Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Semarang - RSUP dr Kariadi Kota Semarang hanya memiliki dua kamar isolasi yang dilengkapi ventilator untuk menangani pasien Corona. Ruang tersebut berada di Intensive Care Unit. Sementara 16 lainnya, yang berada di ruang Intalasi Gawat Darurat dan Gedung Rajawali tak berventilator.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ventilator hanya di ruang isolasi untuk pasien yang sudah gangguan nafas berat," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Kariadi, Agoes Oerip Purwoko, Jumat, 13 Maret 2020.
Meski begitu, Agoes mengklaim rumah sakitnya siap menangani penyebaran COVID-19 yang telah dinyatakan pandemi oleh WHO. Menurut dia, RSUP dr Kariadi telah siap sejak virus tersebut muncul di Wuhan, Cina akhir tahun lalu. "Insya Allah kami siap," ujarnya.
Sejak virus ini merebak hingga saat ini, RSUP dr Kariadi telah merawat 25 pasien dalam pengawasan Corona. Satu di antara pasien tersebut meninggal ketika dalam perawatan isolasi pada Ahad, 23 Februari lalu. Belakangan, pasien itu disebut meninggal karena virus H1N1.
Agoes mengungkapkan apabika Covid-19 mewabah dan terjadi peningkatan jumlah pasien di Jawa Tengah, RSUP dr Kariadi akan menyulap lantai 6 Gedung Rajawali menjadi isolasi. "Kita akan tambahkan HEPA filter. Ruangan bisa ada peningkatan jumlah sampai 40-an tempat tidur," kata dia.
Sebanyak 13 rumah sakit rujukan disiapkan di Jateng untuk menangani COVID-19. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo, tak bisa merinci jumlah kapasitas ruang isolasi di seluruh rumah sakit tersebut. "Masing-masing ada yang 4, 5, ada yang 18. Berbeda-beda," ujarnya. "Ada cadangan yang siap dipakai setiap saat."
Menurut Yulianto, seluruh anggaran penanganan COVID-19 akan ditanggung oleh Pemerintah Pusat. Setiap pengeluaran Pemerintah Daerah akan diklaimkan ke Pusat. "Dalam hal ini Kementerian Kesehatan siap pembiayaan semua pasien mulai PDP," kata Yuli. Dia juga mengaku rutin berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk penanganan Corona.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan pasien dalam pengawasan COVID-19 hingga 13 Maret 2020 di Jateng ada 46 orang. Sebanyak 37 di antaranya telah dinyatakan negatif setelah menjalani pengecekan laboratorium. "Dua positif, satu meninggal sudah dikebumikan," kata dia.
Dua pasien positif Covid-19 tersebut memiliki riwayat yang sama, yaitu pernah mengikuti kegiatan di Bogor pada 25 sampai 28 Februari lalu. Satu pasien yang meninggal dimakamkan di Magetan, Jawa Timur. "Yang satu masih dirawat di RSUD dr Moewardi," kata Ganjar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Adapun pasien yang saat ini masih dirawat karena dicurigai terpapar COVId-19 di Jateng ada 9 orang. Mereka tersebar di Tegal, Magelang, Purwokerto, Solo, dan Semarang.
Jika terjadi wabah Corona, menurut Ganjar, perusahaan nasional harus bisa memproduksi peralatan kesehatan secara mandiri. Seperti alat pelindung diri bisa diproduksi dalam negeri termasuk jika bahan baku sulit dicari dapat dicarikan alternatif. "Ini justru momentum buat kita untuk produksi sendiri," ujarnya. "Membuat skenario agar kita bisa meng-cover semua itu," ujarnya.