Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

"Mereka Masih Muda Sekali"

Kejadian tembak menembak pada saat sembahyang subuh di masjidil haram, menyebabkan 50 orang korban. tujuan peristiwa ini hendak merebut kedudukan karena raja yang sekarang dianggap zalim. (ag)

1 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA benar korban yang jatuh tak lebih dari 50 orang, peristiwa di Ka'bah itu memang cukup unik. Melihat bahwa kira-kira ada sekitar 100.000 jemaah pagi itu bersembahyang subuh di Masjidil Haram, sedikitnya korban yang jatuh dalam tembak-menembak yang terjadi menunjukkan bahwa baik para pemuda fanatik maupun tentara Saudi sama-sama menjaga diri. Bahkan, pengertian "sandera" agaknya tak berlaku buat para jamaah yang berada dalam masjid. H. Zaini Ahmad Noeh, staf ahli Menteri Agama yang sudah tiga kali naik haji dan berada persis di tengah kejadian itu menyatakan kesaksiannya kepada TEMPO: "Selama saya berada di dalam masjid, saya tak melihat mereka berbuat kasar terhadap jamaah. Sebaliknya mereka bertindak sopan -- bahkan ada dari mereka yang memberi makanan atau minum kepada jamaah yang minta." Mereka itu bahkan juga membantu para jamaah meneruskan tawaf. "Saya punya kesan bahwa para pemberontak bukanlah orang yang datang dari luar Saudi," kata Haji Zaini pula. "Tampang mereka tampang orang Saudi juga, berkulit keputih-putihan dan umur mereka masih muda sekali. Pakaian mereka bersih dan rapi. Dari pakaiannya saya bisa memastikan bahwa mereka adalah orang yang sudah lama tinggal di kota." Mereka membiarkan saja para jamaah keluar dari masjid. Pintu gerbang memang ditutup ketat, tapi di jalan keluar melalui basement (ruang bawah tanah) yang dijaga orang bersenjata, orang bebas meninggalkan masjid. Hanya sekali-sekali mereka memanggil jamaah yang tampaknya orang Arab untuk ditanya surat keterangannya. Kadang mereka menyobek-nyobek surat keterangan itu, tapi si empunya surat tak diapa-apakan. Orang asing bebas. Seorang jamaah haji Indonesia asal Samarinda, Ibrahim Matli bingung dengan yang sebenarnya terjadi. Ia kemudian baru dapat info dari Syekh-nya, orang tempat dia menginap, yang punya anak, seorang tentara Saudi. Dari sini ia dapat cerita bahwa gerombolan pemuda bersenjata itu "orang Arab juga", yang "hendak merebut kedudukm karena raja yang sekarang dianggap zalim. " Tapi kalau begitu, tujuannya politik? Sukar untuk mengiyakan. Seperti dikatakan Haji Zaini, "Kalau tindakan politis kenapa mereka harus bertindak di Mekah? " Bahkan mereka nampaknya tak mencari atau mendapatkan dukungan rakyat. Haji Zaini yang Rabu sore -- sehari setelah peristiwa -- dipanggil pulang ke Indonesia, melihat bahwa beberapa kilometer dari Ka'bah situasi biasa saja. Toko-toko masih tetap buka, dan penduduk Mekah tenang-tenang saja. Hanya saja pintu gerbang masuk ke Mekah ditutup oleh pasukan Saudi. Orang dari luar tak diizinkan masuk. Di sekitar Masjidil-Haram, diadakan larangan keluar rumah, selama tiga hari penuh. Menurut informasi yang diperoleh seorang jamaah Indonesia, di hari kedua sebuah tank menjebol salah satu pintu masjid. Sebelum pintu dijebol, helikopter menyebarkan gas air mata. Ada di antara pembelot yang merampas pakaian jamaah dari Pakistan dan setelah dikenakan di badannya ikut lari keluar pintu. Sebagian lagi naik ke menara. Pintu yang dikunci dari dalam oleh para pembelot, dikunci lagi oleh pasukan pemerintah. Tembakan bukan cuma terdiri dari senapan mesin ringan. Haji Zaini sekitar jam 3 dinihari Rabu 21 November mendengar juga suara desingan dan ledakan, "sepertinya suara peluru bazuka yang ditembakkan." Itu dari dalam masjid ke luar. Tampak beberapa gedung dekat Masjidil Haram terbakar. Selama pertempuran, ujung-ujung peluru banyak juga yang menyasar ke gedung Wisma KBRI yang terletak di Jalan Jiad. Di antaranya ada yang melukai kaki seorang mahasiswa Indonesia yang kebetulan sedang berdiri di teras Wisma, menonton pertempuran. Anak ini terpaksa dibawa ke rumah sakit, dan untungnya mobil ambulans tentara Saudi yang diparkir di dekat Wisma cepat melakukan pertolongan. Tapi berapa banyak jamaah haji jadi korban, sampai Senin malam belum dapat dipastikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus