Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PANGGILAN telepon Ridwan Kamil kepada Andreas Hugo Pareira pada Sabtu dinihari dua pekan lalu menjadi awal gagalnya koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan empat partai mengusung Wali Kota Bandung itu sebagai calon Gubernur Jawa Barat. Ridwan mengabarkan bahwa Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai NasDem, dan Hanura setuju PDIP bergabung dalam koalisi mereka.
Masalahnya, empat partai itu menolak permintaan PDIP dua hari sebelumnya agar Ridwan menjadi calon wakil gubernur. Koalisi yang terbentuk tahun lalu itu hanya menerima PDIP mengajukan calon wakil gubernur. Ridwan tetap menjadi calon gubernur. "Dalam lobi-lobi, penolakan atas tawaran PDIP tak keluar secara verbal," kata Andreas, Ketua PDIP Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, pekan lalu.
Andreas adalah kontak Ridwan melobi PDIP, setelah ia dicampakkan partai ini karena dianggap lancang mengumumkan pencalonan dengan dukungan Partai NasDem tahun lalu tanpa izin PDIP. Hubungan partai banteng dengan Ridwan merenggang selama delapan bulan, hingga ia bisa kembali masuk ke elite partai ini dengan mengajaknya bergabung melalui komunikasi dengan Andreas, dosen politik Universitas Parahyangan, Bandung.
Di Jawa Barat, hanya PDIP yang punya suara cukup untuk mengusung calon sendiri. Partai lain harus berkoalisi karena tak punya jumlah kursi parlemen sekurangnya 20 wakil. Dengan modal ini, PDIP menerima lobi Ridwan, dalam pertemuan pada Rabu dua pekan lalu, dengan syarat kadernya yang menjadi calon gubernur. PDIP menyorongkan Inspektur Jenderal Anton Charliyan, mantan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat.
Dengan begitu, Ridwan harus turun ke posisi calon wakil gubernur jika ingin PDIP masuk koalisi. Ridwan menolak. Dia adalah bakal calon gubernur yang menempati posisi paling populer dalam banyak survei.
Kabar penolakan itu disampaikan Ridwan kepada Andreas, kemudian dibahas oleh elite-elite PDIP dan ketua-ketua partai saat kondangan dalam hajatan Sekretaris Kabinet Pramono Anung pada Sabtu pagi. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua PPP Romahurmuziy, dan Ketua PKB Muhaimin Iskandar membahasnya di satu meja bundar dalam hajatan perkawinan anak Pramono di rumah dinas menteri di Widya Chandra, Jakarta, itu.
Ketiganya lalu sepakat berkoalisi di Jawa Barat dengan mengusung Ridwan sebagai calon gubernur, sedangkan Bupati Tasikmalaya dan kader PPP, Uu Ruzhanul Ulum, sebagai calon wakil gubernur. Mereka juga akan mendaulat Ridwan lebih dulu menjadi kader PDIP, sehingga sesuai dengan keputusan partai ini yang ingin mengusung kadernya sebagai calon gubernur. "Emil dimerahkan dulu," ujar Romi-panggilan Romahurmuziy.
Kesepakatan ini sampai kepada Ridwan. Ia lantas meminta keempat partai pengusungnya bertemu untuk membahasnya. Mereka lalu bertemu di Hotel Arya Duta pada Sabtu sore. Kepada ketua-ketua partai pengusungnya, Ridwan menolak menjadi kader PDIP, sama seperti ketika ia menolak menjadi kader Partai Gerindra, yang mengusungnya menjadi Wali Kota Bandung. Penolakan Ridwan itu kemudian mengerucut pada keputusan empat partai bulat mengusung Ridwan-Uu.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, politikus NasDem, yang bertugas menyampaikan kesepakatan itu kepada Hasto Kristiyanto. "Hasto menjawab singkat, ’Jika begitu, PDIP punya jalan sendiri’," kata Romahurmuziy. Beberapa jam kemudian, pada Minggu pagi, Ridwan memasang poster kampanye dengan foto bersama Uu di akun Instagram. Pada keterangan foto kampanye dengan slogan Jabar Juara itu, Ridwan menulis, "Alhamdulillah. Bismillah."
Elite-elite PDIP, sementara itu, segera berembuk begitu Hasto mendapat panggilan telepon Enggartiasto. Mereka berkumpul di rumah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. "Rapat berlangsung satu jam dan Ibu Mega memutuskan mengusung Kang TB dan Pak Anton Charliyan," kata Hasto.
"Kang TB" adalah Tubagus Hasanuddin, Ketua PDIP Jawa Barat. Jenderal bintang tiga kelahiran Majalengka 65 tahun lalu ini Sekretaris Militer saat Megawati menjadi presiden. Ia lalu menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan kini memimpin Komisi Pertahanan. Namanya tak pernah masuk survei sebagai calon gubernur dan popularitasnya kalah jauh dibanding Ridwan Kamil, bahkan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, yang sudah menyatakan berpasangan dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dari Golkar.
Menurut Hasto, kendati tak muncul di survei popularitas, nama Hasanuddin sudah bergaung di lingkup internal PDIP sebagai calon Gubernur Jawa Barat dalam penjaringan calon Gubernur Jawa Barat sejak Agustus tahun lalu. Namanya bersanding dengan Anton Charliyan, Dedi Mulyadi, dan Puti Pramathana, putri Guntur Soekarnoputra, kakak Megawati. Puti kini calon Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Saifullah Yusuf.
Adapun Anton Charliyan diusung PDIP karena ia jenderal polisi kelahiran Tasikmalaya yang memahami budaya Sunda. Anton dianggap representasi calon wakil gubernur yang bisa menggaet massa Islam karena sejak kecil akrab dengan pesantren yang terbuka. Saat menjabat Kepala Polda Jawa Barat, ia berseteru secara sengit dengan Front Pembela Islam.
Hasanuddin sudah berada di Bandung ketika ditelepon Hasto menyampaikan keputusan Mega itu. Sebelum mendapat panggilan telepon pada Sabtu malam dua pekan lalu itu, Hasanuddin selalu menganggap promosi Hasto dan koleganya di PDIP sebagai canda. Ia baru percaya Mega menunjuknya jadi calon gubernur setelah panggilan telepon Hasto itu. "Jadi saya belum persiapan apa-apa," ujarnya. "Dana kampanye diurus partai, saya kampanye cukup pakai spanduk."
Hasanuddin-Anton akan berebut 33 juta suara pemilih Jawa Barat, jumlah pemilih terbesar di Indonesia. Selain melawan Ridwan-Uu serta Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, yang diusung Demokrat dan Golkar, mereka akan menghadapi Mayor Jenderal Sudrajat dari Gerindra, yang berpasangan dengan Ahmad Syaikhu dari Partai Keadilan Sejahtera.
Megawati mengakui keputusan menunjuk Tubagus Hasanuddin adalah keputusan yang pelik dan berat. Mereka harus menunggu sampai masa tenggang sebelum pendaftaran nama calon gubernur ke Komisi Pemilihan Umum, yang habis pada 10 Januari lalu, karena lobi-lobi koalisi.
Ketika mengumumkan nama Hasanuddin-Anton di markas PDIP di Lenteng Agung, Jakarta, pada Selasa pekan lalu, ia menceritakan alotnya penunjukan nama keduanya hingga pengumuman itu molor dua hari dari rencana. Megawati juga mengumumkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk lima provinsi lain: Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan. "Ini battle, makanya saya ngamuk terus," katanya.
Rusman Paraqbueq, Ahmad Fikri, Aminuddin (bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo