GAYA ABRI memang beda dengan partai politik. Tanpa ramai-ramai dan ribut di dalam, pekan ini sejumlah pimpinan terasnya diganti. Pergantian satu atau dua posisi di puncak tentu menarik rangkaian pos-pos di bawahnya. Alhasil, praktis terjadi pergantian masal di ABRI pekan-pekan ini. Pergantian kali ini menjadi penting bukan hanya karena Mayjen. Wismoyo Arismunandar, yang pekan ini dilantik menjadi Wakil KSAD menggantikan Letjen. Sahala Rajagukguk. Pergantian ini, kecuali menjawab berbagai spekulasi yang beredar sejak tahun lalu, juga bisa dibaca bahwa jalan Wismoyo semakin terbuka ke jenjang tertinggi ABRI. Menurut kebiasaan, sejak reorganisasi ABRI 1983, Wakil KSAD merupakan tahap akhir untuk meraih dua posisi penting dalam karier ABRI, yaitu KSAD dan Pangab. Peluang itu di atas kertas benar-benar sudah di tangan Wismoyo. Sebab, regenerasi ABRI memakai tolok ukur yang hampir baku, seperti pengalaman teritorial, pengalaman staf, batas usia, prestasi yang bersangkutan, dan kemungkinan ada pilihan lain dari rekan seangkatannya. Dan yang paling penting, untuk kedua posisi puncak ABRI itu, kata akhir ada pada Presiden atau Panglima Tertinggi ABRI. Namun, sisi lain yang menarik dari rangkaian pergantian ini adalah "ketidaklaziman" Panglima Kostrad yang diangkat bukan dari kalangan Pangdam. Brigjen. Kuntara, Komandan Kopassus, langsung menjadi Pangkostrad. Padahal, sebelumnya, jabatan itu senantiasa diisi eks Pangdam. Pergantian kali ini sungguh besar-besaran. Setidaknya ada 37 perwira tinggi berpangkat brigjen, mayjen, dan letjen mengalami mutasi dan promosi. Ada tiga mayjen yang menempati posisi perwira bintang tiga. Tiga belas mayjen mengalami mutasi dan 11 brigjen mendapat jabatan perwira tinggi bintang dua. Belum lagi puluhan kolonel yang mengalami promosi menempati pos-pos untuk brigjen atau mutasi horisontal. Dari seluruh pergantian itu, hanya enam perwira tinggi yang pensiun atau ditugaskan di luar lingkungan ABRI, seperti gubernur, duta besar, atau anggota legislatif. Pergantian besar-besaran pertama sejak reorganisasi 1983 ini bukan semata sebagai hal yang rutin. Pergantian itu tampaknya tak lepas dari upaya menciptakan stabilitas nasional yang lebih mantap, paling tidak untuk lima tahun mendatang. Bukan semata menghadapi Sidang Umum MPR bulan Maret nanti, tapi juga berbagai kemungkinan menjelang akhir abad ke-20 ini. Baik yang menyangkut masalah pembangunan, keadaan ekonomi, kerawanan sosial, maupun pengaruh dunia yang semakin terbuka ini. Untuk itulah kami menganggap pergantian di lingkungan ABRI ini penting untuk menghadapi masa datang. Bagian pertama Laporan Utama memang memberikan gambaran secara menyeluruh pergantian ini dengan posisi-posisi kunci seperti jabatan Wakil KSAD, KSAD, atau Pangab. Juga, jabatan di bawahnya seperti Pangkostrad, Pangdam, dan berbagai asisten. Untuk memberi gambaran dari mana saja Pangab berasal, bagian pertama ini dilengkapi dengan boks mengenai siapa saja yang pernah berada di pucuk pimpinan tertinggi ABRI itu sejak Orde Baru. Untuk itu, juga ditampilkan beberapa jabatan penting di lingkungan ABRI dalam bagian kedua. Dari sekian perwira tinggi yang mengalami pergantian posisi, bila diamati tak sedikit yang berasal dari Kopassus, komando andalan ABRI. Untuk itu, disajikan pula boks mengenai pasukan baret merah yang bermarkas di Cijantung Jakarta itu. Yang juga menonjol dari pergantian ini adalah angkatan AMN para perwira tinggi itu. Yang mengalami promosi dan menempati posisi penting dalam lingkungan AD dan ABRI itu ternyata dari lulusan AMN 1960 sampai 1963. Artinya, akan segera berakhir masa tugas generasi pra-AMN di lingkungan ABRI. Namun, pergantian ABRI kali ini tak terbatas pada TNI AD. Beberapa perwira tinggi dari AL, AU, dan Kepolisian juga mengalami pergantian. Dan keputusan ini akan berlaku efektif pada awal Agustus ini. A. Margana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini