Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=1 color=#FF9900>SEKRETARIS KABINET</font><br />Sjafrie Terganjal Visa Amerika?

Posisi Sekretaris Kabinet masih kosong. Ada beberapa calon alternatif, semuanya sipil.

2 November 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABAR mengagetkan itu muncul akhir pekan lalu. Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin, Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan, yang digadang-gadang sebagai calon terkuat Sekretaris Kabinet pada kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendatang, ditolak masuk Amerika Serikat. Penolakan itu terjadi saat Sjafrie mengajukan permohonan visa untuk mendampingi Yudhoyono pada pertemuan negara-negara yang tergabung dalam G-20 di Pittsburgh, Amerika, akhir September lalu.

Sjafrie menolak membenarkan atau membantah isu miring itu. ”Soal itu, silakan tanya Kedutaan Besar Amerika saja,” katanya via pesan pendek. Selain itu, visa untuk Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat Mayor Jenderal Pramono Edhie Wibowo juga tak jelas nasibnya. Pihak Kedutaan Besar Amerika tutup mulut ketika dimintai konfirmasi ihwal kabar sensitif ini. Kuat diduga, sang jenderal masih menyisakan perkara pelanggaran hak asasi manusia ketika terjadi huru-hara Mei 1998.

Nama Sjafrie mulai beredar sebagai pengganti Sudi Silalahi di kursi Sekretaris Kabinet pada Selasa, 20 Oktober lalu. Saat itu, Istana Merdeka tengah padat oleh jurnalis yang hendak meliput para kepala negara sahabat yang berdatangan mengucapkan selamat. Lewat tengah hari, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd tiba di pelataran kantor kepresidenan. Yudhoyono bergegas menyambutnya di teras Istana. ”Bagaimana penyusunan kabinetnya, Pak?” seru wartawan nyaris serempak ketika Yudhoyono melintas. RI-1 menoleh sebentar, ”Belum, belum,” katanya seraya berlalu, ”semua masih diproses.”

Sesaat sebelumnya, Sjafrie Sjamsoeddin juga tiba di Istana. Kehadiran mantan Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya yang mendadak, di saat Presiden sedang melakukan finalisasi atas nama-nama calon pembantunya, itu membuat spekulasi kontan merebak. Apalagi setelah satu sumber Tempo di Istana berbisik Sjafrie tengah diincar menjadi salah satu calon menteri dalam kabinet Yudhoyono berikutnya. ”Ah, itu bisa-bisanya wartawan saja,” kata Sjafrie seraya tertawa geli, saat ditemui pekan lalu.

Nama-nama calon menteri mulai digodok secara intensif, tiga hari sebelum pelantikan Yudhoyono. Satu demi satu, secara bergiliran, mereka dipanggil ke kediaman pribadi Presiden di Cikeas, Bogor. Jumlah yang dipanggil sama persis dengan jumlah kursi menteri yang tersedia, kecuali satu: tidak ada kandidat yang dipanggil untuk posisi Sekretaris Kabinet. Ada apa gerangan kursi strategis ini dibiarkan melompong? Selama lima tahun pertama pemerintahan Yudhoyono, Sudi, mantan Panglima Komando Daerah Militer Brawijaya, Jawa Timur, menjalankan fungsinya cukup efektif. Dia bahkan dikenal sebagai tangan kanan Presiden.

Jawaban pendek muncul dari Hatta Rajasa. ”Itu akan diputuskan segera,” katanya ketika itu. Kepada wartawan di Istana, dia memastikan Presiden tetap akan mempertahankan pos Sekretaris Kabinet. ”Orangnya sedang dicari, ada beberapa alternatif, yang jelas semuanya dari sipil,” katanya. Hatta banyak terlibat di belakang layar dalam urusan seleksi para calon menteri baru Yudhoyono. Ihwal tak segera diumumkannya bersamaan dengan posisi kabinet yang lain, Hatta punya dalih. Sesuai dengan Undang-Undang Kementerian Negara, Presiden tak punya keharusan mengumumkannya secara serentak.

Nama Sjafrie sempat beredar dan menjadi buah bibir. Namun dia mati-matian membantah jika dikatakan masuk daftar orang yang diincar RI-1 untuk posisi itu. ”Waktu itu, saya ke Istana bukan untuk urusan pemilihan Sekretaris Kabinet,” kata Sjafrie kepada Tempo. Ia dipanggil untuk mendampingi Presiden dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Australia. ”Di sana dibicarakan soal terorisme dan penyelundupan manusia, yang merupakan domain Departemen Pertahanan,” ujarnya berkilah.

Posisi Sekretaris Kabinet bukannya tak diincar banyak orang. Sejumlah nama mengorbit, memeriahkan bursa untuk mengisi kursi itu. Selain Sjafrie Sjamsoeddin, yang juga disebut-sebut berpeluang adalah Kepala Rumah Tangga Presiden Setia Purwaka. Sayangnya, sampai akhir pekan lalu, Presiden belum juga buka suara tentang siapa yang dikehendakinya untuk menduduki kursi Sudi.

Cuma, ya itu tadi: peluang Sjafrie tampaknya bakal terganjal urusan visa masuk negeri Abang Sam. Juru bicara kepresidenan Dino Patti Djalal, sampai akhir pekan lalu, tak bisa dihubungi untuk menjelaskan isu ini. Hatta Rajasa juga bungkam soal peluang Sjafrie. ”Saya sudah bukan Sekretaris Negara lagi, Mas,” kata Hatta, ”jadi tidak bisa komentar soal tersebut.”

Juru bicara Departemen Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menegaskan bahwa urusan penolakan visa itu wilayah domestik negara yang bersangkutan. ”Kami tidak bisa berkomentar,” katanya. Namun, menurut dia, urusan penolakan visa atas pejabat pemerintah Indonesia bukan terjadi kali ini saja. ”Ini bukan kasus unik, ada banyak sekali aplikasi visa yang ditolak Amerika,” katanya.

Wahyu Dhyatmika, Gunanto E.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus