Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Erna Pelaku Bom di Polrestabes Surabaya, Tetangga Histeris

Sebelum meledakkan diri dengan bom di Polrestabes Surabaya, Erna mengantar gula untuk persediaan toko kelontong milik ibunya.

16 Mei 2018 | 12.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rekaman CCTV menunjukkan bom meledak dari dua sepeda motor yang memasuki Mapolrestabes Surabaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kabar keterlibatan Tri Ernawati, 42 tahun, dalam bom di Polrestabes Surabaya, Senin, 14 Mei 2018, mengguncang lingkungan tempat dia lahir dan dibesarkan di Krukah Selatan, Surabaya. Para tetangga kaget dan syok. Kukuh, ketua RT di lingkungan orang tua Erna itu mengatakan, ibu-ibu bahkan menangis histeris. Sebab, semua orang mengenal betul sosok Erna yang tidak berbeda dengan orang kebanyakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keterlibatan Erna dalam peledakan bom bunuh diri itu disampaikan polisi kepada Kukuh sekitar pukul 13.00. Kukuh tak langsung memberitahu orang tua Erna, Supiah dan Kusen. Ia memilih memberitahu dua kakak laki-laki Tri Ernawati, yang tinggal selisih beberapa gang dari rumahnya. “Baru pukul 15.00-an setelah menyebar di media dan grup-grup whatsApp, tetangga jadi tahu,” ujar Kukuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para tetangga mengenal baik keluarga Supiah dan Kusen. Begitupun Erna yang hingga pagi sebelum bom bunuh diri yang diduga diledakannya sekitar pukul 8.50 itu, masih datang ke rumah ibunya untuk mengantar gula. Gula itu diambil Erna dari temannya untuk persediaan toko kelontong milik ibunya.

Sampai menikah dengan Tri Murtiono, Erna tinggal di rumah orang tuanya dan pindah ke rumah kontrakan di bilangan Ngagel Tirto pada 2008. “Rumahnya di Tambak Medokan Ayu itu, baru 2 bulanan aja kok karena masa kontrak sudah habis,” ujar Kukuh.

Kukuh yakin, Tri Ernawati dan suaminya adalah orang baik. Meski bukan sosok yang mencolok di kegiatan sosial, sejak muda perempuan tamatan SMA itu ramah.

Orang-orang di kampong itu mengenal Tri Murtiono sebagai pengrajin alumunium sejak masih menumpang di rumah mertuanya. Murtiono, kata dia, biasa membuat rak piring dan lemari kaca. Usaha itu masih digelutinya walaupun sudah berpindah rumah di rumah kontrakan Ngagel Tirto sejak 10 tahun lalu.

“Mendengar kabar kemarin, kami merasa kehilangan. Kami justru kasihan,” kata Kukuh tentang tetangganya, peledak bom di Polrestabes Surabaya itu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus