Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

BNPT: Lebih dari 250 Buku Terorisme Beredar Bebas di Internet

"Penyebaran buku-buku itu di internet merupakan bagian dari propaganda kelompok teroris," kata Deputi Penindakan dan Penegakan Hukum BNPT Ibnu.

2 Desember 2021 | 11.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi teroris. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Penindakan dan Penegakan Hukum Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Inspektur Jenderal Ibnu Suhendra mengatakan saat ini terdapat lebih dari 250 judul buku tentang radikalisme dan terorisme yang beredar bebas di internet. Buku-buku yang sebagian besar berformat portable document format atau PDF itu bisa leluasa diakses dan diunduh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Penyebaran buku-buku itu di internet merupakan bagian dari propaganda kelompok teroris. Mereka saat ini beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi, memanfaatkan internet untuk menyebarkan ajarannya," ujarnya sambil menunjukkan ratusan judul buku tersebut saat berkunjung ke kantor Tempo pada Rabu, 1 Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ratusan buku itu sebagian besar adalah karangan para petinggi Negara Islam Irak dan Suriah yang selanjutnya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Salah satu penterjemah buku-buku tersebut adalah Aman Abdurrahman. Pendiri kelompok Jamaah Ansharut Daulah ini terdeteksi sudah menterjemahkan sekitar 200 buku yang berisi propaganda menyebarkan radikalisme.

Sejumlah doktrin yang disampaikan di buku-buku tersebut adalah anggapan bahwa negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah negara kafir, menganjurkan menyerang dan membunuh polisi dan penegak hukum di negara kafir, hingga menganggap umat muslim yang tidak sepaham dengan kelompok mereka adalah kafir.

"Buku-buku ini yang mengispirasi para pelaku teror. Dalam setiap penangkapan teroris, kami menemukan buku-buku tersebut yang sekarang dijadikan format PDF dan disebarkan di internet," ujar Ibnu.

BNPT berharap Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bisa segera mengantisipasi maraknya peredaran buku-buku radikalisme tersebut. "Seumpama terorisme adalah buah, maka radikalisme adalah pohonnya. Selama paham radikalisme tidak dibendung, terorisme akan terus terjadi," ujarnya.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus