Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari mana datangnya panglima

Perjalanan karier para perwira yang menduduki posisi penting abri. di antaranya jenderal try sutrisno, m. panggabean, m. yusuf, benny moerdani.

1 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BINTANG empat sedang menjadi sorotan. Tiga perwira berbintang dua naik ke teras pimpinan ABRI. Ada yang bilang, peristiwa ini berkaitan dengan persiapan mencari pengganti Pangab, setelah Jenderal Try Sutrisno. Beredar pula spekulasi bahwa Mayjen. Wismoyo, yang dipromosikan ke Wakil KSAD, punya peluang besar. Ramalan itu bukannya tak berdasar. Sebagai wakil KSAD, Wismoyo punya kans naik ke KSAD. Dari jenjang KSAD sepertinya tinggal satu langkah mencapai jenjang Pangab. Promosi dari Wakil KSAD ke KSAD lalu ke Pangab sudah dua kali tercatat dalam sejarah ABRI. Jenderal Try Sutrisno dan Maraden Panggabean melewati jalur itu. Namun jalan mencapai Pangab itu tak pernah dibakukan. Selama Orde Baru empat orang Pangab yang ada sejak 1971, M. Panggabean, M. Yusuf, Benny Moerdani, dan Try Sutrisno, menempuh lintasan berbeda. M. Yusuf dan Benny Moerdani sama sekali tak pernah memegang jabatan KSAD. Maraden Panggabean tak pernah menjadi Pangdam sebagaimana Try Sutrisno. Jabatan Pangab sendiri baru muncul di awal Orde Baru. Pada periode sebelumnya tiga Angkatan dan Kepolisian RI berdiri sendiri, di bawah kepala staf masing-masing yang kedudukannya setingkat menteri. Kondisi ini dianggap membuka kemungkinan perpecahan antarunsur ABRI. Melihat kerawanan itu Presiden Soeharto melakukan pembenahan. Ketiga angkatan dan kepolisian disatukan dalam satu kandang bernama Markas Besar ABRI. Lembaga Pangab pun dibentuk. Jabatan Pangab mulanya melekat pada menteri pertahanan. Pada kesempatan pertama jabatan itu dipegang sendiri oleh Presiden Soeharto yang ketika itu masih sebagai perwira tinggi aktif. Namun jabatan rangkap itu tak terlalu lama ada di tangannya. Usai Pemilu 1971 Jenderal Maraden Panggabean diangkat menjadi Menhankam-Pangab. Bersamaan dengan pembentukan Kabinet Pembangunan II, Maret 1973, masa jabatan Jenderal M. Panggabean diperpanjang sampai 1978. Model jabatan rangkap Menhankam-Pangab itu diteruskan Jenderal M. Yusuf sampai 1983. Baru pada periode berikutnya jabatan Menhankam-Pangab dipecah. Dalam Kabinet Pembangunan III, 1983, ada dua pimpinan ABRI. Jenderal Benny Moerdani menjadi Pangab dan bekas KSAD Jenderal Poniman menjadi Menteri Hankam. M. Panggabean termasuk angkatan 45 tulen. Pria kelahiran Tarutung, Sum-Ut, 1922, mulamula menjadi perwira Batalyon I Resimen IV, Divisi Sumatera, 1945-1949. Kariernya terus melaju melalui Brigade Tapanuli dan Komando Sub-Teritorium VII Sum-Ut sampai 1959. Kemudian dia dipindah ke Makasar, menjabat Kepala Staf pada Komando Antar-Daerah Indonesia Timur, dan tak lama naik lagi sebagai Panglima Mandala II. Pada masa-masa genting 1966, Panggabean ditarik ke Jakarta untuk menduduki pos wakil panglima AD, dan kemudian KSAD. Banyak yang heran ketika Jenderal M. Yusuf menggantikan posisi Panggabean. Yusuf, kelahiran 1928, ikut membidani kelahiran Orde Baru. Ia berperanan penting dalam kelahiran Surat Perintah 11 Maret. Uniknya, ketika diangkat sebagai Menhankam-Pangab, dia sebenarnya sudah 12 tahun tak pernah berseragam dan baris-berbaris. Ia menjadi Menteri Perindustrian. Sebelumnya ia memang sempat menjadi Pangdam Hasanudin 1959-1960. Yusuf satu-satunya Pangab yang tak pernah memegang jabatan di Mabes TNI AD maupun di Mabes ABRI. Ketika Benny tampil, banyak yang merasa heran. Ketokohan Benny saat itu kurang dikenal luas, kendati dia memegang posisi penting dalam tubuh ABRI sebagai asisten intel Hankam dan Wakil Kepala Bakin. Namun Benny segera menunjukkan kharismanya. Maklum, dia benarbenar orang lapangan. Bersama korps baret merah, Benny mengukir pelbagai prestasi di operasi militer sampai kemudian direkrut sebagai perwira Kostrad 1966. Tak lama kemudian Benny dikirm ke "front" lain, sebagai diplomat di Kuala Lumpur dan Seoul 1974. Peristiwa "Malari" awal 1974 membuat Benny kembali ke Jakarta dan masuk badan intelijen di Hankam. Dia dinilai berhasil, dan meraih jenjang bintang tiga, letnan jenderal, dalam usia 45 tahun, 1977. Pengalaman formal pembina teritorial, sebagai pangdam, tak diperlukan Benny untuk meraih posisi Pangab. Munculnya Jenderal Try sebagai pengganti Benny Moerdani sudah sering diduga sebelumnya. Karier Try Sutrisno memang lempang. Dia mengawalinya lewat Yon Zeni AD. Try sempat menjadi ajudan presiden, dan melaju ke posisi Pangdam Sriwijaya, 19791982. Kemudian dia ditarik ke Jakarta, menjadi Pangdam Jaya, 1982-1985. Kariernya terus naik, menjadi Wakil KSAD, KSAD, dan akhirnya Pangab sejak Maret 1988. Try satu-satunya Pangab yang berasal dari korps zeni. Lantas siapa setelah Jenderal Try? Tampaknya latar belakang jabatan tak menjadi syarat utama. Pangab memang jabatan politik. Kepercayaan presiden sebagai panglima tertinggi ABRI lebih menentukan. Putut Trihusodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus