Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dihempas ombak laut

Dermaga desa nelayan di kab. kendal, selalu dihempas ombak laut, sampai hancur. ini disebabkan karena pembangunan dermaga yang salah dan cara kerja pemborong yang acak-acakan. (ds)

13 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENDANG Sikucing, desa nelayan di Kabupaten Kendal (Jawa Tengah) yang 4 tahun lalu sempat dilonok Presiden Soeharto, belakangan ini menjadi sepi. Warung Panti Kesejahteraan Keluarga yang selama ini menyediakan kebutuhan hidup nelayan sehari-hari termasuk sebagian alat menangkap ikan, menjadi macet. Baik Kepala Sub Direktorat Ekonomi drs M. Farchan maupun Sekretaris Daerah drs Soedomo sebagai pejabat teras Kabupaten Kendal mengatakan nelayan lebih suka menjual ikannya kepantai Tawang -- jauh sebelah barat dari Sendang Sikucing. Menurut para nelayan sendiri bahkan ada yang ke Jepara. Ini lantaran dermaga Sendang Sikucing masih berantakan. Dermaga itu mulai dibangun 3 tahun lalu. Bianya dari dana Inpres 1975/1976 dan 1977/1978 seluruhnya meliputi Rp 131 juta lebih. Kini bukan saja belum selesai bahkan pembangunan yang sudah dilaksanakan pun ternyata ambrol lagi. Menurut kedua pejabat kabup.aten tersebut "disebahkan keanasan alam" yaitu selalu dihempas ombak laut. Padahal para ahli teknik dari Universitas Diponegoro Semarang pernah berkesimpulan bahwa pembangunan dermaga di sana memungkinkan. Pekerjaan itu terhenti sejak setahun lalu. Pemerintah Kabupaten Kendal tak sanggup lagi melanjutkannya. Laporan sudah disampaikan kepada Gubernur Jawa Tengah Soepardjo Roestam yang tentu meneruskannya kepada Direktur Jenderal Perikanan di Jakarta. Sebab pembangunan desa nelayan Sendang Sikucing ini juga disponsori pusat. Desa ini terletak 25 Km dari Kota Kendal. Jalannya sudah beraspal. Semula hanya pedukuhan atau kampung saja. la dinobatkan menjadi desa termasuk Kecamatan Cepiring pada 1971. 40 unit rumah untuk nelayan dibangun pemerintah. Harga pokoknya Rp 212.500 sebuah. Tapi nelayan mencicil selama 15 tahun dengan angsuran sebulan Rp 63,50. Sehingga ada saldo kelebihan sekitar Rp 84 ribu. Taman Rekreasi Laut Bagaimanapun pada mulanya kehidupan nelayannya sendiri tampaknya berkecukupan. Banyak di antara mereka sudah memperluas dan mempercantik rumah masing-masing. Lebih-lebih karena perkampungan mereka dilengkapi juga dengan listrik dan air minum. Juga ada poliklinik gratis. Pernah disebut-sebut pantai desa ini diharapkan sebagai Taman Rekreasi Laut. Presiden Soeharto dalam kunjungannya 4 tahun lalu sempat menanam pohon kelapa dan cemara. Tapi harapan kunjungan wisatawan ke pantai yang selama ini sering dipakai sebagai tempat latihan taruna AKABRI ini jelas memerlukan waktu. Sebab masih harus dibangun sejumlah sarana yang lain. Salah satunya dermaa tadi. Setidaknya supaya niat semula menjadikan desa ini sebagai desa nelayan yang baik hingga bisa dicontoh desadesa nelayan lain betul-betul kena. Sekarang nelayan setempat mengeluh. Menurut Suhardiyanto lulusan Sekolah Pendidikan Guru di Saia yang kini menjadi menantu seorang nelayan di Sendan Sikucin, sebelum ada pembangunan dermaga yang sekarang berantakan itu nelayan tidak begitu sulit untuk menurunkan ikan tangkapannya. Sekarang tidak bisa lagi. Karena di tempat itu kini berantakan batu dan pasir. Suhardiyanto berkesimpulan pembangunan dermaga itu salah. "Yang panjang mestinya sebelah barat sebab dari arah baratlah angin selalu besar, sedang dari arah timur tidak begitu keras," kata Suhardiyanto. Sementara itu, Mudiman, nelayan yang lain berkata: "cara kerja pemborongnya acak-acakan. Batu-batu hanya ditumpuk begitu saja di atas pasir, tentu saja tidak tahan ombak dan akhirnya ambrol." Mudiman berkata begitu karena ia termasuk salah seorang di antara pekerjanya dulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus