Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Cengkeh Ny. Mursid Cengkeh Ny. Mursaid

Penduduk Lumajang banyak bertanam cengkeh. Dari Kaliluing terdapat 20.000 batang berumur 1-15 tahun, 25% telah dapat dipetik hasilnya. 400 ha kebun kopi ditebang dan ditanami cengkeh.

26 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERKIRAAN menurunnya harga cengkeh karena suatu ketika bakal terjadi kelebihan produksi ternyata cukup menggetarkan hati para petani cengkeh Lumajang. "Jika ramalan itu salah, maka daerah ini betul-betul akan menjadi cerah", tutur seorang pejabat pemda Lumajang kepada TEMPO. Sekurang-kurangnya buat daerah Sumberwuluh - berdekatan dengan bekas daerah banjir dan Kaliuling. Memang, meskipun ramai-ramai bertanam cengkeh itu baru mulai sekitar 4 tahun yang lalu, tapi penduduk setempat mulai mengenal cengkeh telah belasan tahun lalu. Nampaknya kampanye cengkeh Bupati Suwandi dengan memberikan tak kurang dari 20 ribu bibit sembari berkata: "Rek nek pengin makmur nanduro cengkeh (kalau ingin makmur tanamlah cengkeh)", cukup berhasil. Kaliuling saja, kini tak kurang memiliki 20.000 batang cengkeh dari umur 1 - 15 tahun. Di antaranya "25-nya telah bisa dipetik hasilnya", tutur Susanto, petani cengkeh setempat yang masih muda. Nampaknya mereka telah ngunduh wohing pakarti (memetik hasil perbuatannya), tutur Susanto pula. Susanto benar, sekurang-kurangnya buat Ny. Mursyid yang pindah dari Palembang ke Kalirejo, Kaliuling, 11 tahun yang lalu. Suaminya almarhum pak Mursyid begitu pensun dari perusahaan minyak Stanvac menjual rumah pekarangannya di Palembang seharga Rp 15 juta (uang lama). Dengan bekal itu plus tabungannya Mursyid bisa membeli rumah plus tanah pekarangan seluas 4,25 Ha, seharga Rp 22 ribu uang baru. Untung juga di samping pekarangannya telah tumbuh 11 pohon cengkeh yang baru berusia 3 tahun. Meskipun tanaman itu baru dirasakan hasilnya beberapa tahun yang lalu. Belum lama ini, 11 pohon dengan perkiraan hasil sebanyak 2 kwintal telah diborong oleh seorang pembeli dengan harga Rp 1,2 juta. Tahun 1973 Bu Mursyid (48 tahun) yang telah ditinggal mati suaminya, bersama 7 orang anaknya mulai menanam 200 batang cengkeh di halaman belakangnya yang cukup luas itu. Ah, Tak Mungkin Bagi penduduk setempat hasil yang diperoleh Ny. Mursyid itu tentu saja cukup mengundang gairah untuk turut mencoba bertanam cengkeh. Penduduk nyaris tak membiarkan tanahnya meski sejengkal untuk tak ditanami cengkeh. Malahan ada beberapa penduduk yang nekad menanamnya di tepi jalan kabupaten -- yang dengan kocek Inpres mulai dilicinkan tahun 1974. Kebun kopi seluas 400 Ha --bekas persil kopi zaman Belanda - ditebang dan diganti dengan tanaman cengkeh. Padahal separuh jumlah areal tanaman kopi yang berhasil diremajakan masih mampu memberi hasil 8 kwintal per hektarnya. Barangkali hasil itu memang tak bisa dibandingkan dengan penghasilan Ny. Mursyid -- yang dengan 11 batang cengkeh dan ongkos pemeliharaan tak lebih dari Rp 10 ribu setahun menghasilkan Rp 1,2 juta. Apakah para petani cengkeh Lumajang tak kuatir harga akan jatuh? "Ah saya kira itu tak mungkin pak", tutur petinggi Kaliuling. "Coba fikir pak", katanya, "saya saja tiap hari menghabiskan rokok 3 bungkus", tambahnya pula. Apalagi menurut petinggi itu kini anak-anak kecilpun mulai mengisap rokok kretek. Belum "untuk keperluan farmasi dan sebagainya", sahut Susanto yang pernah mengantongi ijazah SMEA Malang beberapa tahun lalu. Jika betul begitu, maka mereka boleh mulai menghitung-hitung hasilnya beberapa tahun mendatang. Meskipun penduduk mengakuinya sebagian dari kebun-kebun cengkeh di wilayah Lumajan selatan ini tak seluruhnya dimiliki oleh petani-petani setempat. Lalu milik siapa? "Entahlah", tutur penduduk itu mengelak. Kabarnya memang ada beberapa pejabat yang memiliki kebun di situ.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus