Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA pekan terakhir, Andi Zulkarnain Mallarangeng rajin berkomunikasi dengan sejumlah tokoh bergelar doktor. Bukan untuk direkrut menjadi staf FoxIndonesia, lembaga konsultan politik yang ia pimpin. Para kaum cerdik cendekia itu dimasukkan daftar calon juru bicara kepresidenan. Posisi itu lowong setelah Andi Alfian Mallarangeng, kakak Zulkarnain, diangkat menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
Choel, begitu ia dipanggil, mengaku bahwa dia telah menelepon sejumlah orang. Di antaranya Rektor Universitas Paramadina Anies Rasyid Baswedan dan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia, Kuskrido Ambardi. ”Saya tidak dalam kapasitas mewakili Presiden, jadi jangan salah tafsir,” katanya. Fox adalah konsultan yang mengurus kampanye Partai Demokrat dan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dalam pemilihan umum lalu.
Menurut Zulkarnain, tokoh macam Anies dan Kuskrido bergerak di bidang yang berkaitan dengan urusan komunikasi. Jadi, ia menambahkan, tak ada salahnya dimintai pendapat. Namun ia tegaskan, kontak yang dilakukannya dengan sejumlah tokoh muda itu bukan atas perintah Presiden Yudhoyono. Dia bahkan tak akan menolak jika diminta menjadi juru bicara menggantikan kakaknya. ”Tapi rasanya lebih nyaman mengembangkan Fox,” ia menambahkan.
Zulkarnain memastikan, Presiden Yudhoyono akan mengumumkan sedikitnya sembilan orang anggota staf khusus, termasuk juru bicara dan Sekretaris Kabinet, pekan ini. Dino Patti Djalal, juru bicara kepresidenan, membenarkan informasi ini. ”Juru bicara akan tetap dibagi dua, urusan dalam negeri dan luar negeri,” ujar diplomat ini.
Anies dan Kuskrido, yang dimintai konfirmasi tentang tawaran menjadi juru bicara kepresidenan, menolak berkomentar. ”Saya no comment saja deh,” ujar Anies, doktor dari Northern Illinois University, Amerika Serikat, yang menjadi moderator dalam debat calon presiden seri pertama, Juni lalu. Begitu juga Kuskrido, yang sama sekali tidak mau berkomentar. ”Jangan membahas soal itu, ndak enak,” kata alumnus Ohio State University itu.
Zulkarnain mengaku telah menelepon Anies, Jumat dua pekan lalu. Namun beberapa orang dekatnya mengatakan, Anies tidak pernah dihubungi utusan resmi Yudhoyono. Mereka memastikan, sang rektor lebih memilih jalur pendidikan daripada menjadi juru bicara kepresidenan. Walau posisi di lingkaran dekat menjanjikan ketenaran, orang dekatnya mengatakan, ”Dia lebih memilih berkiprah di pendidikan.”
Sumber Tempo yang dekat dengan Kuskrido menjelaskan, menantu pengamat politik Arief Budiman itu juga enggan menjadi juru bicara. Ia merasa lebih bebas mengembangkan ilmu di lembaga yang kini dikelolanya. ”Juru bicara kan hanya penyambung lidah presiden, tak menentukan apa-apa,” kata sang sumber.
Istana menelisik puluhan nama yang dianggap pas mengisi posisi itu. Nama lain yang sempat masuk daftar adalah Bima Arya Sugiarto. Pemilik gelar PhD dari Australian National University, Canberra, itu telah masuk lingkaran Istana. Ia membantu Eddy Baskoro Yudhoyono meraih kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari daerah pemilihan Pacitan, Jawa Timur, dan sekitarnya. Ia adalah Direktur Eksekutif Charta Politika, lembaga konsultan politik. Sayang, namanya meredup di Cikeas akhir-akhir ini.
Lelaki berusia 37 tahun ini mengaku tak pernah dihubungi langsung oleh Istana. Ia mengatakan bahwa selama ini tak pernah mendekat atau menunjuk-nunjukkan dirinya ke Cikeas. ”Saya juga tak minta orang memediatori saya dekat SBY,” kata Bima. ”Tapi, jika diminta, saya tak menolak karena bagian perjuangan dari dalam sistem.”
Presiden mematok standar tinggi buat posisi juru bicara. Menurut Dino Patti, sang juru bicara harus bisa mengejar intelektualitas Yudhoyono. ”Presiden orang yang perfect,” ujarnya, ”jadi juru bicara harus bisa bersikap sama.” Namun, ia menyatakan, kandidat tak harus bergelar doktor.
Dwidjo U. Maksum
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo