Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kepretan Lucu Menteri Rizal

Perseteruan Rizal Ramli dengan Sudirman Said merisaukan Presiden Joko Widodo. Segera ada evaluasi menteri.

7 Maret 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALIAN tidak fair, partisan," kata Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli dalam pesan Whats­App kepada Tempo pada Kamis dua pekan lalu. Pesan pendek itu dikirimkan Rizal ketika sedang berada di Belgia menghadiri pertemuan tingkat tinggi membahas isu lingkungan, High Level Roundtable on Global Infrastructure Investment Strategy. Dalam pertemuan itu, Rizal juga menjajaki kerja sama teknologi dengan Belgia dalam bidang sarana pendukung infrastruktur perkapalan nasional.

Tempo mengontak Rizal untuk meminta penjelasan tentang pernyataannya yang menyebutkan Presiden Joko Widodo setuju terhadap pembangunan kilang gas Blok Masela di darat. Pernyataan Rizal disebarkan melalui siaran resmi Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya pada Senin dua pekan lalu. Padahal, hingga Kamis pekan lalu, Presiden belum memutuskan skema pengembangan fasilitas lapangan gas di Laut Arafuru, Maluku, itu.

Presiden, melalui juru bicara Johan Budi Sapto Pribowo, justru menyatakan tidak ingin tergesa-gesa mengambil keputusan terhadap Blok Masela. Sebab, blok gas tersebut berkaitan dengan kapital yang besar dan kepentingan pembangunan Indonesia bagian timur. Karena itu, kata Johan, Jokowi memilih berhati-hati dibanding segera mengambil keputusan yang ujungnya prematur. "Jadi jangan juga mengeluarkan statemen yang Presiden sendiri belum pernah mengeluarkannya," ujarnya.

Koreksi dari Istana ini sedikit meredakan kegaduhan akibat silang pendapat Rizal Ramli dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said. Sebelumnya, Jokowi meminta para menterinya tidak saling serang pernyataan. Menurut dia, kalaupun mereka ingin bersilang pendapat, kata Johan, sebaiknya di ruang rapat terbatas atau sidang kabinet. Akibat kebisingan politik ini, Jokowi menyatakan hendak mengevaluasi kinerja para menterinya. "Saya tidak punya kemampuan untuk menjawab akan ada reshuffle atau tidak, tapi yang pasti akan ada evaluasi," ujar Johan, menirukan ucapan Presiden.

Bersamaan dengan teguran Presiden, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyatakan kegundahannya terhadap menteri yang suka ribut secara terbuka. Tanpa menyebut nama, Kalla mengatakan telah berkali-kali menegur menteri yang bersangkutan, tapi kenyataannya tetap saja ada menteri yang melanggar. Menurut Kalla, tetap saja ada yang bersikap di luar jalur koordinasi.

Ketika wartawan mencecar apakah menteri yang ia maksud itu Rizal Ramli, Kalla menolak menyebutkannya. Ia hanya memberi isyarat bahwa orang itu menteri koordinator. "Cari tahu sendirilah," ujarnya.

Menurut Kalla, sesama menteri boleh saja berdebat atau berbeda pendapat dalam rapat kabinet. Tapi, kata dia, perdebatan itu semestinya tidak dibawa ke luar rapat kabinet. Kalla mengatakan Presiden memastikan akan mengambil langkah terhadap menteri yang ribut di ruang publik. Ketika ditanyai soal bakal digantinya menteri yang suka ribut, Kalla menyerahkannya kepada Presiden. "Itu Presiden yang punya kewenangan," ujarnya.

Saling serang antara Rizal dan Sudirman sesungguhnya terjadi sejak mereka adu argumentasi dalam rapat terbatas kabinet membahas Blok Masela pada Selasa pekan pertama Februari lalu. Dalam rapat itu, Rizal dan Sudirman berselisih tentang skema pengembangan gas alam cair di Masela. Blok ini menjadi perhatian karena bisa menggenjot penerimaan negara lebih dari Rp 500 triliun selama 24 tahun.

Presiden ingin proyek gas dengan cadangan 10,73 triliun kaki kubik ini membantu pengembangan kawasan Maluku selatan. Setelah itu, Jokowi meminta perdebatan selesai di ruang rapat, tak perlu dibawa ke luar, apalagi ke media. Sudirman tak berkomentar banyak perihal Blok Masela ini. "Presiden berpesan, jangan lagi berpolemik," katanya.

Namun permintaan Presiden itu tidak berpengaruh apa-apa. Rizal tetap saja menyerang Sudirman secara terbuka. Senin sore pekan lalu, pukul 18.51, Menteri Keuangan di era Presiden Abdurrahman Wahid yang menggunakan akun @RamliRizal ini mengirimkan gambar meme Sudirman Said yang sedang melotot dengan dua telapak tangan menutup mulut. Ada kutipan langsung di gambar itu yang menyuruh supaya mengakhiri polemik dan berhenti membohongi rakyat kalau itu hanya untuk mengganti investor Masela.

Kutipan langsung dalam meme itu diambil dari keterangan pers Sudirman pada Sabtu 27 Februari lalu yang disebarkan ke media massa. Dalam narasi kicauannya, Rizal menyatakan, "Walah, walah…. Kok sibuk analisa kelakuan sendiri…. Lucu deh…." Dalam bingkai yang sama, ada delapan potongan gambar tangan dengan telunjuk menuding ke arah gambar Sudirman.

Berurutan dengan pesan WhatsApp berisi tudingan terhadap Tempo, Rizal melontarkan tautan berita tentang keterkaitan antara Sudirman Said dan mantan Kepala Unit Kerja Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto. Tautan itu berjudul "Mantan Kepala UKP4 Dituding ’Setir’ Menteri Sudirman di Blok Masela", yang dimuat rimanews.com. Berita ini memuat pendapat Juliaman Napitu Saragih, yang ditulis sebagai peneliti Pusaka Trisakti, organisasi yang dalam pemilihan presiden lalu masuk kelompok relawan pendukung Jokowi.

Berita itu menyebutkan bahwa Julia­man menyatakan usul Sudirman agar pengelolaan Blok Masela terapung di tengah laut patut diduga bagian dari kepentingan Kuntoro. Menurut Juliaman, Kuntoro mengendalikan Sudirman. Juliaman membeberkan kedekatan Sudirman dengan Kuntoro ketika Sudirman bekerja bersama Kuntoro di Masyarakat Transparansi Indonesia serta Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh.

Dalam berita itu, Juliaman menuding Kuntoro sebagai orang yang menempatkan Sudirman menjadi Direktur Utama PT Pindad. Juga, "Atas usul Sudirman, Kuntoro diangkat Presiden Jokowi menjadi Komisaris Utama PT Perusahaan Listrik Negara," katanya.

Kepada Tempo, Juliaman mengakui pernyataan itu memang darinya. Menurut dia, rakyat bosan disuguhi kegaduhan menteri yang masing-masing mengklaim paling benar. Apalagi, kata dia, mazhab ekonomi mereka berbeda. "Ada yang bilang Rizal pro-ekonomi kerakyatan dan Sudirman pada ekonomi neoliberal," ujarnya.

Seorang sumber yang tahu sepak terjang Juliaman menyatakan, saat ini, ia memang bekerja untuk kepentingan Rizal Ramli. "Dia pemain lama, dan orangnya Rizal," katanya. Tapi Juliaman membantah. Menurut dia, pernyataannya itu bermula dari keresahannya karena Rizal dan Sudirman saling serang. Daripada saling serang, lebih baik mereka dihadirkan dalam debat publik. "Dengan debat terbuka, rakyat tahu dan bisa menilai mana yang paling baik untuk Blok Masela," ujar Juliaman.

Menanggapi tudingan mengendalikan Sudirman, Kuntoro sebenarnya berbicara banyak kepada Tempo. Namun dia menolak hal itu diberitakan. Sedangkan Sudirman menampik tudingan bahwa ia disetir Kuntoro. "Hubungan saya dengan Pak Kuntoro bersifat profesional."

Serangan terbuka Rizal Ramli kepada Sudirman Said perihal Blok Masela terjadi Sabtu pekan kedua Februari lalu, ketika berlangsung "Dialog Kebangsaan" di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis pekan kedua Januari lalu. Dalam forum terbuka ini, Rizal menyindir pendukung pengelolaan Blok Masela mengapung di laut. "Tiga dari mereka, semuanya akuntan. Masak, Rizal Ramli kalah sama tiga orang akuntan? Yang benar saja," kata Rizal. Sudirman adalah lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi ­Negara.

Dalam forum itu, Rizal juga menuding ada media yang berpihak pada pilihan pengelolaan Blok Masela dengan kilang mengapung di laut. Sejumlah orang di lingkaran Istana menyatakan, selain konflik dua anggota kabinet itu, ada menteri yang khusus memakai sejumlah media online dan media sosial untuk menyerang lawannya. "Ada orang yang dipakai untuk membentuk opini," ujarnya.

Jauh sebelumnya, pada Oktober tahun lalu, atau baru dua bulan dilantik menjadi menteri, Rizal mengungkapkan keberangannya kepada Sudirman di depan forum Rembuk Nasional Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Balai Sarwono, Kemang, Jakarta Selatan. Sebab, Sudirman tidak hadir dalam rapat koordinasi yang dia selenggarakan. Rizal menyatakan Sudirman melakukan itu karena didukung orang kuat. "Dia mungkin merasa punya beking kuat," ujar Rizal. Ketika itu, Rizal dan Sudirman terlibat polemik tentang Freeport.

Menanggapi perseteruannya dengan Rizal, Sudirman menyatakan tak peduli terhadap tudingan bahwa ia punya banyak kepentingan dengan jaringannya. "Jaringan yang saya bangun itu untuk membersihkan dan memperbaiki sistem. Yang penting nanti lihat buktinya," kata Sudirman. Adapun Rizal menolak menjawab pertanyaan tentang Blok Masela. "Sorry… not worth it…."

Sunudyantoro, Ayu Prima Sandi, Istman M.P., Amirullah, Gustidha Budiartie

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus