Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Meneropong mereka yang akan ke atas

Sejumlah jabatan penting di lingkungan abri selama ini seakan menjadi anak tangga untuk naik ke atas. kenapa?

1 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA pekan lalu pecah kabar bahwa Panglima Kostrad Mayor Jenderal Wismoyo Arismunandar akan menjadi Wakil Kasad (Wakasad), banyak orang menduga bintang di bahu perwira tinggi ini akan bertambah menjadi tiga. Soalnya, job Wakasad itu disiapkan untuk seorang letnan jenderal, sebagaimana halnya Letjen. Sahala Rajagukguk, orang yang digantikan Wismoyo. Hal yang sama tampaknya akan terjadi pada Brigjen. Kuntara, bekas Komandan Kopassus, yang pekan ini dipromosikan menjadi Panglima Kostrad. Agaknya tak lama lagi Brigjen. ini akan naik menjadi mayor jenderal. Tak aneh kalau Wismoyo gembira mendapat promosi ini. "Saya senang dipercayai menerima tanggung jawab ini," katanya. Maka dalam suatu upacara perpisahan di markas Kostrad, di Jakarta, Rabu pekan lalu, ketika Kopral Sudyono, seorang tamtama yang menjadi pelatih tenis di sana, minta dibelikan sebuah raket tenis, Wismoyo segera mengabulkannya. Agaknya kegembiraan Wismoyo itu wajar saja. Bukan cuma soal bintangnya yang mungkin bertambah, ia juga sekaligus seakan mengikuti langkah seniornya, Pangab Jenderal Try Sutrisno dan Kasad Jenderal Edi Sudradjat. Jenderal Try mula-mula, 1985, menjabat Wakasad, kemudian tak sampai setahun, ia menjadi Kasad, menggantikan Jenderal Rudini yang ketika itu pensiun. Dari Kasad ia lantas menjadi Pangab, 1988, menggantikan Jenderal L.B. Moerdani. Dengan pola itu ada yang mengatakan bahwa jabatan Wakasad ini seakan menjadi tempat magang buat seseorang untuk naik ke tangga Kasad. Walau sebenarnya pola itu tak konsisten bila dilihat bahwa Wakasad Sahala Rajagukguk ternyata tak lantas menjadi Kasad. Sebagai wakil, Wakasad tentu saja berfungsi menggantikan Kasad bila yang dimaksud berhalangan. Sedangkan seharihari jabatan ini dipenuhi oleh tugastugas manajerial khusus yang sifatnya ke dalam. Ia mengkoordinasikan para staf yang ada, mulai dari para staf yang mengurusi logistik, personel, teritorial, sampai pengamanan. Artinya, ia bertanggung jawab dalam urusan-urusan intern di Mabes-AD. Posisi yang penting dan strategis tentu saja ada pada Kasad. Bila karena situasi tertentu Pangab berhalangan maka Kasad yang akan menggantikannya. Artinya, ia bisa disebut sebagai orang kedua di jajaran ABRI. Tapi dalam fungsi sehari-hari Kasad bertanggung jawab dalam urusan pembinaan kemampuan dan kekuatan sumber daya manusia di seluruh jajaran TNIAD. Artinya, secara sederhana, bisa disebut: Kasad itu bertugas membina dan menyiapkan pasukan, sedangkan penggunaannya oleh Pangab. Pangab memang merupakan jabatan yang bukan saja tertinggi tapi juga amat strategis di ABRI, di bawah Panglima Tertinggi yang, menurut UUD 45, dijabat oleh presiden. Adalah Pangab yang punya wewenang untuk menggerakkan pasukan ABRI bila kondisi membutuhkan. Karena itu pula, dalam struktur operasional ABRI, Pangab punya garis komando langsung dengan jajaran komando utama operasional (Kotama), seperti Kostrad, Kopassus, Korps Marinir, dan Kodam-Kodam. Sehari-hari Pangab dibantu oleh Kasum dan Kassospol ABRI. Kasum, yang sejak pekan ini dijabat oleh Letjen. Feisal Tanjung, berfungsi membantu Pangab di bidang pertahanan dan keamanan negara. Artinya, ia yang bertugas, antara lain, menyiapkan dan mengendalikan rencana operasi dan pengamanan. Ia pula yang menyiapkan rencana mobilisasi dan demobilisasi ABRI dan kekuatan Hankam lainnya dalam saat yang dibutuhkan. Kasum pula yang mengawasi dan membina operasi teritorial ABRI. Karena itu Kasum membawahkan tujuh asisten yaitu asisten intelijen, asisten operasi, asisten personalia, dan sebagainya. Selain itu, di Bakorstanas ketua lembaga ini adalah Pangab Kasum ABRI menjadi Kepala Sekretariat (Kaset), yaitu orang yang menjalankan roda lembaga itu sehari-hari. Bakorstanas (badan koordinasi bantuan pemantapan stabilitas nasional) adalah lembaga yang dibentuk pemerintah setelah Kopkamtib dibubarkan beberapa tahun lalu. Meskipun memiliki begitu banyak fungsi, Kasum ABRI tetaplah pembantu Pangab. Ia tak punya garis komando ke jajaran ABRI di bawahnya. Karena itu, dalam hubungan koordinasi ke bawah misalnya ke Kodam-Kodam Kasum harus bertindak sebagai pembawa perintah Pangab. Pembantu Pangab lainnya adalah Kassospol ABRI, kini dijabat oleh Letjen. Harsudiono Hartas. Jabatan ini berfungsi membantu Pangab dalam urusan sosial politik. Yaitu merumuskan kebijakan ABRI di bidang sospol, seperti kebijakan ABRI dalam pemilu belum lama ini di daerah-daerah. Ia pula yang berfungsi memantau dan mengontrol kegiatan Fraksi ABRI di DPR. Karena itu, di kalangan politisi ada istilah bahwa Kassospol itu adalah Ketua DPP ABRI untuk dibandingkan dengan DPP Golkar, PPP, dan PDI. Selain itu, Kassospol pula yang punya gawe dalam soal penempatan anggota ABRI di berbagai jabatan di luar ABRI, seperti dirjen, direktur BUMN, gubernur, dan bupati. Karena itu, Kassospol membawahkan Asisten Sospol, Asisten Karyawan, dan Kepala Badan Pembinaan Karyawan (Babinkar). Sama seperti Kasum, Kasospol juga tak punya wewenang komando. Jabatan lain yang sering dibicarakan orang di lingkungan ABRI adalah Panglima Komando Strategi dan Cadangan AD (Pangkostrad). Pangkostrad tibatiba mencuat ke permukaan setelah meletusnya Peristiwa G30SPKI karena ketika itu Mayjen. Soeharto berhasil mengendalikan situasi yang gawat setelah pembunuhan sejumlah jenderal oleh gerakan PKI. Setelah itulah jabatan Pangkostrad selalu diperhatikan orang. Sebenarnya, Pangkostrad itu adalah jabatan yang setingkat dengan panglima Kodam. Tapi karena ia membawahkan pasukanpasukan terpilih, yang biasa disebut pasukan pemukul strategis pusat, maka ruang lingkup operasinya mencakup seluruh Indonesia. Artinya, pasukan ini bisa bergerak di segenap wilayah Tanah Air bila dibutuhkan. Pasukan Kostrad itu bisa diambil dari Kodam atau jajaran komando angkatan darat lainnya. Tapi ada juga pasukannya yang direkrut dari para siswa calon tamtama dan bintara yang dianggap berprestasi baik. Maka Mayjen. Wismoyo Arismunandar berkata, "Mereka yang terpilih di Kostrad adalah pasukan yang mumpuni, dapat diandalkan." Sekarang Kostrad memiliki dua divisi, Divisi I bermarkas induk di Cilodong, Jawa Barat, dan Divisi II di Singosari, Malang, Jawa Timur. Sedangkan pasukan divisi itu terserak di berbagai kota dan daerah di Indonesia. Inilah yang membedakannya dengan Kodam yang memiliki otoritas di wilayah tertentu. Kostrad, seperti halnya Kopassus yang biasa ditugasi operasi-operasi khusus, bertugas sebagai "satuan pemukul reaksi cepat" di lapangan. Bila suatu wilayah dilanda kemelut yang tidak bisa diatasi Kodam, misalnya, maka pasukan Kostrad (atau bisa juga Kopassus) akan maju sebagai pemukul awal, kata Kolonel Inf. Sutiyoso, Asisten Operasi Kostrad, kepada TEMPO. Kostrad, seperti juga Kopassus, berada di bawah perintah langsung panglima ABRI. Sedangkan pembinaan personel dan latihan-latihan pasukan ini berada di bawah tanggung jawab Kasad. Tapi dalam hal penyelenggaraan operasi keamanan, Kostrad langsung berada di bawah komando Pangab. Hal ini mirip dengan garis komando terhadap Kopassus (lihat Green Beret dari Cijantung). Karena strategisnya Kostrad, jajaran ini biasanya dipimpin oleh seorang yang sudah menjadi Pangdam. Wismoyo, misalnya, pernah menjabat Pangdam Trikora dan Pangdam Diponegoro. Mayjen. Soegito, yang ketika itu digantikan Wismoyo sebagai Pangkostrad, sebelumnya adalah Pangdam Jaya. Adapun Komando Daerah Militer (Kodam) yang dipimpinan oleh seorang Pangdam adalah jajaran komando TNIAD yang mempunyai batasan wilayah tertentu. Secara struktural, pembinaan Kodam berada di bawah kendali langsung Kasad, tapi secara operasional, Kodam berada di bawah Pangab. Kodam merupakan salah satu Kotama-AD, yang merupakan kompartemen strategis, dengan tugas pokok: membina kesiapan operasional, pembinaan teritorial, dan menyelenggarakan operasi pertahanan keamanan sesuai dengan jajaran komandonya. Kodam I Bukit Barisan yang bermarkas di Medan itu, misalnya, wilayah operasinya meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. Sedangkan Kodam IX Udayana meliputi wilayah Bali, NTB, NTT, dan Timor Timur. Sebelum Reorganisasi ABRI, 1983, Kodam di Jawa dianggap lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan di luar Jawa. Karena itu, jabatan Panglima Kodam (Pangdam) di luar Jawa dipegang oleh seorang berpangkat brigjen, sedangkan Pangdam di Jawa berpangkat mayjen. Kini semua Kodam dianggap sama, dipimpin oleh Pangdam berpangkat mayjen. Seorang Pangdam punya tugas pokok di bidang operasi keamanan, pembinaan teritorial, dan kekaryaan ABRI di daerahnya. Secara struktural, Kodam di Indonesia kini ada 10 Kodam membawahkan komando resimen yang biasa disebut Korem, Kodim, dan Koramil, kemudian batalyon tempur yang ada di daerahnya. Pasukan inilah dibantu dengan potensi Hankam lainnya yang ada di daerah itu yang pertama kali akan berhadapan dengan musuh bila ada serangan atau agresi. Yang jelas, berbagai jabatan yang disebut di atas banyak dibicarakan orang, dan orang yang menduduki jabatan itu selalu diperhatikan. Soalnya, mereka yang duduk di sanalah yang biasanya bisa naik meroket ke atas. Agus Basri, Bambang Soejatmoko, Wahyu Muryadi, Nunik Iswardhani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus