Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Bonnie Triyana mengatakan seharusnya pameran karya seni Yos Suprapto tak perlu dibatasi dengan membatalkan pelaksanaannya. Menurut Bonnie, biarkan publik yang menilainya. Awalnya, pameran karya Yos diagendakan dilaksanakan pada 19 Desember namun tiba-tiba ditunda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Biarkan seni itu dikembalikan kepada publik, sebagai pendewasaan cara berpikir publik,” kata Bonnie ketika dihubungi Tempo pada Ahad, 22 Desember 2024.
Menurut Bonnie, karya seni bersifat multitafsir dan bisa mendorong masyarakat untuk berpikir kritis. Sehingga, seni tidak bisa ditafsirkan secara tunggal, apalagi diintervensi oleh kekuasaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejarawan itu menegaskan bahwa masyarakat sudah cukup dewasa untuk menilai karya seni yang dihasilkan seniman. Selain itu, kata Bonnie, kebebasan berekspresi dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga, menurutnya, karya seni Yos Suprapto tidak seharusnya dipermasalahkan.
Dia pun menyayangkan sikap pihak Galeri Nasional yang membatalkan pameran secara tiba-tiba. “Kalau langsung ditebas di tengah jalan, kemudian ditunda, ditutup lah, nggak boleh dibuka gitu, jadi gimana dong? Diskusinya nggak berkembang,” ucap Bonnie.
Sebelumnya, pameran bertajuk ‘Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan’ yang memamerkan karya Yos Suprapto rencananya dibuka pada Kamis malam, 19 Desember 2024. Namun beberapa menit sebelum pembukaan pameran, pintu kaca digembok dan lampu dimatikan.
Menurut Yos, pangkal dari pembatalan ini adalah karena kurator yang ditunjuk Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima dari 30 lukisannya diturunkan. Namun, Yos menolak. Lima lukisan itu berhubungan dengan salah satu tokoh di Indonesia. Yos menyatakan tidak ada yang salah dengan karyanya dalam pameran tunggal di Galeri Nasional Jakarta.
"Pameran saya yang bertajuk kebangkitan tanah dan kedaulatan pangan, jelas sekali mengusung isu-isu sosial yang saya rangkum dalam bentuk visual. Bagi saya isu sosial itu tidak bisa dipisahkan dari hukum sebab-akibat seperti halnya ilmu eksakta," kata Yos di Gedung YLBHI-LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 Desember 2024.
Sementara itu, kurator pameran Suwarno Wisetrotomo memutuskan untuk mundur karena tidak sepakat dengan Yos terhadap karya-karya di pameran ini. “Menurut pendapat saya, ada dua karya yang terdengar seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektif,” kata Suwarno melalui pernyataan resminya, Jumat, 20 Desember 2024.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon membantah telah terjadi pemberedelan terhadap pameran Yos Suprapto. “Tidak ada pembungkaman, tidak ada beredel. Kami ini mendukung kebebasan berekspresi," kata Fadli kepada wartawan di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat malam, 20 Desember 2024.
Politisi Partai Gerindra ini mengklaim terjadi karena ada lukisan Yos Suprapto yang dinilai melenceng dari tema dan memuat unsur politik. Fadli juga menilai ada lukisan Yos yang bersifat tidak senonoh.
Alif Ilmah Fajriadi dan Ikhsan Reliubun berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Cerita Yos Suprapto soal Pembredelan di Galeri Nasional: Saya Senimannya Saja Tidak Bisa Masuk