ADAKAH ini kandang ayam? Bukan, ini "kandang" manusia. Ada kamar tidurnya, ada kamar tamunya, ada kamar mandinya. Cuma, karena perumahan itu kecil-kecil, berdinding batako telanjang, lantai semen, dan beratap asbes, maka ia tergolong rumah sederhana. Kemudian, karena tetangganya adalah perumahan elite -- real estate -- jadilah rumah itu semakin buruk dan dijuluki kandang ayam. Itulah perumahan karyawan Pemda DKI di Sunter Agung, Jakarta Utara. Adalah Gubernur DKI Wiyogo yang segera merasa gengsinya jatuh setelah melihat perumahan itu, bulan Juni lalu. Mantan Pangkostrad ini terperangah ketika ia mampir di blok H perumahan berbentuk kopel itu. Luas tiap rumah hanya 21 meter persegi. Hanya ada satu kamar tidur. Jika dibandingkan tetangganya, sungguh seperti bumi dan langit. Kontras. Lantas Wiyogo merasa malu. Ia segera memerintahkan stafnya agar memindahkan perumahan karyawan seluas 3,5 hektare itu. Syaratnya, lokasi baru tetap di kawasan Sunter. Maka, 354 unit rumah yang sudah 95 persen selesai dibangun itu disetop pengerjaannya, akhir bulan lalu. Pemda segera menyiapkan lokasi pengganti di Sunter Jaya, yang jaraknya hanya dua kilometer dari lokasi lama. Sebagian lagi di Sunter Hijau, yang hanya 500 meter dari jalan tol Tanjungpriok-Cawang. Kalau saja perumahan itu tak dipindahkan, maka Agustus ini sudah siap dihuni. Ternyata, lokasi baru ini tidak sestrategis lokasi lama. Masih berbentuk rawa dan kebun kangkung. Pengurukannya saja makan waktu sebulan dan pembangunannya paling tidak perlu waktu 6 bulan. Tapi memang calon penghuni bisa menempati rumah yang lebih layak. Luas tanah tiap kaveling di lokasi lama hanya 65,25 meter persegi, sedangkan kini naik jadi 70 meter persegi dengan luas bangunan menjadi 36 meter persegi. Rumah pun direncanakan berdinding bata merah berplester dengan ubin keramik. Kloset jongkok digantikan yang duduk dan daya listrik pun ditingkatkan dua kali, menjadi 900 watt. Di perumahan baru ada pagar. Dan yang penting, calon penghuni tidak perlu merogoh uang lagi. Harga jual rumah tetap sama Rp 7.747.411 dengan uang muka Rp 3.517.411. Sisanya boleh dicicil setiap bulan Rp 47.200 selama 20 tahun. Ternyata, pemindahan sepihak ini ditolak calon penghuni, yang notabene adalah karyawan Pemda DKI. Mereka menulis surat protes pada Gubernur, Ketua Bappenas, Menpan Ketua DPR, Ketua DPRD dan Badan Pengawas Pelaksana Pengembangan Lingkungan (BP3L) Sunter. Isinya, mereka lebih membutuhkan tanah. Akan halnya bangunan yang bak kandang ayam, itu bisa ditingkatkan bertahap. Protes itu ternyata serius. Bahkan enam karyawan datang ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) untuk mengadukan persoalannya. Ini tentu tidak pernah terpikirkan ketika Pemda DKI mulai memilih perumahan karyawannya di Sunter, 7 tahun lalu. Sampai pembangunan memasuki tahap kelima, persoalan belum ada. Jaraknya dengan perumahan real estate cukup jauh, sekitar 1 km. Ketika tahap keenam dibangun, dan jaraknya cuma 8 meter dari perumahan elite, maka baru terasa betapa sebenarnya rumah itu "tak layak". Calon penghuni betul-betul kecewa. Bahkan ada suara-suara sumbang yang mengatakan bahwa "kandang ayam" itu akan dijadikan ruko (rumah toko) oleh PT Sunter Agung Podomoro atas persetujuan Pemda DKI. Perusahaan inilah yang membangun rumah mewah yang membuat perumahan karyawan tadi menjadi "jatuh gengsinya". Tak jelas, sejauh mana suara sumbang itu benar. Tapi Direktur PD Pembangunan Sarana Jaya, Thamrin Djamain, yang membangun "kandang" ini, mengakui bahwa developer perumahan mewah itu akan membuat rumah permanen yang lebih manis di lokasi "kandang ayam". Untuk siapa? Bukan untuk "ayam" tentunya. Diah Purnomowati dan Linda Djalil
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini