Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bali Menggugat Cium

Masyarakat Bali tak setuju adanya upacara penyambutan turis asing dengan mengalunkan bunga. Tradisi ini dianggap melanggar adat, karena wisatawan pria sering mencium pipi gadis-gadis Bali.

25 November 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERAYA tersenyum manis, gadis Bali yang mengenakan pakaian adat lengkap, payas agung, itu mengalungkan bunga pada para turis yang baru tiba. Lalu, sang turis pun, umumnya pria bule, ngok, mencium pipi si gadis. Maka, Bali pun geger. "Adat" baru, mengalungkan untaian kembang pada turis yang tiba di bandara Ngurah Rai, Denpasar, yang sering dibalas wisatawan asing dengan ciuman di pipi itu, kini ramai digugat. Perilaku wisatawan pria itu dinilai melanggar adat tata susila dan budaya Pulau Dewata. Reaksi datang dari Made Titib, Wakil Sekjen Parisadha Hindu Dharma. "Itu bisa membuat Bali jadi leteh, tak suci lagi, hingga perlu upacara untuk membersihkannya," katanya. Bahkan Gubernur Bali Ida Bagus Oka pun tak menyetujuinya. Apalagi para gadis penyambut itu mengenakan pakaian yang sebenarnya untuk upacara besar di pura. "Kalau mau sambutan yang ramah dan mencerminkan budaya Bali, para tamu bisa disambut dengan tari-tarian panyembrana atau puspa lestari," katanya. Menurut budayawan Bali, Dr. Made Bandem, sambutan yang khas Bali ialah dengan gamelan Bali dan tarian panyembrana. "Dalam tarian itu kan ada penaburan beras kuning atau bunga sebagai ucapan selamat datang," ujarnya. Dirjen Pariwisata Joop Ave, meski tidak menemukan penyambutan tamu seperti itu ketika pekan lalu mengunjungi Bali, juga tak setuju. "Itu tidak sesuai dengan budaya kita, dan menyinggung perasaan masyarakat," katanya. "Kita meningkatkan pariwisata tidak dengan cara seperti itu, tapi dengan profesionalisme yang memperhatikan budaya kita," tambahnya. "Adat" baru itu diperkenalkan oleh, antara lain, PT Delta Tour, dan PT Suar Jaya Tour & Travel. Kedua biro perjalanan ini mungkin menganggap cium pipi oleh turis asing sebagai kebiasaan orang Barat yang wajar. "Lagi pula, gadis-gadis itu kan tidak sengaja menyodorkan pipi," ujar Suasti dari Suar Jaya. Cara penyambutan tamu seperti itu ternyata sudah sejak tiga tahun lalu disediakan oleh Perum Angkasa Pura. Tarifnya macam-macam. Penyambutan tamu dengan tarian panyembrana antara Rp 135 ribu dan Rp 185 ribu. Itu belum termasuk untaian bunga seharga Rp 7.500. Bila diabadikan dengan video, tarifnya Rp 75 ribu. Bila minta dipotret, Rp 30 ribu. Delta Tour biasanya memesan gadis penyambut tamu dari Angkasa Pura dengan honor Rp 15 ribu per orang. Tapi Suar Jaya lebih suka mengontrak bulanan sekitar Rp 150 ribu per orang. Akan halnya penyambutan tamu dengan tari panyembrana, hal ini tentu saja ditolak karena biayanya lebih mahal. "Kalau cara pengalungan bunga itu dianggap melanggar tata nilai budaya Bali, bagaimana dengan wanita Bali dulu yang bertelanjang dada? Sekarang ada turis ikut-ikut bertelanjang dada, atau mencium pipi, dianggap melanggar budaya," kata Ketut Panca. "Dengan atau tanpa pariwisata, Bali tetap akan berubah," tambah Direktur Delta Tour itu. Salah seorang gadis penyambut tamu itu, Ni Komang Sri Gustiari, 18 tahun, mengaku rada risi juga dicium lelaki tak dikenal seperti itu. "Tapi sebagai penyambut tamu saya kan harus ramah," katanya kalem. Sejak 6 bulan lalu mahasiswi Universitas PGRI ini dikontrak oleh biro perjalanan Dirga Bali. Tarifnya? "Pokoknya cukuplah untuk biaya kuliah," katanya. Soal cium pipi ini sempat jadi polemik di koran-koran terbitan Denpasar. Bahkan muncul pula surat pembaca yang mempersoalkan leteh atau rusaknya adat dan budaya Bali gara-gara cipokan itu. "Bagaimana dengan guide lelaki Bali yang kumpul kebo dengan turis cewek? Apakah ini tidak lebih membuat leteh?" tulis surat pembaca yang tidak mencantumkan nama dan alamat itu. BSH, Djoko Daryanto (Denpasar), dan Liston P. Siregar (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus