DI Garut, ada seorang bekas tokoh DI/TII yang tertembak mati.
Tapi kali ini bukan oleh petugas keamanan. Ia adalah Djadja
Sudjadi, 55 tahun, bekas Dan Yon dan Bupati DI/TII Wilayah
Sumedang. Rabu malam 17 Januari lalu ia diberondong senjata api
oleh beberapa orang gondrong bercelana jin di rumahnya, desa
Cisitu kecamatan Melangbong, Garut. Menantunya, Mud Muhammad, 33
tahun, juga tertembak mati.
Sejak lama Djadja hidup tenteram membuka toko hanya 200 meter
dari rumah almarhum Kartosuwiryo. Di kalangan para bekas DI/TII,
ia dikenal sebagai kelompok moderat seperti Ateng Djaelani dan
Zaenal Abidin. Bisa dimaklumi kalau mereka tidak cocok dengan
kelompok bekas DI/TII lainnya seperti Adah Djaelani, Aceng
Kurnia, Ules Sudja'ie, Tachmid Dasuki, Toha Machfud dan anak
kandung Kartosuwiryo, Dodo Muhammad Darda.
Mereka kini menjadi buronan yang berwajib karena kembali
melarikan diri. Tak seorang pun di antaranya yang sudah
tertangkap. Tapi Kadispen Laksusda Jawa Barat Mayor Slamet
Sudjono yakin mereka masih di daerah Jawa Barat.
Menurut isteri Djadja, Ny. Edah Suhaedah, beberapa hari
sebelumnya ada tiga oran tamu yang mengajak suaminya kembali
bergerak. Tapi Djadja menolak. "Ngapain? Negara kita sekarang
kan sudah baik. Sekarang sedang membangun," kata Edah mengutip
suaminya. Sejak ketamuan itu, wajah Djadja selalu tampak murung.
"Ia gelisah," tambah Edah. Beberapa waktu lalu, Dodo Mohammad
Darda juga pernah mendatangi Djadja. Apa yang dibicarakan, tak
seorang keluarga Djadja yang tahu.
Slamet Sudjono menyatakan "kejadian itu merupakan peristiwa
penggarongan biasa." Dan sejak awal Nopember 1978 lalu di
perbatasan Garut, Tasikmalaya dan Bandung memang sering terjadi
penggarongan. Tapi anehnya dalam kasus penembakan Djadja itu
--seperti, dilaporkan kepada Danres 843 Garetkol Pol Sutikno
-- tak satu harta benda pun yang hilang.
Sumber TEMPO di Garut beranggapan Djadja punya dokumen yang
mungkin sangat dibutuhkan oleh pelaku pembunuhan itu. Setelah
menembak Djadja dalam jarak dekat di ruang tamu, mereka lantas
menuju sebuah kamar dan mengambil semua isi sebuah tas. Tasnya
sendiri yang tak berisi uang, dilempar begitu saja dalam keadaan
kosong.
Para petugas Komres 843 dan Kodim 0611 Garut yang meninjau rumah
Djadja menemukan beberapa selongsong peluru ukuran 9 mm. Cuma
belum bisa dipastikan dari jenis apa. "Yang jelas jenis peluru
ini bukan untuk umum," kata seorang petugas. Ketika itu juga
tampak darah berceceran sekitar ruang tamu sampai dapur. Yang
merepotkan, tak seorang pun yang mengenal si pembunuh -- kecuali
Djadja sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini