Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Batal Mahar Jenderal Nagabonar

Beragam cara ditempuh Ahmad Heryawan merayu Deddy Mizwar. Ngambek karena ditawari uang ganti rugi.

18 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RESEPSI perkawinan itu usai sudah. Sepasang pengantin dan para kerabat beranjak pulang. Namun Deddy Mizwar, ayah mempelai perempuan, tetap bertahan. Sabtu malam dua pekan lalu, aktor senior itu mengajak beberapa tamunya menghabiskan waktu di restoran hotel di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tempat resepsi diselenggarakan.

Kepada tamunya, Direktur Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah, Deddy membagi kegalauan. Malam itu batas terakhir bagi Deddy untuk memberi jawaban atas lamaran Ahmad Heryawan. Gubernur Jawa Barat itu mengajaknya berpasangan pada pemilihan Gubernur Jawa Barat, 24 Februari 2013.

Tiga jam lebih obrolan di pojok restoran itu berputar-putar pada kemungkinan masa depan Jawa Barat. Juga seberapa optimal aktor senior itu bisa berperan menjadi wakil gubernur. Mereka juga berhitung teknis membagi waktu antara kewajiban yang tersisa sebagai pekerja seni dan usaha pemenangan.

Tiba-tiba saja Deddy menarik napas dan menegakkan badan. Sang jenderal dalam film Nagabonar itu mengucapkan, "Insya Allah, saya bersedia dicalonkan." Jam restoran menunjukkan pukul 02.17, Ahad, 4 November 2012.

Jawaban itu segera dikirim ke Bandung. Eep mencoba menelepon Ahmad Heryawan, juga sejumlah politikus Partai Keadilan Sejahtera Jawa Barat. Telepon tak diangkat, Eep meninggalkan pesan pendek. Pesan itu diterima Ahmad Heryawan pada subuh. Ia menyatakan bersujud syukur. Deddy mengaku plong. Soal jawaban yang memakan waktu, Deddy mengatakan butuh waktu berpikir. "Saya butuh salat istikarah," tuturnya.

l l l

HAMPIR empat bulan Partai Keadilan Sejahtera merayu Deddy Mizwar. Menurut Ketua PKS Jawa Barat Tate Qomaruddin, pendekatan alot dilakukan agar partainya mendapatkan tokoh dan pesohor sebagai pendamping calon inkumben, Ahmad Her­yawan alias Aher.

Menurut Tate, Deddy bukan sekadar pesohor di dunia seni. Aktor kawakan ini dinilainya punya citra baik, dengan karakter idealis dan rekam jejak bersih. Selain itu, menurut survei partai, popularitas dan elektabilitas Deddy cukup tinggi.

Pilihan mencari pendamping dari kalangan pesohor bukan tanpa alasan. Popularitas Ahmad Heryawan sebagai gubernur tertinggal jauh dari wakilnya, Dede Yusuf. Riset Lembaga Survei Nasional pada 18-20 September di 26 kota dan kabupaten di Jawa Barat menunjukkan popularitas dan elektabilitas Aher hanya 58 persen, jauh di bawah Dede Yusuf, yang mencapai 97 persen, atau Rieke Diah Pitaloka, dengan 68,1 persen.

Sebenarnya sudah lama Aher mengantongi nama Deddy Mizwar. Mereka sering bertemu di Bandung. Meski begitu, ini bukan berarti Deddy mengenal betul Aher. Karena itu, Aher memutuskan mengirim utusan.

Melalui Hatta Taliwang, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Amanat Nasional, yang juga karib Deddy, dirancang pertemuan di Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Sambil makan nasi uduk, kata Deddy, Aher menawarinya jadi calon wakil gubernur. Alih-alih segera setuju, Deddy malah menyodorkan sejumlah nama. Aher menolak. Saat dipaparkan nama Deddy menduduki peringkat atas hasil survei, Deddy tak percaya.

Menurut Saurip Kadi, karib Deddy Mizwar, pertemuan di Kebon Kacang itu tak berhenti. Tawaran terus berlanjut. Pusing karena banyak yang mengingatkan, Deddy mengajak kawan-kawannya berdiskusi. Ia meminta karibnya memberi masukan.

Alhasil, 16 September lalu, Deddy mendengarkan masukan dari kawan-kawannya di Restoran Pulau Dua, Senayan. Ia juga mengontak Eep. Saat itu, Deddy diingatkan agar menolak saja kalau tawaran hanya sebatas mendongkrak popularitas Aher. "Lupakan, kecuali jika memang serius mau membuat Jawa Barat lebih baik," kata Eep. Eep menyarankan Deddy mengontak dan mengajak diskusi Aher lebih lanjut.

Sepekan kemudian, Deddy menelepon Eep dan mengajak bertemu dengan Aher. Ketiganya sepakat bertemu di Hotel Mulia, Jakarta. Eep mengaku hanya ikut 20 menit pertama. Selebihnya, ia pamit karena mengejar pesawat ke Malang, Jawa Timur.

Sepeninggal Eep, Deddy dan Aher saling mencecar selama lima jam. Keduanya saling menanyakan konsep masing-masing. Menurut Aher, Deddy menanyakan apa saja yang bisa dilakukan dan sudah dilakukan di Jawa Barat. "Saya mencecarnya sampai 81 item," ujar Deddy.

Hasilnya? Meski mengaku lebih mengenal Aher, Deddy tetap belum sreg. Ia mengatakan ingin membantu Aher, yang disebutnya orang baik, tanpa perlu menjadi wakil gubernur. Aher pun mengaku lebih mengenal Deddy, bukan sebagai artis, melainkan budayawan.

Survei internal PKS juga dilakukan sejak awal hingga akhir September. Aher dipasangkan dengan sejumlah nama. Selain Deddy, ada Desy Ratnasari, Primus Yustisio, Bupati Bogor Rahmat Yasin, juga Irianto M.S. Syafiuddin alias Yance. Berada di urutan atas, Deddy belum memberi jawaban.

Aher tak kurang akal. Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI itu meminta Eep mengajak Deddy bertemu dengan sejumlah kader PKS di Bandung. Deddy bersedia. Selasa, 16 Oktober, di sebuah restoran di kawasan Soekarno-Hatta, Bandung, Deddy dirayu kader-kader PKS yang hadir. Ia masih menggeleng.

Malamnya, Aher mengajak Deddy dan Eep ke Lembang, bertemu dengan Hilmi Aminuddin. Di rumah Ketua Majelis Syura PKS itu sudah ada pengurus pusat dan Jawa Barat. "Ini silaturahmi," kata Aher. Tak ada pembicaraan politik. Menurut Deddy, peserta pertemuan hanya ketawa-ketawa. Bahkan Hilmi membiarkan tamunya merokok, sesuatu yang jarang dilakukan. Toh, Deddy belum juga memberi jawaban.

Suatu malam, dengan marah, Deddy menelepon Eep. Ia mengajak bertemu dan menceritakan baru saja ditemui seseorang. Orang itu menawarkan ganti rugi atas semua kontrak yang bakal ditinggalkan jika Deddy mau menjadi calon wakil gubernur. "Emang-nya saya ini barang politik yang bisa diperdagangkan. Sudah Ep, jangan lagi bicara Jawa Barat," ujarnya, seperti ditirukan Eep. Cerita ini belakangan disampaikan Eep kepada Aher. "Gerun­delan" ini justru membawa hikmah. Komunikasi Deddy dan Aher justru meningkat dengan Eep sebagai penghubung.

Belakangan, menjelang batas waktu pendaftaran tiba, 4 November 2012, Deddy memikirkan ulang tawaran itu. Ia juga minta waktu bicara dengan keluarganya. Keputusan diambil setelah resepsi pernikahan putri Deddy. Dinihari, ia mengabarkan keputusannya menerima pencalonan itu.

Keputusan itu disambut gembira kubu Ahmad Heryawan. Untuk memuluskan urusan, Aher bertemu dengan Ketua Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali, memastikan soal koalisi sekaligus menyampaikan hasil akhir pencalonan. Kesediaan PPP berkoalisi dengan PKS, Partai Hanura, dan Partai Bintang Bulan memuluskan pencalonan. PKS tak bisa sendirian melenggang maju dengan 13 kursi. Sesuai dengan syarat, butuh dua kursi lagi untuk memperoleh tiket pencalonan.

Di Hotel Crown Jakarta, tiga hari sebelum pertemuan dengan Suryadharma, Aher bertemu dengan Deddy, meneken sejumlah kontrak pencalonan dan administrasi. Keduanya berpelukan. Saat itu, ibarat motor, Deddy mengaku berada dalam posisi gigi tiga. "Rasanya mau ngegas saja," ujarnya.

Sabtunya, tepat di Hari Pahlawan, Aher dengan sumringah memamerkan gandengan barunya itu kepada orang banyak. "Saya memilih dia bukan karena dia aktor, bukan juga artis populer," kata Aher. "Ini karena kami satu hati, satu visi."

Widiarsi Agustina, Dianing Sari, Erick Priberkah Hardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus