Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Braga Stone, Tunanetra Mainkan Musik Rolling Stone dengan Kecapi

Braga Stone seorang pemusik tunanetra asal Bandung, Jawa Barat, memiliki teknik memetik kecapi suling yang sangat unik.

11 Maret 2019 | 14.00 WIB

Braga Stone. YouTube
Perbesar
Braga Stone. YouTube

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Hari Musik Nasional tidak terlepas dari kontribusi pemusik legendaris. Kalangan penyandang disabilitas memiliki salah satu sosok legendaris itu. Namanya Supeno atau lebih populer dengan sebutan Braga Stone.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Braga Stone adalah pemain kecapi suling dan harmonika asal Kota Bandung, Jawa Barat. Dia tunanetra sejak lahir dan yang pertama berhasil menembus dunia musik profesional. Karena kepiawaiannya memetik kecapi dan meniup harmonika, Braga Stone sering diminta tampil bareng oleh kelompok musik Bimbo. Di tahun 1970-an, dia juga sudah terbang ke luar negeri mewakili pemusik Indonesia di ajang Internasional.

"Keistimewaannya adalah cara dia memainkan kecapi secara unik, yaitu memainkan nada-nada diatonik dengan alat musik pentatonik, yang dimainkannya adalah musik musik The Beatles dan Rolling Stones," ujar arranger dan pengamat musik tunanetra dari Universitas Pendidikan Indonesia, Hendra Jatmika Pristiwa, saat dihubungi Tempo, Minggu 8 Maret 2019.

Menurut Hendra, keterampilan permainan Braga Stone di kalangan pemetik kecapi di ranah Sunda termasuk rata-rata. Namun, Braga Stone memiliki teknik memetik kecapi suling yang sangat unik. Dia lihai memainkan nada-nada diatonik beserta loncatan-loncatan oktafnya dengan alat musik pentatonik.

"Alat musik yang dimainkannya adalah kecapi, hanya memiliki 5 nada, sehingga sistem penyetelan nada atau sistem penalaan nadanya akan sangat sulit bila harus memainkan lagu barat, uniknya pula dia memainkannya bersama harmonika," kata Hendra. Braga Stone memulai perjalanan musiknya dari pinggir jalan. Pria kelahiran Sumatera ini hampir setiap hari memetik kecapi di pinggiran jalan Braga, Bandung.

Lagu-lagunya langsung gampang ditangkap telinga, karena berupa lagu-lagu barat seperti The Beatles atau Rolling Stone. Sampai satu hari di tahun 1974 salah satu personel Bimbo menemukannya dan mengajaknya berduet. Bahkan beberapa waktu sebelum akhir hayatnya, Braga Stone sempat membuat album rekaman.

Nama Supeno yang dibawanya sejak lahir perlahan terganti. Dia tidak menyebut dirinya sebagai Braga Stone, namun orang orang yang melihatnya bermusik di jalan mulai memanggilnya dengan Braga Stone. "Sebab dia awalnya mengamen di Jalan Braga. Saat itu lagu yang banyak dimainkannya adalah lagu-lagu Rolling Stone," ujar Hendra.

Masuk ke dunia musik profesional tak membuat Braga Stone lupa dengan asal-usulnya. Sebagian kiprahnya disalurkan bagi perkembangan musikalitas anak-anak tunanetra. Dia juga berkontribusi di bidang pendidikan seni. Ilmu memetik kecapi dia tularkan kepada siswa di Sekolah Tinggi Seni Indonesia atau STSI di Bandung.

Sisi unik lain dari Braga Stone adalah kepiawaiannya memikat hati wanita. Dia memiliki tiga istri tanpa perceraian. Sekarang Supeno telah tiada. Namun caranya bermusik banyak diikuti tunanetra yang terjun ke dunia musik. Dia juga menjadi salah satu tokoh musik yang melegenda di kalangan tunanetra. Hingga kini, belum ada tunanetra sejak lahir yang memiliki karier musik sepopuler Supeno.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus