Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

120 Pengungsi Wamena Asal Jatim Tiba di Malang

Supainah, asal Probolinggo, merasa trauma dan tak mau kembali lagi ke Wamena.

2 Oktober 2019 | 19.27 WIB

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima pengungsi dari Wamena di gedung Bakorwil  Malang. Sebanyak 120 orang, 15 di antaranya anak-anak meninggalkan Wamena karena kerusuhan. Tempo/Eko Widianto
material-symbols:fullscreenPerbesar
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima pengungsi dari Wamena di gedung Bakorwil Malang. Sebanyak 120 orang, 15 di antaranya anak-anak meninggalkan Wamena karena kerusuhan. Tempo/Eko Widianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Malang -- Sebanyak 120 orang pengungsi kerusuhan Wamena, Provinsi Papua, tiba di Bandara Abdulrachman Saleh, Kota Malang, hari ini, Rabu, 2 Oktober 2019, menumpang pesawat Hercules TNI Angkatan Udara.

Dari total pengungsi tersebut, 15 di antaranya anak-anak. Warga Jawa Timur itu kembali setelah pecah kerusuhan di Wamena sejak Senin lalu, 23 September 2019. Sedangkan 41 orang turun di Bandara Juanda, Surabaya.

Para pengungsi Wamena berasal dari Pasuruan, Probolinggo, Jember,  Lumajang, dan Sampang. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyerahkan pengungsi kepada pemerintah kabupaten/kota masing-masing.

"Sebagian besar hanya membawa baju yang melekat. Kami sediakan pakaian siap pakai. Ini cobaan, semoga rezeki semakin luas," kata Khofifah kepada para pengungsi.

Mereka diserahkan kepada pemerintah daerah melalui dinas sosial masing-masing. Para pengungsi dibekali sembako, makanan siap saji, dan uang tunai Rp 1 juta per orang.

Adapun pengungsi yang sakit dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang, dan RS dr Soetomo, Surabaya.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuka posko di Jayapura. Posko bertugas mendata pengungsi asal Jawa Timur yang akan dipulangkan dengan menumpang pesawat udara atau kapal laut.

Supainah asal Probolinggo mengatakan tak membawa harta benda. Bahkan merasa trauma dan tak mau kembali lagi ke Wamena. Ia teringat situasi mencekam dan harus kehilangan teman dan tetangganya.

"Beruntung bisa selamat," kata Supainah.

Wanita itu merantau ke Wamena sejak 2007. Dia bekerja sebagai pegawai memasak untuk sebuah pabrik. Sedangkan dua anaknya tetap di Probolinggo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jobpie Sugiharto

Jobpie Sugiharto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus