Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Arkeolog Sebut Banyak Data yang Hilang di Situs Gunung Padang

Situs Gunung Padang merupakan salah satu situs megalitik terbesar di Asia Tenggara.

11 Februari 2025 | 15.26 WIB

Area bawah situs megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. Penggalian Gunung Padang pada kedalaman 4 meter ditemukan lapisan tua yang usianya sekitar 5.900 sebelum masehi. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Area bawah situs megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. Penggalian Gunung Padang pada kedalaman 4 meter ditemukan lapisan tua yang usianya sekitar 5.900 sebelum masehi. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Junus Satrio Atmodjo, mengatakan saat ini banyak kehilangan data untuk meneliti situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Padahal, menurut Junus, situs ini merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Junus mengatakan sudah mulai meneliti dan mengunjungi Gunung Padang pada 1984. Saat itu, ia menemukan banyak sekali gerabah dengan tekstur yang tebal-tebal. Menurut dia, gerabah dengan ciri tersebut umumnya berusia lebih dari 1.000 tahun.  

"Ya kami bilang ini primitif ya. Jadi untuk sampai bagian tebal-tebal karena mereka belum bisa membuat gerabah yang tipis," kata dia di acara diskusi "Melihat Kembali Nilai-Nilai Penting Situs Cagar Budaya Nasional Gunung Padang: Suatu Upaya Pelestarian Cagar Budaya Berkelanjutan" di Graha Utama, Gedung Ki Hajar Dewantara, Kemendikdasmen, Selasa, 11 Februari 2025.  

Namun, ketika kembali mengunjungi Gunung Padang, doktor di bidang arkeologi ini tidak lagi menemukan gerabah-gerabah tersebut. Junus menduga benda-benda itu telah diambil oleh masyarakat sekitar, tetapi tidak mengetahui ke mana mereka membawanya.  

Selain itu, bangunan yang ditemukan di situs Gunung Padang memiliki tata ruang yang terdiri dari lorong, tangga, dan halaman. Junus, yang juga termasuk dalam Tim Nasional Gunung Padang 2013, menyebutkan adanya ruangan yang menyerupai kurungan. Namun, sebagian struktur bangunan tersebut telah dicabut oleh masyarakat saat membuka lahan untuk berkebun. Karena dianggap mengganggu, struktur-struktur itu dipindahkan atau dicabut.  

"Saya melihat banyak sekali perubahan. Dan Pemda Jawa Barat sudah membuat menara pandang di situ, yang sebenarnya agak mengganggu ya. Dan batu-batunya itu lebih banyak yang hilang daripada yang utuh. Patah," ujar dia.  

Sebagai informasi, Situs Gunung Padang merupakan punden berundak terbesar dan tertua di Indonesia. Warisan budaya megalitik ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional (CBN).  

Menteri Kebudayaan Fadli Zon bersama Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo sebelumnya melakukan kunjungan kerja ke situs Gunung Padang di Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada 1 Januari 2025 lalu.  

“Banyak yang berpendapat situs Gunung Padang ini sudah ada sejak belasan hingga puluhan ribu tahun lalu. Situs ini membutuhkan penelitian lebih dalam untuk mengungkap sejarah dan jejak peradaban nenek moyang kita,” ujar Fadli.  

Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) situs megalitikum Gunung Padang, sebelumnya telah menerbitkan penelitian situs ini dengan judul "Geo-archaeological Prospecting of Gunung Padang Buried Prehistoric Pyramid in West Java, Indonesia" pada jurnal Archaeological Prospection sejak 20 Oktober 2023. Namun, artikel ilmiah itu ditarik kembali oleh penerbit John Wiley & Sons. Artikel itu hilang dari Wiley Online Library, basis data milik penerbit tersebut, sejak 18 Maret lalu.  

Kasus penarikan publikasi riset soal piramida di Cianjur, yang disebut lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir, menjadi perbincangan kalangan ilmuwan. Pakar paleotsunami dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan masalah itu memang menyulitkan tim untuk melanjutkan penelitian Gunung Padang.  

Tim riset tak setuju dengan vonis major error yang diputuskan oleh pemilik jurnal di Wiley Online Library. Para peneliti ini meminta dukungan dari komunitas akademis, organisasi ilmiah, dan individu yang peduli untuk menentang penarikan. Mereka juga menjunjung tinggi prinsip integritas, transparansi, dan keadilan dalam penelitian dan penerbitan ilmiah.  

Hendrik Yaputra berkontribusi dalam tulisan ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus