,” kata Bachtiar. Pertemuan, katanya, sering dilakukan di luar kantor PPP.
Suryadharma tampaknya tak ingin pertikaian itu berlarut, apalagi sampai jadi omongan. Soal pemecatan Irgan, ia berlagak pilon. ”Siapa yang bilang? Tidak ada pengumuman resmi kan?” katanya. Soal konflik internal partainya, ia hanya berujar pendek, ”Gesekan itu hal yang biasa dan lumrah.”
Yuliawati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo