Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Diberondong Si Celana Jin

Bekas tokoh DI/TII tertembak mati, konon oleh kelompok bekas DI/TII lain yang tidak sepaham. Kadispen Laksusda Ja-Bar menyatakan sebagai peristiwa penggarongan biasa. (nas)

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Garut, ada seorang bekas tokoh DI/TII yang tertembak mati. Tapi kali ini bukan oleh petugas keamanan. Ia adalah Djadja Sudjadi, 55 tahun, bekas Dan Yon dan Bupati DI/TII Wilayah Sumedang. Rabu malam 17 Januari lalu ia diberondong senjata api oleh beberapa orang gondrong bercelana jin di rumahnya, desa Cisitu kecamatan Melangbong, Garut. Menantunya, Mud Muhammad, 33 tahun, juga tertembak mati. Sejak lama Djadja hidup tenteram membuka toko hanya 200 meter dari rumah almarhum Kartosuwiryo. Di kalangan para bekas DI/TII, ia dikenal sebagai kelompok moderat seperti Ateng Djaelani dan Zaenal Abidin. Bisa dimaklumi kalau mereka tidak cocok dengan kelompok bekas DI/TII lainnya seperti Adah Djaelani, Aceng Kurnia, Ules Sudja'ie, Tachmid Dasuki, Toha Machfud dan anak kandung Kartosuwiryo, Dodo Muhammad Darda. Mereka kini menjadi buronan yang berwajib karena kembali melarikan diri. Tak seorang pun di antaranya yang sudah tertangkap. Tapi Kadispen Laksusda Jawa Barat Mayor Slamet Sudjono yakin mereka masih di daerah Jawa Barat. Menurut isteri Djadja, Ny. Edah Suhaedah, beberapa hari sebelumnya ada tiga oran tamu yang mengajak suaminya kembali bergerak. Tapi Djadja menolak. "Ngapain? Negara kita sekarang kan sudah baik. Sekarang sedang membangun," kata Edah mengutip suaminya. Sejak ketamuan itu, wajah Djadja selalu tampak murung. "Ia gelisah," tambah Edah. Beberapa waktu lalu, Dodo Mohammad Darda juga pernah mendatangi Djadja. Apa yang dibicarakan, tak seorang keluarga Djadja yang tahu. Slamet Sudjono menyatakan "kejadian itu merupakan peristiwa penggarongan biasa." Dan sejak awal Nopember 1978 lalu di perbatasan Garut, Tasikmalaya dan Bandung memang sering terjadi penggarongan. Tapi anehnya dalam kasus penembakan Djadja itu --seperti, dilaporkan kepada Danres 843 Garetkol Pol Sutikno -- tak satu harta benda pun yang hilang. Sumber TEMPO di Garut beranggapan Djadja punya dokumen yang mungkin sangat dibutuhkan oleh pelaku pembunuhan itu. Setelah menembak Djadja dalam jarak dekat di ruang tamu, mereka lantas menuju sebuah kamar dan mengambil semua isi sebuah tas. Tasnya sendiri yang tak berisi uang, dilempar begitu saja dalam keadaan kosong. Para petugas Komres 843 dan Kodim 0611 Garut yang meninjau rumah Djadja menemukan beberapa selongsong peluru ukuran 9 mm. Cuma belum bisa dipastikan dari jenis apa. "Yang jelas jenis peluru ini bukan untuk umum," kata seorang petugas. Ketika itu juga tampak darah berceceran sekitar ruang tamu sampai dapur. Yang merepotkan, tak seorang pun yang mengenal si pembunuh -- kecuali Djadja sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus