DUA hari sebelum Kaskopkamtib Laksamana Soedomo mengungkapkan
terbongkarnya komplotan yang hendak mendirikan negara tandingan
dengan dasar agama, Komandan Kodim 0804 Letkol Panudju, 31
Januari lalu sudah menjelaskan adanya penangkapan di kabupaten
Magetan, Jawa Timur. Kepada ribuan masyarakat yang membanjiri
aula pusat Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Panudju
mengatakan bahwa pembicaraannya malam itu bukan sebagai
pengajian. Tapi sebagai pemberitahuan mengenai keadaan negara
yang sedang menghadapi Pemilu 1977.
Dalam bahasa Jawa, Dandim yang tidak mengenakan pakaian seragam
itu menyebutkan adanya usaha untuk mengganggu Pemilu dan hendak
mendirikan negara tandingan. "Kasarnya hendak mendirikan Negara
Islam Indonesia tuturnya. Ia kemudian menyebutkan bahwa di luar
negeri sekalipun tak ada negara Islam. "Arab itu ya Arab, Saudi
Arabia, Yaman ya Yaman, Irak ya Irak. Tidak ada Islam Irak atau
Irak lslam. Lha kok Indonesia yang sudah baik dengan dasar
Pancasila kok akan mendirikan negara Islam. Kan keliru. Keliru
apa tidak ini?" tanya Dandim yang disahut dengan spontan:
Keliruuu!
Dandim kemudian menyebutkan nama mereka yang sudah ditangkap.
Yakni Juhri, Slamet Hanafi, Sudirman, Sumadi, Muhsin Munasir,
Subakir, Sabihis, Arifin dan Adam. Sedang Slamet Zainuri dan drs
Ahmad Zainuri melarikan diri. Semua itu dikatakan kena pengaruh
dari luar, yakni Jawa Barat atau daerah Pasundan. "Semua itu
sudah dibai'at di Bandung dan Madiun", katanya.
Gerakan itu dikatakan akan dimulai jam 4 subuh 1 Pebruari 1977
dengan pembakaran. Pembakaran dimulai dari kota Magetan
dilanjutkan di Takeran disertai dengan penculikan terhadap
pimpinan pesantren PSM.
"Para pimpinan PSM itu sendiri tidak mengerti kalau akan
diculik", kata Dandim. Tentu saja bukan tidak hanya mengerti,
tapi tidak mengira sama sekali. Sebab Slamet Hanafie, Zuhri,
Sumadi, Sabihis, Sudirman adalah guru pada pesantren tersebut.
Slamet Hanafie dan Arifin bahkan alumni terbaik tahun 1968 dan
1970, sekaligus kader terkemuka pesantren tersebut.
Pembicaraannya malarn itu, menurut Dandim bukan dikarang-karang
ataupun untuk menakut-nakuti. Tetapi untuk menghilangkan
prasangka dan agar masyarakat menjadi jelas. "Jangan sampai ada
yang berpendapat bahwa ditangkapnya si anu itu gara-gara laporan
dari pimpinan PSM". Dandim mengaku menerima tugas dari atasan
untuk mengambili "coro-coro" yang akan merusak pesantren dari
dalam. Dengan penjelasan itu diharapkan juga agar masyarakat
tidak mengeluarkan isyu yang tidak benar.
PSM merupakan organisasi pendidikan Islam yang berpusat di
Takeran dengan cabangnya yang ratusan bertebaran di daerah
Madiun dan Kediri. Sejak sebelum Pemilu 1977, PSM menyatakan
menjadi keluarga besar Golongan Karya hingga sekarang. HM
Tarmuji sendiri, Ketua Majelis Pimpinan Pusat PSM yang konon
akan diculik, kini duduk sebagai anggota DPRD Jatim dan calon
DPR Pusat.
Dandim sendiri mengatakan masalah ini bukan masalah Golkar,
bukan masalah PPP dan bukan masalah PDI. Tapi masalah pengacau
negara. Siang hari sebelum Dandim bicara, dikatakan Kepala
Wilayah PPP Jawa Timur juga telah datang ke Kodim dengan tiga
orang sarjana hukum, yang dikatakan akan mengajar hukum. Mereka
juga dinilai akan mencampuri. "PPP lha kok turut campur. Ini kan
lucu. Dagelan yang tidak lucu, badut yang tidak lucu .... ".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini