Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada suatu petang di awal Februari dua puluh tahun yang lalu. Guruh Soekarnoputra dan Rachmawati Soekarnoputri berbincang akrab di ruang tamu rumah bercat putih yang terletak di bilangan Jati Padang, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ditemani dua cangkir teh hangat, kedua anak Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno itu berbincang mengenai kans majunya Guruh sebagai bakal calon Ketua Umum PDI Perjuangan yang akan menyelenggarakan kongres di Bali pada 28, Maret 2005. "Kamu serius ikut pencalonan itu?" tanya Rachmawati kepada adiknya tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Guruh mengangguk. Ia mengatakan jika dirinya telah didatangi oleh banyak orang yang memintanya untuk maju menjadi bakal calon partai berlambang banteng moncong putih tersebut. "Sudah lama sih, tapi baru sekarang aku pikirin," kata Guruh..
Kedatangan Guruh ke kediaman Rachmawati, adalah untuk meminta pendapat mantan Rektor Universitas Bung Karno itu.
Dalam perbincangan itu, Rachmawati memberikan wejangan kepada Pemimpin grup musik dan tari Swara Mahardika tersebut. Rachmawati mengatakan, yang terpenting PDI Perjuangan harus tetap di garis Soekarno. "Selama masih di garis Soekarno, saya oke-oke saja," kata Rachmawati.
Namun, Guruh tak seorang diri apabila bakal maju sebagai calon Ketua Umum PDI Perjuangan. Ia, kemungkinan besar akan bersaing dengan kakaknya, yaitu Megawati Soekarnoputri yang sama-sama bernaung di partai banteng.
Politikus PDI Perjuangan Sukowaluyo mengatakan, saat itu posisi Megawati masih terbilang amat kuat meski satu tahun sebelumnya dikalahkan oleh mantan anak buahnya dalam pemilihan presiden, yaitu oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Masalah lain, jalan Guruh untuk menjadi calon Ketua Umum PDI Perjuangan saat itu bisa memicu konflik dengan kakaknya.
Dalam perbincangannya bersama Rachmawati petang itu, Rachmawati menanyakan kepada Guruh ihwal niatannya tersebut. "Kamu sudah ngomong dengan Mbak Mega soal ini?" tanya Rachmawati.
Guruh mengangguk menjawab pertanyaan kakaknya itu. Ia mengatakan telah menyampaikan niatnya tersebut beberapa kali.
Pun, Guruh juga telah menemui Megawati, terutama saat putaran kedua pemilihan presiden 2004, dan setelah kontestasi tersebut selesai.
Saat itu, Guruh bercerita, Megawati meminta adik bungsunya itu untuk turun ke bawah, memastikan suara masyarakat dan menggalang dukungan. "Ini bukan partai kita. Semua harus sesuai dengan aspirasi bawah," kata Guruh mengutip kakaknya.
Baca selengkapna: Satu Partai Dua Soekarno