Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dua Sumbu Penjepit Basuki

PDI Perjuangan hampir pasti mendukung Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Masih bimbang maju lewat partai atau independen.

7 Maret 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BASUKI Tjahaja Purnama alias Ahok tak menyembunyikan kebingungan. Ia terjepit di antara dua pilihan, Teman Ahok atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Berkali-kali, saat ditanyai pewarta, Ahok mengungkapkan keinginannya maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta lewat jalur independen. Di sisi lain, Ahok juga ingin menggaet politikus PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, sebagai pendampingnya.

Persoalannya, dua pihak yang mendukungnya tak kunjung bertemu. Ahok menyadari PDI Perjuangan tak berniat mendukung pencalonannya jika ia sudah diusung Teman Ahok. Pilihan ini makin pelik karena Ahok tidak bisa menggunakan dua-duanya. Karena itulah dia berharap PDI Perjuangan segera memutuskan soal pencalonannya. "Kalau menunggu terlalu lama, repot," katanya Selasa pekan lalu.

Djarot menyiratkan kesediaannya dipasangkan kembali dengan Ahok. Dia mencontohkan pemimpin Jawa Timur, Soekarwo dan Saifullah Yusuf. Djarot ingin menuntaskan pembangunan yang sedang dia kerjakan di Jakarta. "Minimal dua periode," ujarnya.

Kegalauan ini bermula saat Ahok berseteru dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta. Khawatir Ahok tak bisa mencalonkan diri, sejumlah orang mendirikan relawan Teman Ahok. Mereka mengumpulkan fotokopi kartu tanda penduduk agar syarat minimal yang dibutuhkan, sebanyak 525 ribu fotokopi KTP, terpenuhi. Hingga pekan lalu, jumlah fotokopi KTP yang dikumpulkan sudah melebihi syarat, yaitu 759 ribu lembar. "Target kami satu juta," kata juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas.

Belakangan, elite PDI Perjuangan melempar sinyal bakal mengusung Ahok kembali berpasangan dengan Djarot. Pendekatan ini membuat Teman Ahok bereaksi. Dua pekan lalu, mereka merilis karikatur yang menggambarkan tarikan kepentingan antara relawan dan partai. Karikatur itu menggambarkan seekor banteng hendak menghipnosis seseorang yang mirip Ahok agar menjauh dari papan bertulisan "independen". Amalia berkukuh mengusung Ahok lewat jalur independen. "Kalau partai mau dukung, ya, mereka harus lewat dukungan warga ini," ujarnya.

Seorang politikus menuturkan, Ahok mengalami dilema karena memiliki hubungan baik dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Relasi keduanya terentang panjang sejak Ahok terpilih sebagai wakil gubernur pada 2012. Keduanya acap bersua dalam pertemuan informal yang, ketika ditanyai wartawan, "Hanyalah makan-makan."

Pada Desember 2013, misalnya, Ahok datang bersama Joko Widodo ke kediaman Megawati sebelum menghadiri Kirab Budaya di Monumen Nasional. Menurut Ahok, topik pembicaraan mereka hanya seputar masakan karena Mega sempat menceritakan pengalamannya makan mi Bangka. "Daripada jauh-jauh ke sana, saya bawa ibu dan kakak saya yang jago bikin mi Bangka," kata Ahok.

Perjumpaan di luar urusan politik keduanya kembali terekam saat Natal 2013. Kali itu, Mega yang menyambangi rumah Ahok di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Sang sahibulbait menyiapkan aneka makanan. Salah satunya kepiting saus tiram. "Katanya hanya enak kalau dimasak langsung di rumah," ujar Mega.

Hubungan keduanya makin erat saat Ahok dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi, yang terpilih sebagai presiden. Dalam program acara Mata Najwa, Ahok diminta mewawancarai Mega. Ahok menggoda Mega dengan sejumlah pertanyaan, misalnya mengapa memilih mereka berdua ke DKI Jakarta. "Padahal surveinya tidak menang," kata Ahok. Beberapa kali putri pertama Bung Karno itu menahan tawa mendengar pertanyaan mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

Hubungan baik Ahok dengan Mega meluas ke lingkup internal partai banteng. Saat Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan pada Januari lalu di Jakarta International Expo, Ahok diberi tempat spesial, yakni di kursi paling depan bersama kader yang menjadi gubernur. Ketika Mega menyebut namanya, Ahok pun berdiri. Seketika, ruangan bergemuruh karena teriakan dan tepuk tangan kader partai berlambang banteng gemuk itu.

Pada perayaan ulang tahun ke-69 Mega di kawasan Sentul, lagi-lagi Ahok mendapat perlakuan istimewa. Sebelum acara dimulai, Mega dan Ahok terus duduk bersisian. Saat potong tumpeng, kembali Ahok menjadi bintang. Mega memberikan potongan pertama kepadanya. Seketika, tamu yang hadir berteriak, "Ini sinyal! Ini sinyal!"

Ahok menampik dugaan bahwa potongan tumpeng itu menjadi kode kepastian PDI Perjuangan mendukungnya. "Eng­gaklah, itu kan hubungan pribadi saja, memang dekat," ujar Ahok. Meski hubungan mesra Ahok-Mega terekam di aneka kesempatan, belum sekali pun ada pernyataan resmi PDI Perjuangan tentang pemilihan gubernur.

Petunjuk manisnya hubungan Ahok dengan PDI Perjuangan berakhir di Istana Merdeka pada 12 Februari lalu. Saat itu, Ahok menghadiri pelantikan tujuh kepala daerah. Salah satunya Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey. Ketika menyalami Olly, Ahok dibisiki koleganya itu agar mengunjungi Mega di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta.

Keesokan harinya, Ahok meluncur ke kediaman Megawati bersama seorang anggota stafnya. Setelah berbasa-basi, secara halus Mega meminta anggota staf Ahok menunggu di luar. "Saya mau berbicara empat mata dengan Pak Ahok," kata Megawati, seperti ditirukan seseorang yang hadir di sana. Rupanya, pertemuan itu tak benar-benar empat mata. Sebab, di dalam ruangan telah menunggu Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Djarot Saiful Hidayat.

Topik utama perbincangan sore itu adalah pencalonan Ahok sebagai pemimpin di Ibu Kota. Secara lugas Mega melontarkan pertanyaan, "Teman Ahok itu siapa ya, Pak?" Ahok, seperti ditirukan seorang peserta, menjelaskan soal gerakan yang diinisiasi seorang konsultan politik ini. "Itu ada teman-teman, Bu," ujar Ahok.

Mega secara terbuka meminta Ahok memilih kendaraan partai politik untuk pencalonannya. Dia kemudian bercerita tentang keribetan relasi antara Joko Widodo setelah terpilih sebagai presiden dan para relawan. Di tengah pembicaraan, Mega juga sempat memberikan wejangan, "Meskipun maju lewat partai, Teman Ahok jangan dilupakan," kata Mega, seperti ditirukan seorang peserta pertemuan. Ahok membenarkan adanya pertemuan ini meskipun tak bersedia menjelaskan isinya. ­Hasto juga tak menyangkal. "Rahasia, itu kan pertemuan tertutup," ujar Hasto.

Ahok bukannya tak gundah atas pilihan ini. Sehari sebelum Partai NasDem mendeklarasikan dukungan, Ahok berjumpa dengan ketua umum partai ini, Surya Paloh, yang ditemani Viktor Bungtilu Laiskodat dan Enggartiasto Lukito. Seorang poli­tikus menuturkan, Ahok juga curhat tentang kegalauan hubungan Teman Ahok dengan PDI Perjuangan. "Memang disinggung soal itu," kata Enggartiasto saat dimintai konfirmasi.

Ahok sendiri mempersilakan relawannya segera berkomunikasi dengan PDI Perjuangan. Seorang politikus menuturkan, salah satu yang diminta adalah Hasto. Saat dimintai konfirmasi soal ini, Hasto tak membantah atau mengiyakan: "Saya tidak bisa jawab, lagi sakit gigi." Salah satu orang dekat Ahok mengatakan bosnya meminta Ganjar Pranowo yang menjalin komunikasi dengan Teman Ahok. Permintaan ini disampaikan ketika keduanya berjumpa di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis dua pekan lalu.

Ganjar mengakui ada permintaan ini. "Tapi belum tahu harus bertemu siapa," kata Gubernur Jawa Tengah ini. Adapun Teman Ahok merasa tak perlu ada komunikasi dengan PDI Perjuangan. Menurut Amalia, "Kami tidak berkepentingan terhadap partai."

Wayan Agus Purnomo, Ghoida Rahmah, Yohanes Paskalis (Jakarta), Edwin Fajerial (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus