Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Letkol Panuju memberikan penjelasan di pesantren sabilil Muttaqien Takeran, Ja-Tim tentang penangkapan komplotan yang bermaksud menganggu pemilu dan mendirikan negara Islam Indonesia.

12 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA hari sebelum Kaskopkamtib Laksamana Soedomo mengungkapkan terbongkarnya komplotan yang hendak mendirikan negara tandingan dengan dasar agama, Komandan Kodim 0804 Letkol Panudju, 31 Januari lalu sudah menjelaskan adanya penangkapan di kabupaten Magetan, Jawa Timur. Kepada ribuan masyarakat yang membanjiri aula pusat Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran, Panudju mengatakan bahwa pembicaraannya malam itu bukan sebagai pengajian. Tapi sebagai pemberitahuan mengenai keadaan negara yang sedang menghadapi Pemilu 1977. Dalam bahasa Jawa, Dandim yang tidak mengenakan pakaian seragam itu menyebutkan adanya usaha untuk mengganggu Pemilu dan hendak mendirikan negara tandingan. "Kasarnya hendak mendirikan Negara Islam Indonesia tuturnya. Ia kemudian menyebutkan bahwa di luar negeri sekalipun tak ada negara Islam. "Arab itu ya Arab, Saudi Arabia, Yaman ya Yaman, Irak ya Irak. Tidak ada Islam Irak atau Irak lslam. Lha kok Indonesia yang sudah baik dengan dasar Pancasila kok akan mendirikan negara Islam. Kan keliru. Keliru apa tidak ini?" tanya Dandim yang disahut dengan spontan: Keliruuu! Dandim kemudian menyebutkan nama mereka yang sudah ditangkap. Yakni Juhri, Slamet Hanafi, Sudirman, Sumadi, Muhsin Munasir, Subakir, Sabihis, Arifin dan Adam. Sedang Slamet Zainuri dan drs Ahmad Zainuri melarikan diri. Semua itu dikatakan kena pengaruh dari luar, yakni Jawa Barat atau daerah Pasundan. "Semua itu sudah dibai'at di Bandung dan Madiun", katanya. Gerakan itu dikatakan akan dimulai jam 4 subuh 1 Pebruari 1977 dengan pembakaran. Pembakaran dimulai dari kota Magetan dilanjutkan di Takeran disertai dengan penculikan terhadap pimpinan pesantren PSM. "Para pimpinan PSM itu sendiri tidak mengerti kalau akan diculik", kata Dandim. Tentu saja bukan tidak hanya mengerti, tapi tidak mengira sama sekali. Sebab Slamet Hanafie, Zuhri, Sumadi, Sabihis, Sudirman adalah guru pada pesantren tersebut. Slamet Hanafie dan Arifin bahkan alumni terbaik tahun 1968 dan 1970, sekaligus kader terkemuka pesantren tersebut. Pembicaraannya malarn itu, menurut Dandim bukan dikarang-karang ataupun untuk menakut-nakuti. Tetapi untuk menghilangkan prasangka dan agar masyarakat menjadi jelas. "Jangan sampai ada yang berpendapat bahwa ditangkapnya si anu itu gara-gara laporan dari pimpinan PSM". Dandim mengaku menerima tugas dari atasan untuk mengambili "coro-coro" yang akan merusak pesantren dari dalam. Dengan penjelasan itu diharapkan juga agar masyarakat tidak mengeluarkan isyu yang tidak benar. PSM merupakan organisasi pendidikan Islam yang berpusat di Takeran dengan cabangnya yang ratusan bertebaran di daerah Madiun dan Kediri. Sejak sebelum Pemilu 1977, PSM menyatakan menjadi keluarga besar Golongan Karya hingga sekarang. HM Tarmuji sendiri, Ketua Majelis Pimpinan Pusat PSM yang konon akan diculik, kini duduk sebagai anggota DPRD Jatim dan calon DPR Pusat. Dandim sendiri mengatakan masalah ini bukan masalah Golkar, bukan masalah PPP dan bukan masalah PDI. Tapi masalah pengacau negara. Siang hari sebelum Dandim bicara, dikatakan Kepala Wilayah PPP Jawa Timur juga telah datang ke Kodim dengan tiga orang sarjana hukum, yang dikatakan akan mengajar hukum. Mereka juga dinilai akan mencampuri. "PPP lha kok turut campur. Ini kan lucu. Dagelan yang tidak lucu, badut yang tidak lucu .... ".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus