Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pisah Jalan Para Pendengung Jokowi. Kenapa Mereka Terbelah dan Berubah Haluan?

Sikap pendengung pada era Jokowi mulai terbelah dan ada yang berubah haluan. Ada kepentingan yang tidak terpenuhi. 

21 Januari 2025 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pelantikan pejabat Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di kantor Kementerian Komdigi, Jakarta, 13 Januari 2025. Dok. Kementerian Komdigi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pendegung di era Jokowi menjadi staf khusus kementerian pada masa pemerintahan Prabowo Subianto.

  • Denny Siregar, pendengung di era Jokowi, berubah sikap pada era pemerintahan Prabowo.

  • Berubahnya sikap pendengung disebut-sebut karena ada kepentingan yang tidak terpenuhi.

MELALUI akun media sosial X, Denny Siregar menyampaikan ucapan selamat atas dilantiknya Rudi Sutanto menjadi staf khusus di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Buzzer atau pendengung pada masa pemerintahan Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo itu mencuit lewat akun X miliknya, @Dennysiregar7, beberapa jam setelah Rudi mengucapkan sumpah jabatan. “Selamat ya @Kurawa akhirnya cita-citanya untuk jadi pejabat kecapai juga. Biar bisa selevel sama @kangdede78,” cuit Denny pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akun X dengan pengguna @Kurawa dan @kangdede78 yang disebutkan Denny merujuk pada dua nama pendengung pada masa pemerintahan Jokowi. @Kurawa disebut merupakan akun milik Rudi Sutanto alias Rudi Valinka. Adapun akun @kangdede78 merupakan akun yang dimiliki Komisaris PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Kristia Budiyarto alias Dede Budhyarto. “Sudah kelihatan siapa yang punya kepentingan materi serta jabatan dan siapa yang tidak,” ujar Denny kepada Tempo pada Senin, 20 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Denny Siregar. ANTARA/Dok. Pribadi

Menteri Komdigi Meutya Hafid melantik Rudi bersama 20 pejabat kementerian lain. Penunjukan Rudi didasarkan pada keahlian figur. Bahkan Kementerian menyatakan telah memeriksa berkas riwayat hidup atau curriculum vitae Rudi. Meutya mengatakan tidak tahu-menahu soal rekam jejak Rudi sebagai pendengung. “Rudi Sutanto yang saya kenal, ya, Rudi Sutanto. Saya tidak mau berspekulasi mengenai siapa Rudi Sutanto,” ujar Meutya. 

Pada masa pemerintahan Jokowi, nama Denny Siregar dikenal sebagai pendengung yang aktif menyampaikan narasi membela pemerintah. Saat terjadi aksi demonstrasi #ReformasiDikorupsi pada September 2019, misalnya, Denny mengunggah video penghentian mobil ambulans milik Pemerintah Provinsi Jakarta oleh kepolisian yang dituding membawa batu dan bahan bakar bagi demonstran. "Hasil pantauan malam ini. Ambulans pembawa batu ketangkep pake logo @DKI Jakarta," cuitnya saat itu. Bahkan cuitan itu disampaikan lebih cepat daripada akun milik kepolisian @TMCPoldaMetro. 

Sikap Denny mulai berubah ketika muncul upaya Jokowi melanggengkan politik dinasti. Di antaranya dukungan terhadap Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi, maju sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden 2024 setelah putusan Mahkamah Konstitusi melanggengkan jalan pencalonan. Selain itu, didapuknya Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia. 

Denny menujukkan perubahan pandangan pada Oktober tahun lalu, beberapa hari sebelum Jokowi lengser dari jabatan sebagai presiden, yang kemudian digantikan oleh Prabowo Subianto berdasarkan hasil pemilihan presiden 2024. Dia mengunggah video bertajuk “Surat Cinta untuk Jokowi”, yang isinya kritik terhadap tindakan mantan Wali Kota Solo tersebut. “Saya pindah haluan karena taat konstitusi,” tutur Denny. 

Seorang pendengung lain yang berkomunikasi dengan Tempo mengatakan didapuknya Rudi dan Dede, dua pendengung Jokowi di pemerintahan Presiden Prabowo, bukan sekadar balas budi atas dukungan dalam pemilihan presiden 2024. Pendengung ini mengatakan Rudi dan Dede merupakan pendengung dengan jumlah pengikut yang banyak di media sosial. Rudi dan Dede dinilai mampu menggiring opini publik melalui cuitan-cuitan mereka di media sosial. 

Pendengung yang menolak namanya disebutkan dalam penulisan ini merupakan relawan sejak era Jokowi yang berlanjut di pemerintahan Prabowo. Pendengung ini sempat membuat narasi tandingan di media sosial perihal masuknya Jokowi sebagai nomine presiden terkorup 2024 versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). OCCRP adalah jaringan jurnalis investigasi global di enam benua.

Pendengung itu juga menyinggung sikap Denny yang dinilai tak sadar diri atas rekam jejak digitalnya. Ia mengatakan sikap Denny yang berubah haluan bukan atas ketaatan pada konstitusi, melainkan ada kepentingan yang tidak terpenuhi. Kepentingan itu, kata dia, sudah lama disampaikan kepada Jokowi saat masih menjabat presiden. “Namun, hingga menjelang lengser, Jokowi tidak mewujudkan kepentingan Denny,” ujar pendengung ini. Namun dia tidak merinci apa kepentingan Denny tersebut.

Adapun Denny membantah tudingan bahwa yang ia lakukan karena kebutuhan ekonomi. Dia menegaskan menolak diberi imbalan apabila menerima penugasan. “Hal yang saya lakukan murni karena harapan akan pemerintahan yang baik, bukan karena imbalan atau permintaan,” katanya. 

Mengapa Pendengung Dipersoalkan

Denny mengatakan, saat masih di kubu Jokowi, ia kerap menyampaikan narasi membela mantan Gubernur Jakarta itu. Namun, kata dia, semua yang ia sampaikan merupakan isi pikiran pribadi. Denny mengklaim semua cuitannya itu dibuat secara sukarela tanpa mengharapkan iming-iming imbalan ataupun jabatan. “Terlalu hina,” ucapnya.

Selama menjadi pendengung, Denny menuturkan pernah bertemu dalam persamuhan dengan Jokowi di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, pada 2020. Dia menyebutkan persamuhan itu juga dihadiri sejumlah pendengung lain, tapi tidak ada bahasan perihal membuat narasi tandingan sehubungan dengan isu-isu negatif pemerintah. “Yang dibahas, kami diminta menyebutkan siapa presiden pilihan kami selanjutnya,” ujarnya. 

Setelah memutuskan untuk tidak lagi memoles citra pemerintahan Jokowi dan tak sejalan dengan pemerintahan sekarang, Denny mengklaim hidupnya tetap sejahtera. “Yang saya dan kawan-kawan lain alami hanya pembunuhan karakter.” 

Tempo belum mendapat konfirmasi dan tanggapan dari Rudi Sutanto dan Kristia Budiyarto. 
Tempo telah menghubungi keduanya melalui pesan dan sambungan telepon yang terkoneksi dengan aplikasi perpesanan WhatsApp. Namun, hingga laporan ini dipublikasikan, pesan tersebut hanya menunjukkan notifikasi terkirim.

Meski begitu, pada Sabtu pekan lalu, setelah menuai sorotan dari berbagai pihak, Rudi melalui akun X, @Kurawa, menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang merundungnya. "Terima kasih atas ucapan dan perundungannya. Sudah selesai belum liputan khusus Stafsus?" kata Rudi pada Sabtu, 18 Januari 2025. "Kami buktikan pengabdian buat bangsa semoga menghasilkan sesuatu yang berguna buat warga."

Hammam Izzudin dan Eka Yudha Saputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Andi Adam Faturahman

Andi Adam Faturahman

Berkarier di Tempo sejak 2022. Alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mpu Tantular, Jakarta, ini menulis laporan-laporan isu hukum, politik dan kesejahteraan rakyat. Aktif menjadi anggota Aliansi Jurnalis Independen

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus