KRISIS ekonomi atau resesi alias fakyo di Jepang, jika diukur dengan keadaan di negeri lain masih terbilang lebih baik, toh lumayan kacau juga akibatnya. Misalnya, perusahaan raksasa telekomunikasi dan komputer, NEC, dua tahun silam membayar sebagian bonus karyawannya dengan barang produksinya sendiri. Begitu pula perusahaan perikanan ternama, Nippon Snisan, tahun lampau membayar bonus musim salju untuk para karyawannya berupa barang buatan sendiri, yakni kepiting dalam kaleng. Kini, menurut laporan Seiichi Okawa dari TEMPO, bahkan kewajiban terhadap perusahaan lain pun dibayarkan dengan cara serupa. Umpamanya, Pasona Company, sebuah perusahaan jasa pengiriman tenaga kerja -- bermarkas di daerah Hiroo, Tokyo, sejak November tahun lalu, memberlakukan sistem barter terhadap langganannya, maksimum 30% dari seluruh pembayaran. Salah satu kliennya, yakni perusahaan faksimile mini, OA (Office Automation), telah menyetorkan sejumlah mesin faks itu pada Pasona. Dan sebuah perusahaan mainan anak juga membayar dengan berbagai jenis mainan kepada Pasona. Jumlah personel yang didistribusikan Pasona adalah 162.000 orang. Bahkan sebuah produsen pakaian tanpa malu-malu membayar dengan segepok cawat alias celana dalam cewek. Kabarnya, porsi nilai barter itu meliputi 100.000 yen atau sekitar Rp 2 juta sebulan per orang. Di mana letak pesona barang-barang itu buat Pasona? "Karena barangnya dinilai dalam harga pokok, maka ratusan mesin faks bisa cepat laku. Begitu juga dengan celana dalam, bisa kami jual pada staf kontrak kami," kata juru bicara Pasona. "Tampaknya, pengusaha Jepang mulai belajar filsafat Indonesia, yaitu: gotong royong," komentar seorang wartawan di Tokyo, mengenai kehadiran mata uang baru yang berbentuk celana dalam cewek segala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini