Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ERNIWATI telah berada di halaman parkir Sekolah Dasar Negeri 066 Pekkabata, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada pukul 06.45 Waktu Indonesia Tengah. Alumnus program Guru Penggerak ini bersiap lebih awal karena ada agenda program pembelajaran luar ruangan pada Selasa, 29 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada hari biasa dan dalam program pembelajaran di dalam kelas, lulusan program diploma III Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Makassar ini berada di sekolah paling lambat pukul 07.10 Wita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Meski siswa baru masuk pada pukul 07.30, kami biasanya sudah menutup pintu gerbang pada pukul 07.20," ujar Erniwati saat ditemui Tempo di Polewali Mandar, Selasa, 29 November lalu.
Kebijakan datang lebih awal ke sekolah itu diterapkan Erniwati sejak ia memimpin SD Negeri 066 Pekkabata pada Maret lalu. Ia sempat mendapat keluhan dari beberapa guru senior yang kadang datang terlambat karena masih dalam masa transisi dari kelas daring kembali ke tatap muka.
"Tapi beberapa kepala dinas, kepala sekolah lain yang stafnya menyekolahkan anaknya di SD 066 Pekkabata, merasa bersyukur karena pegawai lebih cepat datang ke kantor sehabis mengantar anaknya ke sekolah," ujar perempuan yang lahir di Bonde, Sulawesi Barat, 16 Juni 1973, ini.
Selain datang lebih cepat, Erniwati memberi keteladanan sebagai pemimpin para guru dengan pulang lebih sore. Ia kadang baru meninggalkan sekolah setelah pukul 15.00 Wita.
Dalam keseharian, sejak menjadi Kepala SD Negeri 066 Pekkabata, Erniwati rutin memantau kehadiran guru dalam kelas. Ia harus memastikan kelas tidak kosong pada jam pelajaran.
“Kendalanya kalau di Polewali Mandar, ketika ada acara keluarga, biasanya guru meninggalkan kelas begitu saja," ucap alumnus program strata I Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Al Asyariah Mandar ini.
•••
ERNIWATI adalah salah satu guru peserta program Pendidikan Guru Penggerak. Ia mengikuti program tersebut ketika masih menjadi Kepala Sekolah Dasar Negeri 023 Dara, Polewali Mandar, pada 2020.
Setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak selama sembilan bulan, Erniwati membuat sejumlah gebrakan di SD Dara yang dipimpinnya. Ia menginisiasi keikutsertaan para siswa sekolah itu dalam sejumlah lomba dari tingkat kabupaten hingga nasional. Salah satunya Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional.
Erniwati juga menggulirkan program bernama Gerakan Serentak Budaya Literasi (Geser Buli). Lewat program ini, ia membiasakan budaya membaca dan menulis bagi para siswa SD Dara.
Erniwati juga membuat program bagi para guru di SD Dara. Ia memberikan pengetahuan digital kepada guru-guru di sekolah tersebut. Para guru perlahan diperkenalkan dengan aplikasi pembuat materi ajar berbasis digital seperti PowerPoint dan Canva.
Erniwati, yang menjadi Kepala SDN 023 Dara selama 2020-2022, lantas mendapat tawaran pindah ke SDN 066 Pekkabata. Sejak Maret 2022, ia resmi menjadi kepala di SD Pekkabata.
Setelah berkiprah di SD Pekkabata, selain menerapkan disiplin waktu secara ketat kepada siswa dan guru, Erniwati menghidupkan program kelas inspirasi. Kelas ini biasanya diadakan sekali atau dua kali dalam sebulan.
Erniwati berdiskusi dengan murid SD Negeri 66 Pekabata, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, 1 Desember 2022. TEMPO/Muhamad Reza Ar Raafi
Pada Selasa, 29 November lalu, misalnya, kelas inspirasi mendatangkan dokter umum dari Pusat Kesehatan Masyarakat Pekkabata, Gian C. Kalalembang; dan konsultan pendidikan dari Sulawesi Barat, Suryadi Ishak, sebagai pengajar dalam sesi inspirasi profesi. Ada juga sesi simulasi penanganan gempa yang dipimpin Andi Zainal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Polewali Mandar dan Kepala Markas Palang Merah Indonesia Polewali Mandar Amri Halim.
Saat sesi simulasi gempa berlangsung, sekitar 700 siswa SD Pekkabata berkumpul di lapangan. Begitu sirene berbunyi silih berganti, mereka berlari ke tempat aman sembari menutup kepala dengan buku dan tas. "Teman-teman, sebaiknya kalau gempa sebenarnya jangan menutup kepala pakai buku. Jika ada tas, bisa pakai tas, untuk jaga-jaga kejatuhan benda keras," kata Zainal melalui pelantang suara.
Menurut Amri Halim, simulasi seperti ini seharusnya rutin diadakan oleh setiap sekolah di Polewali Mandar. Wilayah Sulawesi Barat yang rawan bencana, dia menerangkan, memerlukan banyak kegiatan simulasi mitigasi. Adanya organisasi Palang Merah Remaja (PMR) di setiap sekolah, seperti di SD Pekkabata, bisa menjadi solusi awal ketika terjadi bencana di sekolah.
"Kami hadir di sini sebagai mitra PMR dan juga punya hubungan baik dengan Bu Erni sebagai kepala sekolah," ujar Amri seusai simulasi gempa.
•••
SELAIN menjadi guru, Erniwati rutin menjadi pembawa berbagai acara yang digelar Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar. Kepercayaan itu ia dapatkan karena pengalamannya sebagai penyiar stasiun radio milik Dinas Komunikasi dan Informatika, yakni Topoyo FM. Ia menjadi bagian dari Biro Penyiaran selama 2002-2016.
Kepiawaian berbicara di radio itu, Erniwati mengungkapkan, berawal dari cita-citanya menjadi pengacara. Sejak kecil ia memang dikenal ceriwis, suka berbicara.
Ketika melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada 1994, impiannya menjadi pengacara harus dikubur karena ia masuk ke pendidikan seni tari. Waktu itu ia diterima melalui jalur bebas tes.
"Apalagi saya berasal dari keluarga sederhana yang tidak punya pilihan banyak untuk mengambil jurusan hukum. Saya kuliah harus yang setelah lulus bisa kerja dan membantu ekonomi keluarga."
Impian lain Erniwati yang tidak terwujud adalah menjadi penulis. Sejak kecil, hobinya menulis sudah muncul. Beberapa puisinya pernah dimuat di media massa seperti Harian Fajar dan Pedoman Rakyat.
Saat menempuh pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Makassar—kini bernama Universitas Negeri Makassar—Erniwati menyalurkan hobinya berbicara dan menulis dengan menjadi penyiar radio di Telstar FM pada 1995-1998. "Menjadi penyiar radio di Makassar itu seperti gabungan jadi pengacara dan penulis," tuturnya.
Ketika kembali ke kampung halamannya di Polewali Mandar pada 2002, Erniwati masih menjadi penyiar di stasiun radio milik pemerintah daerah. Ia banyak membahas program pembangunan daerah dan masalah sosial di masyarakat.
"Waktu lulus pegawai negeri sipil 2004, saya diminta Bupati Ali Baal Masdar tetap mengurus radio. Jadi penempatan saya yang dekat dengan pemda, yakni di SD Negeri 066 Pekkabata."
Keahliannya memandu acara itu membuatnya mendapat tugas tambahan di bagian protokol pemerintah Polewali Mandar selama 2009-2019. Posisi itu membuat Erniwati mempunyai kedekatan dengan para kepala daerah baik pada era Ali Baal Masdar maupun penggantinya, Andi Ibrahim Masdar.
Kedekatan itu terlihat ketika Erniwati sebagai Ketua Komunitas Guru Penggerak Polewali Mandar membawa 10 rekannya bertemu dengan Ibrahim Masdar pada Rabu, 30 November lalu. Ia diterima Ibrahim di gazebo kantor bupati. Mereka berdiskusi selama hampir satu jam.
Ibrahim berharap makin banyak guru dari Polewali Mandar yang mengikuti program Guru Penggerak. Ia pun menjanjikan guru yang lulus dari program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi itu promosi sebagai kepala sekolah.
Sebagai komitmen terhadap upaya memajukan pendidikan di Polewali Mandar, Ibrahim meminta Erniwati bertemu dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Andi Himawan Jasin serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Andi Masri Masdar untuk membahas konsep Guru Penggerak tingkat kabupaten.
Ibrahim mengungkapkan, dia mengenal Erniwati lebih dari 10 tahun. Ia mengatakan pemerintah Polewali Mandar beruntung memiliki abdi negara yang punya banyak keahlian seperti Erniwati.
Kepala Balai Guru Penggerak Sulawesi Barat Ervan Agus Munif mengatakan keberadaan guru penggerak di Kabupaten Polewali Mandar diharapkan bisa menjadi lokomotif transformasi pendidikan. Apalagi guru penggerak mendapat dukungan dari kepala daerah, seperti komitmen yang diberikan Bupati Ibrahim.
"Jadi kelas yang diampu guru penggerak bisa diadopsi guru lain," ujar Ervan saat ditemui Tempo di Polewali Mandar, Rabu, 30 November lalu.
Ia melihat masih banyak pekerjaan rumah untuk memajukan pendidikan di Sulawesi Barat. Menurut dia, salah satu indikatornya adalah Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Barat yang berada di posisi ketiga dari bawah di Indonesia, hanya lebih baik dari Papua dan Nusa Tenggara Barat.
"Angka putus sekolah yang tinggi menjadi tantangan sendiri, jadi perlu sosok seperti Bu Erni yang gigih mengajak masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah,” ucapnya.
Kepala SD Negeri 023 Dara yang menjadi pengganti Erniwati, Muhammad Yusuf, bercerita, ia sudah enam kali menjadi kepala di sekolah berbeda. Menurut dia, sebagai sesama alumnus program Guru Penggerak, terdapat perbedaan besar ketika ia mengisi posisi yang ditinggalkan Erniwati.
"Ketika ke sekolah ini, saya merasa tenang. Kalau di sekolah lain, ketika saya masuk sebagai kepala sekolah baru, pasti harus mengurus pembayaran utang dari kepala sekolah sebelumnya," kata Yusuf kepada Tempo, Rabu, 30 November lalu. Dia menambahkan, kemudahan lain adalah ia tinggal melanjutkan program Geser Buli dan kelompok kerja guru yang telah ada.
Rintisan lain Erniwati yang ia teruskan adalah kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka yang rutin digelar setiap akhir pekan. "Saya hanya menambahkan satu program baru, yakni kewajiban salat berjemaah bagi siswa kelas IV-VI sebelum pulang sekolah," ujarnya.
Rekan sejawat Erniwati di SD Pekkabata, Nani, menyebutkan keteladanan yang ia pelajari adalah semangat berbagi yang dicontohkan atasannya tersebut. Meski Ernawati telah menjadi pemimpin, menurut Nani, kelas kecil untuk meningkatkan kapasitas guru masih rutin dijalankan.
"Bu Erni sering ikut workshop dan pelatihan di Jakarta atau Makassar. Kalau selesai pelatihannya, dia tidak pelit berbagi ilmu," ucap Nani kepada Tempo, Kamis, 1 Desember lalu.
IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo