WAJAH-WAJAH buruh asal Cina itu tampak kusut dan lesu. Setelah menempuh perjalanan panjang Pekanbaru-Medan, 87 buruh RRC itu dipulangkan ke negerinya setelah bekerja di pabrik pulp milik PT Indah Kiat di Perawang, Riau. Hari Rabu pekan lalu, mereka diterbangkan dengan Garuda dari Bandara Polonia, Medan, ke Guangzhou, RRC. Setelah dihujani protes dari berbagai pihak, sekitar 200 pekerja Cina yang kini tengah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT Indah Kiat Pulp & Paper di Serang, Jawa Barat, pekan ini juga akan dipulangkan. Begitu pula tenaga kerja Cina di PT Tjiwi Kimia, Mojokerto, Jawa Timur. Ini adalah rangkaian pemulangan sekitar 660 orang tenaga kerja asal Cina yang dipekerjakan oleh Indah Kiat, perusahaan milik konglomerat Eka Tjipta Widjaya dari Grup Sinar Mas. Dalam dengar pendapat dengan Komisi V DPR Rabu pekan lalu, Jusuf Hamka, penasihat Eka Tjipta, memang menyebutkan bahwa perusahaannya akan memulangkan semua tenaga kerja asal Cina ini secara bertahap. "Kalau sekarang dipulangkan semua, pemasangan mesin-mesin itu tak dapat dirampungkan," kata Jusuf Hamka, yang diberi tugas mewakili Eka Tjipta. Kecuali produksi pulp dan kertas bisa jatuh, pemulangan itu bisa pula berdampak bagi nasib 12.000 tenaga kerja Indonesia yang kini dipekerjakan Indah Kiat. Pemulangan tenaga kerja asal Cina ini, seperti diakui Jusuf Hamka, tak lepas dari kekeliruan pihak Indah Kiat. Perusahaan PMA ini, katanya, terlalu terburu-buru menyetujui mendatangkan tenaga kerja RRC dalam satu paket dengan mesin-mesin yang dibelinya. "Negosiasi pembelian mesin PLTU itu dilakukan sebelum normalisasi hubungan RI-RRC," kata Nyauw Kwet Meen, salah satu direktur Indah Kiat. Kehadiran mereka di tengah-tengah antrean panjang jutaan penganggur Indonesia yang mencari kerja itulah yang kemudian mengundang protes, kendati Imigrasi dan Departemen Tenaga Kerja telah memberi izin masuk dan bekerja. "Ini pelajaran mahal buat saya," kata Menteri Cosmas Batubara. Untuk itu, Menteri Cosmas lantas minta bantuan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk meneliti benar-tidaknya yang didatangkan dari Cina itu tenaga ahli. Hasil sementara, BPPT telah merekomendasikan beberapa tenaga ahli Cina bisa digantikan oleh orang pribumi. Berdasarkan kontrak, kata Kwet Meen, semua tenaga kerja asal RRC itu tak digaji Indah Kiat. Mereka ditanggung si penjual mesin. Di Serang, misalnya, ketika pekan lalu TEMPO melihat pabrik itu, fasilitas para tenaga kerja Cina memang tampak lebih baik ketimbang buruh lokal yang berpenghasilan Rp 2.600 sehari dan kontrak di rumah kumuh di luar pabrik. Sekitar 360 orang tenaga asal Cina ditampung dalam delapan barak berukuran 100 x 3,5 meter yang dibangun di sudut kompleks pabrik seluas 250 ha itu. Tiap barak dilengkapi alat penyejuk udara. Di tengah-tengah kompleks penampungan ada sebuah aula. Para tenaga kerja pada malam hari bisa menonton film Mandarin lewat video yang ditayangkan layar televisi 17 inci. Tempat penampungannya dirancang seperti suasana kampung halaman mereka, lengkap dengan tulisan dan ornamen Cina. Tiap sudut kompleks barak terpampang tulisan "Dilarang Merokok" dalam tulisan kanji. Dan larangan itu memang ditaati. Rata-rata mereka akan mengakhiri masa kontraknya selama satu tahun. Khusus pembangunan PLTU Indah Kiat di Serang dalam waktu dekat akan diteruskan oleh Mohammad (Bob) Hasan. Perusahaannya, PT Inti Karya Persada Teknik, akan menyelesaikan pembangunan co-generator bernilai US$ 470 juta, yang akan menghasilkan listrik 35 megawatt itu. Syaratnya, kata Bob Hasan, semua tenaga asing Cina dipulangkan. "Buat apa memakai tenaga asing kalau kita bisa memanfaatkan putra-putra Indonesia?" ujar Bob. Sebagai contoh, ia menunjuk prestasi Inti Karya bersama PT Fajar Mas Murni ketika menggarap PLTU Suralaya, yang berkekuatan 400 megawatt, tahun 1988. Juga PLTU Petrokimia, Gresik, tahun lalu. Jadi, "Yang di Indah Kiat itu sih keciiil. Gampang itu," kata raja kayu Bob Hasan. Proposal Inti Karya sudah disetujui Indah Kiat. "Sembilan puluh sembilan persen pelimpahan tanggung jawab akan diserahkan kepada kami," kata Presdir Inti Karya, Raysoeli Moeloek, kepada TEMPO. "Bisa dimulai bulan depan," katanya. Namun, diakui bahwa Inti Karya mesti berunding dulu dengan pihak penjual mesin di RRC mengenai pemulangan buruh Cina itu, dan siapa yang mesti menanggung biaya penyelesaian pemasangan mesin PLTU tersebut. Moeloek belum bisa merinci berapa tenaga yang dibutuhkan. Jumlahnya mungkin tidak sebesar tenaga kerja RRC sekarang. Satu hal yang perlu diketahui, katanya, konstruksi mesinnya memang rumit, terpisah-pisah, dan bentuknya kecil-kecil. "Karena di RRC memang terbiasa bekerja dengan orang banyak," kata Moeloek. Sebenarnya, bukan cuma kali ini Indah Kiat digoyang dalam hal tenaga kerja. Februari lalu, pabrik kertas jenis kraft liner dan carton box ini pernah didemonstrasi masyarakat. Sekitar 200 orang yang diangkut 10 truk dari Kecamatan Kragilan, Serang, sempat menduduki pabrik itu selama dua jam. Mereka menuntut agar Indah Kiat mempekerjakan tenaga kerja lokal. Massa baru keluar pabrik setelah digiring aparat keamanan. Tapi kemudian Indah Kiat memang membuka lowongan buat masyarakat sekitarnya, mulai dari tukang kebun sampai buruh pabrik. Agus Basri, Andi Reza Rohadian, Aji Surya (Jakarta) dan Affan Bey Husasuhut (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini